Dulu, Balotelli. Sekarang Vinicius. Tidak dapat diterima..
Pada sebuah era, Mario Balotelli adalah pemain yang cukup sering mendapatkan hinaan secara rasial. Kini, ketika sinar pemain Italia keturunan Ghana itu pudar, Vinicius Jr jadi sosok pengganti. Pemain Brasil itu menjadi pesepakbola yang kerap mendapatkan hinaan dari para penonton.

Vinicius adalah sosok menyenangkan. Pemain muda berbakat itu datang dari Brasil, dan kemudian menjadi salah satu pemain terbaik di La Liga. Seiring karier yang naik, pelecehan rasial mulai sering dialami.

Contohnya, pada pertandingan Real Madrid melawan Osasuna, akhir pekan lalu. Nyanyian-nyanyian kurang pantas terdengar selama pertandingan.

Rekan setimnya, Thibaut Courtois, tak habis pikir mengapa orang-orang bisa berbuat kurang baik kepada Vinicius. "Seseorang bahkan meneriakinya saat mengheningkan cipta (untuk gempa Turki-Suriah). Kita tidak bisa hanya melihat tingkah lakunya saja. Ada orang tua yang memberi tanda jari di depan anak-anak mereka," ujar Thibaut Courtois, dilansir Marca.

Hal-hal berjalan tidak pernah mudah bagi pemain Brasil itu sejak kepindahannya senilai 40 juta pounds (Rp730 miliar) dari Flamengo pada 2018.

Awalnya, Vinicius menjadi bahan olok-olokan karena buruknya finishing di depan gawang. Pelan-pelan, hal itu mulai diatasinya. Vinicius mulai rajin mencetak gol. Total, 17 gol dan 10 asisst liga musim lalu. Sementara musim ini, Vinicius telah mengumpulkan 7 gol dan 4 asisst.

Transformasi pemain berusia 22 tahun itu membuat orang-orang tidak lagi mengolok-olok kemampuan eksekusinya. Tapi, kini lebih menyakitkan, yaitu rasialisme.

Bukan hanya fans Osasuna. Perlakuan rasial kepada Vinicius juga dilakukan beberapa penggemar klub La Liga lainnya. Di awal musim ini misalnya, beberapa suporter Atletico Madrid mengejek Vinicius dengan kata-kata yang tidak pantas saat Derby Madrid digelar.





Seminggu menjelang pertandingan, Real Madrid mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pelecehan rasial yang ditujukan kepada Vinicius.

Tapi, seruan itu tidak diindahkan. Segalanya berubah menjadi lebih buruk ketika sebuah manekin yang mengenakan jersey Vinicius digantung di sebuah jembatan di Madrid sebelum pertandingan Real Madrid vs Atletico Madrid. Polisi lalu mengidentifikasi enam tersangka yang dapat dituntut berdasarkan Undang-undang Kejahatan Rasial.

Dengan sagala perlakuan yang didapat, Vinicius tetap tegar. Dia tidak pernah gentar dan berusaha terus berjuang di lapangan. Targetnya, jelas! Membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions lagi. Itu dimulai saat babak 16 besar versus Liverpool, Rabu (22/2/2023) dini hari WIB.