Ini adalah produk local pride yang digembar-gemborkan..
Pembinaan pemain muda Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan negara lain. Timnas Garuda pernah punya beberapa pemain remaja yang mencuri perhatian dunia. Sayang, pada akhirnya pesepakbola-pesepakbola tersebut tenggelam sebelum sempat menjadi bintang di level senior. Masih ingat siapa saja mereka?

Ibarat sebuah bunga, beberapa bakat pesepakbola muda Indonesia sempat digadang-gadang memiliki prospek cerah. Tapi, mereka justru layu sebelum berkembang.

Karena satu dan lain hal, mereka tidak bisa menunjukkan konsistensi. Seperti bunga yang kalau tidak disiram diberi pupuk dan berada di tempat yang tepat, maka dia akan layu. Nama-nama yang dulunya menjadi bintang di level junior pelan-pelan hilang dari perhatian publik.

Penurunan performa itu bukan saja membuat mereka tidak pernah lagi masuk tim nasional Indonesia, melainkan juga hilang sama sekali. Pemujaan yang mereka dapatkan di usia 16, 17, 18, 19, 20 tahun hingga tak berbekas hanya dalam waktu beberapa tahun saat naik ke level senior.

Siapa saja mereka? Berikut ini 5 pesepakbola remaja hebat Indonesia yang hilang tak berbekas:

1. Irvin Museng

Pada 2005, sekelompok anak Indonesia bermain di sebuah turnamen junior di Prancis bertajuk Danone Nations Cup. Di sana, Irvin Museng mencetak 10 gol dan dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak. Sontak, namanya menjadi pembicaraan ke seluruh dunia.

Setelah mengantarkan Indonesia melaju hingga babak 16 besar, Irvin Museng disebut mendapatkan tawaran bergabung ke De Toekomst alias Akademi Sepakbola Ajax Amsterdam. Tapi, itu urung terjadi karena masalah administrasi. Jadi, dia kembali ke Indonesia untuk bermain di Pro Duta, PSM Makassar, dan Persiba Balikpapan.

Irvin Museng kemudian hilang dari peredaran setelah mengalami cedera para. Dia harus gantung sepatu pada usia 22 tahun karena cedera yang tidak kunjung sembuh.

2. Syamsir Alam

Syamsir Alam
pernah dianggap sebagai Ronaldo versi Indonesia. Berposisi sebagai penyerang, Syamsir Alam adalah salah satu produk sukses Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Uruguay. Dia jadi bintang bersama timnas U-16 dan timnas U-19 pada 2007.

Berkat penampilan bagusnya sebagai penyerang, Syamsir Alam dilirik banyak klub. Bukan hanya dalam negeri, melainkan juga luar negeri. Dan, dia akhirnya memilih memperkuat Penarol U-19. Itu adalah klub elite di Uruguay yang memiliki tradisi luar biasa selama puluhan tahun. Dia juga sempat gabung DC United milik Erick Thohir.

Sayang, kompetisi Uruguay memang berbeda dengan Indonesia. Dia tidak pernah bisa menembus tim utama. Akibatnya, Syamsir Alam dikirim pulang ke Indonesia untuk memperkuat Sriwijaya FC, Pelita Bandung Raya, hingga Persiba Balikpapan.

Di semua klub itu, Syamsir Alam gagal menunjukkan statusnya sebagai calon bintang sepakbola masa depan Indonesia. Kemudian, dia memilih banting stir menjadi artis dan model iklan. Dia membintangi beberapa sinetron dan menjadi host di sejumlah acara televisi.

Syamsir Alam sempat kembali main untuk RANS Cilegon di Liga 2. Tapi, saat promosi ke Liga 1 dan ganti nama jadi RANS Nusantara, dirinya hanya duduk manis di bangku cadangan. Begitu pula ketika di Liga 2.



3. Alan Martha

Alan Martha
jadi sorotan dan perbincangan banyak orang ketika tampil gemilang bersama timnas U-16 pada 2007. Dari penampilan dengan Garuda Muda, Alan Martha mendapatkan kesempatan gabung ke Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Uruguay pada 2008-2011. Di sana, dia menempa diri dengan benar.

Tapi, sekembalinya dari Amerika Latin, Alan Martha hilang. Sempat membela Persija Jakarta, Alan Martha kemudian tersisih ke beberapa klub lokal lain seperti Persepam Pamekasan, Persepar Palangkaraya, Sriwijaya FC, hingga Persikad Depok. Kini, tidak ada yang tahu pasti di mana Alan Martha bermain.

4. Yericho Christiantoko

Yericho Christiantoko
merupakan jebolan program PSSI di Uruguay, yaitu Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Uruguay. Bermain sebagai bek kiri, Yericho Christiantoko adalah bintang pada zamannya. Dia membela timnas U-16, U-17, U-19, U-23 pada periode yang singkat, yaitu 2005-2008.

Pada 2011/2012, Yericho Christiantoko sempat bermain di klub kasta kedua Belgia yang kini sudah bubar, CS Vise. Tapi, cedera lutut yang parah menghambat perkembangan kariernya. Dia pulang, dan memperkuat sejumlah klub lokal seperti Arema FC, Persik Kediri, PSS Sleman, Borneo FC, hingga Sriwijaya FC.

Kini, Yericho Christiantoko benar-benar hilang dari level atas. Kabarnya, dia sempat bermain untuk Persekat Tegal di Liga 2 2022/2023 sebelum dihentikan total.

5. Muchlis Hadi Ning Syaifulloh

Muchlis Hadi Ning Syaifulloh
dibicarakan banyak orang saat memperkuat timnas U-19 asuhan Indra Sjafri. Dia menjadi bagian dari generasi Evan Dimas Darmono yang menjuarai Piala AFF U-19 2013. Saat itu, dia jadi primadona banyak klub papan atas Indonesia seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta.

Tapi, karier Muchlis Hadi Ning Syaifulloh langsung pudar seiring kegagalan timnas U-19 di Piala AFC U-19 2014. Dirinya tidak pernah lagi kembali ke timnas. Bahkan, dia hilang dari sepakbola, dan tak ada yang tahu kabarnya.