Benar, selama ini klub dengan dana besar yang bisa memiliki pemain asing berkualitas, numpuk satu tempat.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir membantah ada perlakuan diskriminasi dalam usulan satu pemain naturalisasi per satu klub yang muncul dalam Sarasehan Sepak Bola Nasional.

Wacana pembatasan pemain naturalisasi di tiap klub Liga 1 muncul ke permukaan dalam Sarasehan Sepak Bola Nasional. Ketika wacana itu muncul, sejumlah pemain naturalisasi pun menyuarakan protes mereka.

Menanggapi hal tersebut, Erick Thohir menekankan bahwa tidak ada diskriminasi dalam wacana tersebut. Erick menilai masih banyak slot tempat pemain naturalisasi bermain.

"Saya rasa tidak ada diskriminasi kok, kalau klub mengukurkan naturalisasi untuk jalan singkat prestasi, itu yang kita harus akur."

"Total klub Liga 1 ada 18, Liga 2 ada 28. Sekarang Liga 2 pun boleh 1 pemain naturalisasi, Liga 1 boleh 1. Artinya 18+28 itu sudah 46 naturalisasi, banyak. Pertanyaan saya, kalau kita masuk timnas ada 24 [pemain], artinya dari 46 itu kita membentuk dua tim nasional," ujar Erick Thohir kepada awak media.



Erick Thohir kembali menekankan bahwa rencana ini untuk menemukan keseimbangan dalam proses pembinaan.

"Ini kan bukan masalah diskriminasi. Saya tidak pernah diskriminasi. Saya IOC member, tak mungkin saya diskriminasi."

"Ini aturan yang semua harus kita mainkan untuk keseimbangan. Makanya kemarin di Sarasehan Liga 1 dan Liga 2, itu klub-klub bersepakat. Bukan PSSI menginstruksikan, bukan. Klub-klub bersepakat," lanjut Erick Thohir.

Sebelumnya Stefano Lilipaly dan Marc Klok menyuarakan kritik mereka terhadap rencana pembatasan pemain naturalisasi tersebut. Klok menganggap rencana PSSI itu sebagai bentuk diskriminasi terhadap pemain naturalisasi Indonesia.

"Kalo main untuk timnas, kita orang Indonesia. Saat main di liga, kita orang 'naturalisasi'," tulis Lilipaly disertai emoticon tertawa.

"Kami WNI, dan semua WNI seharusnya memiliki hak yang sama, namun kami merasa peraturan tersebut mendiskriminasi kami sebagai warga negara naturalisasi," ujar Klok.