Kalau Israel bilang olahraga kita terbelakang, ya jangan marah..
Baru-baru ini, media Israel menulis artikel yang menyatakan olahraga Indonesia terbelakang, tertinggal, primitif, dan sejenisnya. Itu untuk menggambarkan kegagalan Indonesia menyelenggarakan Piala Dunia U-20 2023 karena penolakan timnas Israel U-20 oleh Gubernur Bali, I Wayang Koster.

Akibat pemberitaan itu, banyak yang menganggapnya berlebihan. Bahkan, marah. Tapi, beberapa lainnya melihat hal tersebut wajar, masuk akal, dan sesuai dengan fakta.

Bagi orang-orang yang sepakat, mereka melihat sorotan negatif terhadap olahraga Indonesia, khususnya sepakbola, dari publik internasional bukan terjadi kali ini saja. Sejarah mencatat, sepakbola Indonesia sudah sering mendapatkan pandangan negatif dari publik internasional.

Nah, berikut ini 7 momen sepakbola Indonesia disorot dunia karena hal negatif:

1. Gol bunuh diri di Piala Tiger 1998

Piala Tiger
adalah cikal bakal Piala AFF. Pada 1998, atau edisi kedua turnamen sepakbola Asia Tenggara itu, sebuah insiden memalukan terjadi di Ho Chi Minh City. Saat itu, Vietnam menjadi tuan rumah, dan pada pertandingan terakhir, Indonesia bertemu Thailand.

Kedua tim sama-sama sudah lolos. Mereka hanya bertarung untuk menentukan juara grup. Indonesia harus menang untuk menjuarai Grup B. Sementara Thailand cukup imbang.

Masalahnya, kedua tim tidak mau bertemu Vietnam pada semifinal di Hanoi. Selain jarak yang jauh, intimidasi pendukung tuan rumah membuat pemain Indonesia dan Thailand gentar. Jadi, kedua tim tidak ingin menang. Demi mencapai tujuan itu, Mursyid Effendi mencetak gol bunuh diri secara sengaja. Indonesia kalah 2-3.

Akibat insiden memalukan itu, Indonesia dan Thailand mendapat denda USD 40.000. Kemudian, Mursyid Effendi mendapat hukuman dilarang bermain seumur hidup.



2. Kematian tragis Diego Mendieta

Pada 2012, sepakbola Indonesia tersentak ketika muncul kabar pemain asing Persis Solo asal Paraguay, Diego Mendieta, meninggal dunia karena sakit parah. Kisahnya menyedihkan dan menggugah hati miliaran penggemar sepakbola internasional.

Kasus Diego Mendieta adalah dampak nyata dari dualisme ISL vs IPL. Dia tidak mendapatkan haknya. Gajinya tidak dibayar. Dia terlunta-lunta di Indonesia. Dia stres, sakit keras tanpa pengobatan, dan akhirnya meninggal. Jangankan gaji, permintaan tiket untuk pulang ke Paraguay juga tidak dikabulkan Persis Solo.

3. Skandal 10-0 Bahrain vs Indonesia

Ini adalah kekalahan terbesar dan paling memalukan dalam sejarah timnas Indonesia. Ini terjadi pada 2013 ketika Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia digelar di kandang Bahrain. Indonesia dibuat tak berdaya setelah menyerah 10 gol tanpa balas.

Mengapa itu bisa terjadi? Pertama, kartu merah didapat kiper Indonesia, Samsidar, di menit ketiga. Kedua, Indonesia tidak mengirimkan tim terbaik akibat dualisme kompetisi antara ISL dengan IPL. Akibatnya, PSSI mengirimkan pemain-pemain IPL yang kurang berpengalaman karena diboikot ISL.



4. Skandal Piala AFC 2013, Persibo vs Sunray Cave JS Sun Hei

Pada Piala AFC 2013, Persibo Bojonegoro mewakili Indonesia. Pada babak penyisihan Grup F, Persibo Bojonegoro bertandang ke markas klub Hong Kong, Sunray Cave JS Sun Hei.  Lucunya, Laskar Angling Darma hanya membawa 12 pemain dengan alasan minim biaya. Lagi-lagi, ini adalah efek negatif dualisme PSSI.

Akibatnya, sangat fatal. Persibo Bojonegoro menjadi bulan-bulanan Sunray Cave JS Sun Hei. Mereka menyerah 0-8.

Jika hanya melihat skor, tidak ada masalah. Yang jadi pembicaraan ke seluruh dunia dan memalukan Indonesia adalah, wasit terpaksa menghentikan pertandingan karena pemain-pemain Persibo Bojonegoro silih berganti meninggalkan lapangan dengan alasan cedera. Dengan kurang dari 7 pemain, otomatis laga dihentikan.

5. Pieter Rumaropen memukul wasit

Pada 2013 dalam pertandingan melawan Persiwa Wamena melawan Pelita Bandung Raya, Pieter Rumaropen benar-benar menunjukkan mengapa sepakbola Indonesia lebih mirip area tinju. Akibat tidak terima keputusan wasit, dia melayangkan bogem mentah ke wasit. Wajah sang pengadil berdarah, dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Insiden memalukan ini mendunia. Media-media internasional membahas ulah Pieter Rumaropen. Akibatnya, pemain yang pernah memperkuat timnas U-23 itu mendapatkan sanksi larangan bermain sepakbola semumur hidup.

6. Tragedi Kanjuruhan

Pada 1 Oktober 2022, sepakbola Indonesia dan dunia dikejutkan dengan sebuah insiden memalukan di Stadion Kanjuruhan, Malang, ketika Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Liga 1 2022/2023.

Seperti yang selalu jadi tradisi, pertandingan itu berjalan panas. Intimidasi kepada pemain Persebaya Surabaya sudah didapatkan saat tiba di Malang. Dalam perjalanan menuju stadion, anak-anak Bajol Ijo harus menggunakan Barracuda milik Korps Brimob Polri.

Situasi semakin mencekam di akhir pertandingan. Ketika Persebaya Surabaya sukses memetik 3 poin, Aremania menyerbu lapangan. Mereka mengamuk dan menyerang pemain lawan maupun aparat.

Petugas kemudian merespons dengan melepaskan gas air mata. Sayang, aksi berlebihan itu berdampak sangat buruk. Ratusan orang yang berusaha melarikan diri dari gas air mata harus merenggang nyawa sia-sia. Total, 135 orang meninggal dan 583 lainnya terluka.



7. Pembatalan Piala Dunia U-20 2023

Pepatah mengatakan, akibat nila setitik rusak susu sebelanga. Itu adalah kalimat yang layak menggambarkan kisah Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Persiapan sejak 2019 akhirnya sia-sia akibat Gubernur Bali, I Wayan Koster, menolak kontingen Israel datang ke Pulau Dewata.