PSSI maupun Justin Hubner sama-sama bungkam soal batalanya proses naturalisasi.
Pemain keturunan, Justin Hubner memberi respons tak terduga setelah PSSI resmi membatalkan proses naturalisasinya dengan klaim tak sanggup memenuhi permintaan sang pemain.

PSSI melalui anggota Komite Eksekutif (Exco) Arya Sinulingga menyebut bahwa hanya Ivar Jenner dan Rafael Struick yang naturalisasinya bakal diteruskan.

"Jadi kita tidak melanjutkan untuk naturalisasi terhadap Hubner, karena ada permintaan Hubner yang tidak bisa kita penuhi," ujar Arya Sinulingga seperti dilansir dari Antara.

Arya tidak menjelaskan lebih detail terkait permintaan Justin Hubner tetapi banyak isu yang beredar bahwa bek Wolverhampton Wanderers U-21 itu meminta uang dalam jumlah belasan miliar.

Justin Hubner pun memberikan respons terkait klaim PSSI terhadap pembatalan naturalisasinya. Dia menyampaikan hal yang cukup mengejutkan.

Bek yang sempat menerima panggilan Timnas Belanda U-20 pada Maret lalu itu memberikan komentar tak terduga dalam sebuah unggahan di Instagram @sepakbolaid yang menyampaikan terkait pembatalan naturalisasinya.



Bek berdarah Belanda ini menuliskan emoji mata, seakan ingin mencari tahu.

Justin Hubner jadi satu-satunya dari tiga pemain keturunan yang batal dinaturalisasi PSSI. Sementara Ivar Jenner dan Rafael Struick disebut akan tetap menjalani proses perpindahan kewarganegaraan menjadi Indonesia.

"Nanti di Kemensetneg kita sudah bersurat dengan Kemenpora, kami kemudian, Menpora (Dito Ariotedjo) akan ke Kemensetneg untuk Jenner dan Struick itu akan kita proses," jelas Arya.

Justin Hubner bersama Rafael Struick dan Ivar Jenner sebelumnya diproyeksikan sebagai pemain naturalisasi untuk Timnas Indonesia U-20 yang akan tampil di Piala Dunia U-20 2023.

Namun pada prosesnya, FIFA mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah ajang bergengsi itu sehingga keikutsertaan skuad Garuda Nusantara di Piala Dunia U-20 2023 pun batal terwujud.

Terkini, FIFA telah memilih Argentina sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 menggantikan Indonesia yang dicoret menyusul gelombang penolakan terhadap timnas Israel.