Insiden ini terjadi 3 bulan setelah tragedi Kanjuruhan. Cek videonya..
Kejadian kurang baik tercipta saat Arema FC kembali dari pertandingan melawan PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (26/1/2023). Rekaman video yang viral menunjukkan kaca bus yang mengangkut personel Singo Edan pecah akibat lemparan batu di tengah hujan yang membasahi Yogyakarta. 

Arema FC harus menelan pil pahit kekalahan 0-2 dari PSS Sleman dalam laga lanjutan BRI Liga 1 2022/2023. Dua gol tuan rumah dihasilkan Irkham Mila dan Yevhen Bokhashvili.

Meski berlangsung menarik, atmosfer pertandingan sebenarnya kurang baik sejak awal. Para pendukung PSS Sleman memasang spanduk-spanduk provokatif.

Tulisan-tulisan "Nyawa Melayang, Liga Kejar Tayang", "All Victims go to Heaven, Arema go to Hell", "A Team without empathy destroys the future of Football", atau "Beban Liga Si Anak Papa" dibentangkan di tribun. Semuanya ditujukan untuk pengurus Singo Edan yang memilih melanjutkan kompetisi ketika ratusan suporternya meninggal.

Tidak hanya itu, setelah pertandingan, muncul video-video di sejumlah platform media sosial yang menunjukkan kondisi bus Arema FC. Terlihat kacanya pecah di beberapa bagian.

Setelah insiden terjadi, manajemen Arema FC mengeluarkan rilis resmi. Mereka menyebut para personel tim  dalam kondisi selamat. Hanya ada beberapa orang yang terluka. Contohnya, asisten pelatih, Kuncoro, yang luka cukup serius di lutut dan harus dirawat di rumah sakit.



Ada juga dua pemain, Adilson Maringa dan Achmad Figo. Keduanya luka ringan di tangan akibat pecahan kaca.

"Kami memastikan semuanya dalam kondisi selamat, meski ada beberapa yang terluka terkena pecahan kaca dan lemparan. Lebih jauh lagi terkait kondisi pastinya, tim medis akan melakukan pemeriksaan," kata Komisaris PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi (PT AABBI), Tatang Dwi Arifianto, kepada media.





Meski insiden ini tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun, suporter PSS Sleman tampaknya kesal dengan sikap manajemen Arema FC yang minim empati. Bayangkan, ketika korban suporter mereka berjatuhan, klub tetap bersikeras melanjutkan liga.

Akibatnya, Arema FC seperti menjadi beban bersama. Izin dari Kepolisian RI menjadi sulit, dan Singo Edan ditolak berkandang di mana-mana.