Pemain ini eksis di zama dualisme PSSI. Masih ingat?
Pada sebuah masa, Dipo Alam sempat menjadi bahan pembicaraan pendukung sepakbola Indonesia. Berstatus pemain abroad di Belanda, dia dipanggil pulang untuk memperkuat timnas Indonesia di era dualisme Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL). Tapi, gagal total.
Dipo Alam memulai karier sepakbola di usia yang masih sangat muda. Awalnya, di jalanan di Jakarta bersama teman-teman sebaya. Kemudian, ikut SSB.
Dipo Alam mulai serius menekuni sepakbola saat mewakili DKI Jakarta di Liga Bogasari U-15 dan Piala Soeratin U-18. Kemudian, terpilih masuk Indonesia Football Academy (IFA), yang berguru ke Inggris. Lalu, melanjutkan karier ke Belanda di sebuah tim amatir, Heemstede, sambil sekolah.
Sempat menjalani trial di klub Erste Divisie, Telstar, Dipo Alam kemudian berkelana ke Amerika Serikat (AS) bergabung dengan Chivas USA, Turbo FC, LA Legends, LA Blues, hingga Deportivo Knights. Di sana, dia bermain sepakbola sambil sekolah.
Tiba-tiba, pada 2012, PSSI memanggil pulang Dipo Alam untuk gabung timnas Indonesia bersama Irfan Bachdim, Ferdinan Sinaga, dan beberapa pemain "timnas IPL" lainnya. Saat itu, dia berusia 21 tahun.
Sayangnya dia datang pada saat yang salah karena PSSI sedang dilanda konflik besar. Kemudian, dia trial dengan Sriwijaya FC, Persebaya 1927, Arema IPL, dan Persijap Jepara. Dari beberapa trial yang dijalani, Dipo Alam deal dengan salah satu klub., yaitu Arema IPL.
Namun, ketika akan tanda tangan kontrak, nasib membawanya pada jalan yang lain. Intervensi pemerintah pada 2015 membuat sepakbola Indonesia dibekukan FIFA. "Saat itu, saya sudah 100 persen bilang saya tidak bisa main bola lagi. Saya memutuskan pensiun dan fokus ke bisnis," ujar Dipo Alam, dilansir VOA Indonesia.
Jadi, Dipo Alam memilih kembali ke Negeri Paman Sama. Dengan status permanent resident yang dimiliki, Dipo Alam bisa leluasa bergerak. Dia melanjutkan kuliahnya di jurusan Manajemen Bisnis di Pasadena City College, California. Kemudian, terjun ke bisnis kuliner.
Awalnya, Dipo Alam bekerja di sebuah restoran sebagai pencuci piring untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Lalu, menjadi pelayan di restoran waralaba Genghis Grill. Selanjutnya, pindah ke Pretzel dan Potato Corner. Di sini, dia menjadi manajer distrik, yang bertugas memperbaiki kinerja penjualan cabang-cabangnya.
Saat bekerja untuk Potato Corner inilah, Dipo Alam mulai terlibat bisnis. Dia mengajukan tawaran untuk mengambil alih kepemilikan sebuah gerai Potato Corner di Albuquerque, New Mexico.
Dari sinilah bisnis Dipo Alam terus berkembang. Kemudian, dia membuka waralaba Paleta Bar. Ini adalah bisnis es krim yang cukup digemari di negara bagian New Mexico. Dan, di bisnis inilah Dipo Alam mencetak sukses besar. Dia memiliki lebih dari 40 gerai di tujuh negara bagian AS. Gokil!
Dipo Alam memulai karier sepakbola di usia yang masih sangat muda. Awalnya, di jalanan di Jakarta bersama teman-teman sebaya. Kemudian, ikut SSB.
BACA VIRAL LAINNYA
Kocak! Momen Saddil Ramdani Mengaku Tidak Puasa kepada Shin Tae-yong
Kocak! Momen Saddil Ramdani Mengaku Tidak Puasa kepada Shin Tae-yong
Namun, ketika akan tanda tangan kontrak, nasib membawanya pada jalan yang lain. Intervensi pemerintah pada 2015 membuat sepakbola Indonesia dibekukan FIFA. "Saat itu, saya sudah 100 persen bilang saya tidak bisa main bola lagi. Saya memutuskan pensiun dan fokus ke bisnis," ujar Dipo Alam, dilansir VOA Indonesia.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Profil Gus Yahya, Ketum PBNU yang Tak Tolak Israel U-20 di Piala Dunia U-20 2023
Profil Gus Yahya, Ketum PBNU yang Tak Tolak Israel U-20 di Piala Dunia U-20 2023
Awalnya, Dipo Alam bekerja di sebuah restoran sebagai pencuci piring untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Lalu, menjadi pelayan di restoran waralaba Genghis Grill. Selanjutnya, pindah ke Pretzel dan Potato Corner. Di sini, dia menjadi manajer distrik, yang bertugas memperbaiki kinerja penjualan cabang-cabangnya.
Dari sinilah bisnis Dipo Alam terus berkembang. Kemudian, dia membuka waralaba Paleta Bar. Ini adalah bisnis es krim yang cukup digemari di negara bagian New Mexico. Dan, di bisnis inilah Dipo Alam mencetak sukses besar. Dia memiliki lebih dari 40 gerai di tujuh negara bagian AS. Gokil!