Ini terkait Hall of Fame yang diberikan kepada lee Chong Wei.
Taufik Hidayat mendapatkan serangan di media sosial dari netizen Malaysia. Penyebabnya, kiritikan legenda bulutangkis Indonesia itu kepada Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) terkait masuknya idola tepok bulu Negeri Jiran, Lee Chong Wei, di daftar BWF Hall of Fame.
Hall of Fame adalah penghargaan khusus BWF kepada atlet-atlet bulutangkis ternama. Penghargaan ini pertama kalinya diberikan pada 1996 kepada empat tokoh Inggris, Seymour Dolby, Herbert Scheele, Betty Uber, dan George Thomas.
Hingga hari ini, Indonesia menyumbang 10 nama. Mereka adalah Dick Sudirman, Rudy Hartono, Christian Hadinata, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahjudi, Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, hingga Liliyana Natsir.
Tidak ada yang salah dalam pemberian Hall of Fame selama ini. Tapi, ketika BWF memberikan penghormatan khusus kepada Lee Chong Wei, Taufik Hidayat berkomentar. Dalam sebuah wawancara di Youtube dan ditegaskan di Instagram, peraih medali emas Olimpiade 2004 itu mengkritik keras BWF.
Taufik Hidayat mempertanyakan apa dasar Lee Chong Wei masuk daftar legenda bulutangkis dunia. Sebab, idola Malaysia itu tidak pernah menang di Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Piala Sudirman, Piala Thomas, atau Asian Games.
Netizen Malaysia kemudian merespons pernyataan Taufik Hidayat dengan komentar tak senang. Mereka membanjiri akun Instagram atlet yang kini mencalonkan diri jadi anggota DPR pada Pemilu 2024 itu dengan berbagai macam kata-kata kasar. Mereka menyerang Taufik Hidayat membabi buta.
Jika Malaysia menganggap Lee Chong Wei atlet berprestasi, hal yang sama dialami Taufik Hidayat di Indonesia. Lahir di Bandung, 10 Agustus 1981, dia memiliki sederet prestasi di level internasional.
Taufik Hidayat memulai karier profesionalnya sebagai pebulutangkis bersama SGS Bandung. Lalu, masuk Pelatnas Cipayung asuhan PBSI.
Gelar juara pertamanya didapat pada Brunei Open 1998. Saat itu, usianya masih belum genap 17 tahun. Tak butuh waktu lama, Taufik Hidayat menambah gelar juaranya pada Indonesia Open 1999. Di tahun yang sama dia berhasil menyumbang medali emas di SEA Games 1999 dan runner-up All England 1999.
Puncak prestasi fenomenal Taufik Hidayat adalah medali emas Olimpiade 2004 di Athena, Yunani. Ketika itu Taufik Hidayat mengandaskan perlawanan wakil Korea Selatan, Seung Mo-shon.
Hanya berselang setahun, Taufik Hidayat sukses mengalahkan pemain top asal China, Lin Dan. Itu membuat dirinya menjadi orang pertama di tunggal putra bulutangkis dunia yang mengawinkan medali emas Olimpiade dengan Kejuaraan Dunia.
Taufik Hidayat juga sukses meraih dua medali emas Asian Games, yaitu Asian Games 2002 di Busan dan Asian Games 2006 di Doha.
Karier Taufik Hidayat berakhir pada 30 Januari 2009 ketika memutuskan mundur dari Pelatnas Cipayung. Tiga tahun berselang, Taufik Hidayat mulai membangun sebuah pusat pelatihan bulutangkis yang diberi nama Taufik Hidayat Arena. Lalu, pada terjun ke politik dengan menjadi Calon Anggota Legislatif (Caleg).
Hall of Fame adalah penghargaan khusus BWF kepada atlet-atlet bulutangkis ternama. Penghargaan ini pertama kalinya diberikan pada 1996 kepada empat tokoh Inggris, Seymour Dolby, Herbert Scheele, Betty Uber, dan George Thomas.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Profil Lee Chong Wei, Pebulutangkis Legendaris Malaysia yang Dikritik Taufik Hidayat
Profil Lee Chong Wei, Pebulutangkis Legendaris Malaysia yang Dikritik Taufik Hidayat
Jika Malaysia menganggap Lee Chong Wei atlet berprestasi, hal yang sama dialami Taufik Hidayat di Indonesia. Lahir di Bandung, 10 Agustus 1981, dia memiliki sederet prestasi di level internasional.
BACA BERITA LAINNYA
Dapat Latihan Khusus Sebagai Bek Kanan, Sandy Walsh Diminta Jaga Angel di Maria?
Dapat Latihan Khusus Sebagai Bek Kanan, Sandy Walsh Diminta Jaga Angel di Maria?
Gelar juara pertamanya didapat pada Brunei Open 1998. Saat itu, usianya masih belum genap 17 tahun. Tak butuh waktu lama, Taufik Hidayat menambah gelar juaranya pada Indonesia Open 1999. Di tahun yang sama dia berhasil menyumbang medali emas di SEA Games 1999 dan runner-up All England 1999.
Hanya berselang setahun, Taufik Hidayat sukses mengalahkan pemain top asal China, Lin Dan. Itu membuat dirinya menjadi orang pertama di tunggal putra bulutangkis dunia yang mengawinkan medali emas Olimpiade dengan Kejuaraan Dunia.
Karier Taufik Hidayat berakhir pada 30 Januari 2009 ketika memutuskan mundur dari Pelatnas Cipayung. Tiga tahun berselang, Taufik Hidayat mulai membangun sebuah pusat pelatihan bulutangkis yang diberi nama Taufik Hidayat Arena. Lalu, pada terjun ke politik dengan menjadi Calon Anggota Legislatif (Caleg).