Simak penjelasan berikut ini. Cukup masuk akal, bukan?
Operator Serie A, Lega Calcio, atas persetujuan Asosiasi Sepakbola Italia (FIGC), akan melarang menggunaan jersey tandang berwarna hijau untuk musim 2023/2024. Ada lagi pembatasan jersey dengan motif strip (garis-garis). Alasannya, mirip pengalaman Manchester United pada 1995/1996.
Pada 1980, 1990, hingga 2000-an, Serie A adalah kompetisi sepakbola kasta tertinggi sebuah negara paling bergengsi di bumi. Setiap minggu, penggemar sepakbola dari segala penjuru bumi menantikan pertandingan-pertandingan Serie A.
Namun, seiring perkembangan zaman, teknologi, dan kemampuan finansial, status Serie A sebagai liga paling bergengsi di bumi digusur Liga Premier dan La Liga. Bahkan, popularitas liga terbaik di Italia tersebut mulai dikejar Bundesliga maupun Ligue 1.
Sadar dengan kondisi itu, Lega Calcio dan FIGC berniat mengembalikan pamor kompetisi Italia. Salah satunya membuat siaran langsung Serie A lebih ramah terhadap mata para pemirsa.
Meski sempat menuai kontroversi, ada dua aturan baru yang memiliki tujuan mulia. Pertama, pembatasan jersey dengan motif garis-garis seperti milik Inter Milan, Juventus, AC Milan, Atalanta Bergamo, atau Udinese. Maksudnya, tim tandang tidak boleh menggunakan jersey motif itu. Mereka hanya boleh menggunakan jersey dengan satu motif bergaris.
Aturan baru kedua adalah larangan menggunakan jersey tandang hijau. Hanya Sassuolo yang boleh menggunakan jersey hijau di pertandingan kandang. Sebab, mereka adalah satu-satunya tim peserta Serie A yang memiliki seragam kandang bermotif hijau.
Pertanyaannya, mengapa hal itu dilakukan? Untuk kenyamanan penonton pertandingan di televisi. Mata pemirsa TV dianggap sulit melihat pemain yang bertanding karena warna hijau menyatu dengan rumput lapangan.
Seperti warna hijau, motif garis-garis juga membahayakan mata para penonton pertandingan televisi. Motif tersebut bisa menyatu dengan penonton yang ada di stadion.
Salah satu ide aturan tersebut ternyata berasal dari pengalaman Manchester United ketika bertanding menghadapi Southampton di stadion lama The Dell pada Liga Premier 1995/1996. Saat itu, pasukan Sir Alex Ferguson menggunakan jersey abu-abu melawan Soton yang berseragam garis-garis merah-putih.
Ketika jeda babak pertama Sir Alex Ferguson meminta pemainnya mengganti jersey abu-abu dengan jersey lain biru-putih.
Meski pada akhirnya Man United didenda FA senilai 10.000 pounds (Rp157 juta) karena melanggar aturan larangan pergantian jersey yang berbeda di tengah-tengah pertandingan, Setan Merah punya alasan yang cukup masuk akal. Ketika itu, Sir Alex Ferguson sendirilah yang langsung menjelaskan.
Pelatih legendaris Skotlandia itu mendapatkan komplain dari stasiun televisi, yang diprotes pemirsanya karena jersey abu-abu Man United tampak menyatu dengan kerumunan penonton di stadion.
Jadi, itulah alasan mengapa tidak ada klub sepakbola yang menggunakan abu-abu sebagai warna jersey kebanggaan. Begitu pula dengan jersey tandang abu-abu yang sangat sedikit digunakan, baik di level klub maupun tim nasional.
Pada 1980, 1990, hingga 2000-an, Serie A adalah kompetisi sepakbola kasta tertinggi sebuah negara paling bergengsi di bumi. Setiap minggu, penggemar sepakbola dari segala penjuru bumi menantikan pertandingan-pertandingan Serie A.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Apa Kabarnya Sekarang? Jese Rodriguez, Eks Wonderkid Real Madrid
Apa Kabarnya Sekarang? Jese Rodriguez, Eks Wonderkid Real Madrid
Pertanyaannya, mengapa hal itu dilakukan? Untuk kenyamanan penonton pertandingan di televisi. Mata pemirsa TV dianggap sulit melihat pemain yang bertanding karena warna hijau menyatu dengan rumput lapangan.
Ketika jeda babak pertama Sir Alex Ferguson meminta pemainnya mengganti jersey abu-abu dengan jersey lain biru-putih.
Pelatih legendaris Skotlandia itu mendapatkan komplain dari stasiun televisi, yang diprotes pemirsanya karena jersey abu-abu Man United tampak menyatu dengan kerumunan penonton di stadion.
Jadi, itulah alasan mengapa tidak ada klub sepakbola yang menggunakan abu-abu sebagai warna jersey kebanggaan. Begitu pula dengan jersey tandang abu-abu yang sangat sedikit digunakan, baik di level klub maupun tim nasional.