Semua itu tidak lepas dari perbaikan kompetisi. Jangan heran kalau Indonesia tersalip...
Apa yang dialami Kamboja tentu bukan hal kebetulan semata, tetapi berangkat dari sebuah perencanaan yang matang, sistem yang bagus dan dilibatkannya orang-orang kompeten dalam dunia sepakbola.
Libas AC Milan, Inter Sukses Jadi Kampiun Supercoppa Italiana 2022
Rekam jejak, Saito di dunia sepakbola memang sangat mentereng, selain pernah menjadi manajer pemasaran FC Barcelona, ia juga pernah menduduki berbagai posisi strategis yakni, Wakil Direktur Misi Khusus di Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA), Direktur Pemasaran AFC, hingga Konsultan Pemasaran FIFA.
Unik, Baru Dipecat Dua Hari, Davide Nicola Kembali Melatih Salernitana
2. Kerja sama intens dengan FIFA dan adanya dukungan penuh pemerintah
-Pembangunan 19 lapangan sepakbola di 19 provinsi
-Pembentukan 18 Akademi Sepakbola Provinsi
-Pengembangan ofisial pertandingan, pelatih dan instruktur
-Pembentukan liga sepak bola usia muda
-Pembentukan liga sepak bola remaja U-18 di 25 provinsi/kota.
3. Merekrut Keisuke Honda untuk menjadi pelatih dan manajer tim
Selain fokus memperbaiki liga, Kamboja melalui FFC-nya juga sangat intens membangun timnas yang kuat. Langkah pertamanya adalah mendatangkan mantan pemain AC Milan dan Timnas Jepang, Keisuke Honda.
— Keisuke Honda (@kskgroup2017) December 23, 2022
Honda didatangkan untuk mengisi posisi manajer tim, tapi secara peran ia juga menjalankan fungsi pelatih bersama dengan Ryu Hirose di tim senior. Namun untuk timnas U-23, Honda diberi kekuasaan penuh untuk melatih tim tersebut.
Sejak kedatangannya ke Kamboja, Honda dan Ryu Hirose telah bermain di 18 laga dan hanya 6 kali menang. Meskipun prosentase menangnya hanya sedikit, tapi yang perlu di highlight adalah Kamboja hanya kalah dengan margin gol tipis, hampir selalu bisa mencetak gol dan permainannya yang mulai membaik.
4. Punya target yang jelas
Faktor berikutnya di balik pesatnya perkembangan sepakbola Kamboja adalah punya target dan rencana yang jelas yang akan dicapai. Pertama, mereka selain fokus memperbaiki liga utama juga mulai fokus menjalankan kompetisi kasta kedua dan liga putri.
Kedua, Kamboja menargetkan dalam 10 tahun ke depan akan menjadi liga terbaik di Asia Tenggara. Ketiga, di tahun 2023 mereka menargetkan ada klub Liga Kamboja yang mentas di liga Champions Asia. Keempat, mereka punya target lolos Piala Asia 2027 dan lolos Piala Dunia 2030. Kelima, di tahun 2023, mereka menargetkan emas di Sea Games.
5. Meningkatkan mutu Liga Kamboja
“Kita harus melihat negara-negara sepakbola terkemuka di seluruh dunia. Memiliki liga profesional berkualitas tinggi akan berkontribusi pada keberhasilan tim nasional dan memperkuat ekosistem sepakbola,” ujar Sao Sokha ketua FFC di kanal Khmertimeskh.com.
Sadar akan hal tersebut, FFC dan Satoshi Saito langsung bergerak cepat melakukan perombakan liga. Langkah pertama adalah membuat regulasi ketat tentang kelayakan klub yang boleh berlaga di Liga Kamboja. Aturan tersebut meliputi status hukum, keuangan tim, infrastruktur, dan kualitas dari stadion masing-masing tim.
Sadar mempercantik level elit saja tidak cukup, Kamboja juga giat mengembangkan pembinaan pemain muda dan perbaikan infrastruktur di seluruh penjuru negeri. pic.twitter.com/eBiNsLwLoi
— PanditFootball.com (@panditfootball) January 18, 2023
Langkah kedua, ia memaksimalkan branding, promosi, dan hubungan masyarakat dengan berkiblat pada J.League. Langkah ketiga adalah memangkas jumlah tim yang ikut di liga menjadi hanya 8 tim untuk beberapa waktu untuk menetapkan standar yang tinggi.
“Akan ada banyak perlawanan, tapi kami harus bisa mengatasinya untuk menjadi lebih baik. Kami perlu berubah, Jika bisa melanjutkan ini, kami akan berhasil,” kata Saito di Khmertimeskh.com.