Klub dan PSSI kurang berkomunikasi dengan baik.
Timnas Indonesia U-20 sedang memanaskan mesin jelang sederet agenda padat tahun ini. Namun ada masalah pemanggilan pemain di tengah pemusatan latihan (TC) yang sudah berlangsung.

Pelatih Timnas Indonesia U-20 Shin Tae Yong memutuskan menggelar TC jangka panjang untuk mempersiapkan Piala Asia U-20 2023 pada Maret dan Piala Dunia U-20 2023 pada Mei-Juni.

Jarak turnamen selama dua bulan memaksa Shin Tae Yong berpikir praktis. Karena itu ia ingin sekali dayung membentuk skuad solid sejak awal tahun dengan TC jangka panjang.

Ada optimisme pencinta sepak bola Indonesia setelah STY mengumumkan 30 nama pemain untuk ikut TC Timnas Indonesia U-20 di Jakarta. Sebab terdapat beberapa nama pemain muda yang tengah bersinar dipadukan dengan wajah-wajah anyar.

Namun persoalan muncul setelah TC dimulai per 1 Februari. Sebab pemusatan latihan berjalan dengan skuad yang belum lengkap karena beberapa klub belum melepas pemainnya ke tim nasional.

Per Rabu (8/2), dua klub lokal Persija dan Persib belum sepenuhnya memenuhi permintaan STY untuk melepas pemain. Persija belum melepas Dony Tri Pamungkas, Muhammad Ferrari, Alfriyanto Nico, dan Cahya Supriadi. Kemudian Persib belum mempersilakan Kakang Rudianto, Robi Darwis, dan Ferdiansyah.



Sedangkan dua pemain Indonesia yang sedang berada di luar negeri yakni Ronaldo Kwateh dan Marselino Ferdinan juga belum tampak batang hidungnya. Ini membuat STY geram dan meminta klub segera menyerahkan pemain.

Pelatih asal Korea Selatan itu bahkan merasa tersinggung dengan klub karena hingga sepekan TC berjalan, 30 pemainnya belum lengkap. Ini ditengarai dapat mempengaruhi program latihan yang sudah disusun.

Klub sebagai empunya pemain, merasa punya hak untuk memagari setiap penggawanya. Sebab di saat yang bersamaan, pemain-pemain yang dipanggil STY juga menjadi bagian penting dari masing-masing klub di kompetisi domestik yang sedang berjalan.

Terlebih lagi karena Piala Asia U-20 tidak masuk ke dalam kalender FIFA. Ini semakin memperkuat dasar sikap klub untuk menahan para pemain.

Pemain pun tak punya banyak pilihan karena terikat kontrak dengan klub. Ambisi mengenakan kaus dengan lambang Garuda di dada bisa pupus jika tak mendapat restu dari klub. Pemain hanya bisa manut saat berada di tengah persimpangan jalan antara nasionalisme dan profesionalisme.

Tak ada kewajiban melepas pemain dan kebutuhan tim di tengah kompetisi membuat posisi klub saat ini berada di atas angin. PSSI yang sedang butuh pemain, butuh langkah lebih taktis dari sekadar imbauan.
Komunikasi jadi kunci PSSI untuk melobi klub. 

Memasuki akhir masa kepemimpinan STY di Timnas Indonesia, belum ada pertemuan resmi dengan para pelatih klub. Pelatih Persija Thomas Doll secara terbuka mengeluhkan hal ini karena klub dan tim nasional perlu bersinergi.

Komunikasi Shin Tae Yong dengan Persija sebenarnya sudah dijalin, namun STY hanya diwakili oleh Nova Arianto sebagai asisten. Dengan sisa waktu yang ada, semestinya STY perlu meluangkan waktu untuk sowan langsung meski sulit mencari kesempatan yang tepat karena masing-masing pihak punya jadwal yang padat.

Pengamat sepak bola nasional Muhammad Yusuf Kurniawan atau Bung Yuke menyebut STY tak bisa protes klub seakan mengulur-ulur waktu untuk melepas pemain.