Pemalsuan umur di sepakbola Kamerun bukan barang baru.
Kasus pemalsuan umur dalam turnamen sepakbola bukanlah hal yang asing dan jika terbongkar akan mendapatkan hukuman berat. Contohnya, baru saja dialami para pemain Kamerun U-17.

Skandal memalukan ini bermula saat 21 pemain yang mewakili tim junior Kamerun didiskualifikasi dari turnamen UNIFACC. Di sana, Kamerun akan bermain menghadapi Kongo, Chad, RD Kongo, dan Republik Afrika Tengah. Dua tim teratas akan mengamankan satu tiket ke Piala Afrika U-17 2023 di Aljazair.

Kemudian, 30 pemain dipanggil dan diharuskan menjalani pemindaian menggunakan MRI pada pergelangan tangan, untuk menganalisis kematangan dan pertumbuhan tulang. Rangkaian tes tersebut diperkenalkan  FIFA di Piala Dunia U-17 2009 untuk mencegah pemalsuan umur.

Hasil tes itu ternyata mengejutkan. Sebab, hanya sembilan pemain Kamerun U-17 yang dianggap memenuhi syarat untuk bermain. Itu berarti 70 persen pemain dinyatakan tidak lulus dan dicurigai melakukan pencurian umur.



Asosiasi Sepakbola Kamerun (FECAFOOT) pimpinan Samuel Eto'o kemudian menyiapkan pemain pengganti. Pemain-pemain baru disiapkan, dan ternyata hasilnya juga mengecewakan. Starting line-up yang baru juga gagal tes. Itu membuat Kamerun U-17 dan FECAFOOT dalam situasi sulit.

Hukuman dari FIFA menanti Kamerun jika gagal menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi, ini bukan kali pertama dialami sepakbola Kamerun.

Fakta menunjukkan, enam tahun lalu, 14 pemain gagal dalam tes dan kemudian dilarang berpartisipasi pada Piala Afrika U-17 di Gabon. Kemudian, beberapa bulan lalu, 44 pemain dari delapan klub Liga Kamerun dipanggil ke Komdis FECAFOOT terkait dugaan usia dan identitas palsu.

Ada juga cerita tentang mantan pemain tim nasional Kamerun, Tobie Mimboe, yang diketahui menggunakan akta kelahiran bernama Peter Pan. Dia bermain di Piala Afrika 1996 dan Piala Afrika 1998. Dia juga memiliki tanggal lahir yang berbeda, yang menunjukkan dirinya lebih muda dari usia yang sebenarnya.