Ada yang cedera panjang. Tapi, tidak sedikit yang bermusuhan dengan suporter. Berikut ini ceritanya:
Meski baru saja menandatangani kontrak baru dengan Arsenal, status Pierre-Emerick Aubameyang sebagai kapten layak membuat suporter cemas. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir, The Gunners punya hubungan yang kurang bagus dengan sang pemimpin tim.
Aubameyang direkrut Arsenal dari Borussia Dortmund pada musim dingin 2018. The Gunners mengeluarkan 56 juta pounds untuk penyerang tim nasional Gabon tersebut. Angka tersebut menjadi rekor transfer untuk Arsenal kala itu.
Tidak butuh waktu lama bagi Aubameyang untuk menjadi pemain andalah di lini serang Arsenal. Sejauh ini, dia sudah menyumbang 72 gol dalam 111 kali penampilan di semua kompetisi. Dia berperan dalam kesuksesan Arsenal menjuarai Piala FA 2019/2020 dan Community Shield 2020.
Sejak pertengahan musim lalu, dia diangkat menjadi kapten The Gunners menggantikan Granit Xhaka. Itu sebuah penghargaan karena Aubameyang memiliki cita-cita untuk menjadi legenda.
"Tentu saya tahu soal Arsenal sebelum bergabung. Semua orang tahu betapa spesialnya klub ini. Saya sudah melihat pemain-pemain hebat. Pemain-pemain penuh semangat. Mereka yang tak terkalahkan. Saya bermimpi untuk menjadi salah satu dari mereka, ada di antara yang terbaik, dan ada di hati fans selamanya. Saya ingin jadi legenda Arsenal, seperti Thierry (Henry), (Ian) Wrighty, (Tony) Adams, dan (Dennis) Bergkamp. Terlalu banyak yang harus disebut," ungkap Aubameyang, dilansir Sky Sports.
"Tidak pernah ada keraguan untuk menandatangani kontrak dengan klub spesial ini. Berkat fans, teman-teman setim, keluarga, dan semua orang yang ada di klub ini, saya merasa tempat saya ada di sini. Saya percaya kepada Arsenal. Kami bisa meraih hal-hal besar bersama. Kami punya sesuatu yang menggairahkan di sini dan saya percaya yang terbaik akan datang untuk Arsenal," tambah Aubameyang.
Namun, Aubameyang harus berhati-hati. Pasalnya, The Gunners punya kenangan kurang menggembirakan dengan 8 kapten tim sebelumnya. Ada yang cedera panjang. Tapi, tidak sedikit yang bermusuhan dengan suporter. Berikut ini ceritanya:
1. William Gallas (2007-2008)
Gallas sosok yang unik. Selama 12 tahun bermukim di London, dia bermain di tiga klub elite ibu kota: Arsenal, Tottenham Hotspur, dan Chelsea. Saat bermain di Arsenal, Gallas ditunjuk menjadi kapten oleh Arsene Wenger. Penunjukan yang ditentang fans karena lebih menghendaki Gilberto Silva.
Setelah diresmikan menjadi pemimpin The Gunners, sejumlah masalah menghantam. Salah satunya, Gallas dikritik karena kepemimpinannya selama pertandingan dengan Birmingham City yang kurang bagus. Saat itu, Eduardo da Silva mengalami patah kaki mengerikan, tapi Gallas tidak berbuat banyak untuk membela rekannya dari Brasil-Kroasia itu.
Gallas dicopot oleh Wenger akibat masalah kecil. Le Professeur marah karena Gallas secara terbuka mengkritik rekan-rekannya, yang dianggap tidak cukup berani berduel di lapangan untuk memenangkan trofi. Posisi Gallas selanjutnya menjadi milik Cesc Fabregas.
2. Cesc Fabregas (2008-2011)
Tidak ada yang meragukan kemampuan Fabregas saat dipilih menjadi kapten, meski masih muda. Mayoritas suporter menerima dengan tangan terbuka kebijakan Wenger. Sebab, Arsenal menemukan pemuda Spanyol itu ketika masih sangat muda di Barcelona dan membawanya ke London.
Bertahun-tahun menjadi kapten, masalah datang ketika The Gunners tak kunjung mendapatkan trofi. Di sisi lain, tawaran menggiurkan datang dari klub masa kecilnya, Barcelona. Fabregas tidak bisa menolak. Begitu pula Arsenal yang tidak memberikan izin negosiasi transfer.
Setelah melewati serangkaian protes keras dan pemogokan, Fabregas akhirnya pergi ke Camp Nou dengan meninggalkan kekecewaan besar di kepala suporter The Gunners. Fans semakin kecewa karena beberapa tahun kemudian dia kembali ke Inggris untuk membantu Chelsea mendapatkan trofi Liga Premier 2 kali.
3. Robin van Persie (2011-2012)
Kepergian Fabregas langsung direspons dengan penunjukkan Van Persie. Awalnya, pemain asal Belanda itu berjuang melawan cedera yang datang silih berganti. Tapi, kondisinya semakin membaik seiring berjalannya waktu. Setelah mencetak 30 gol di Liga Premier, Van Persie lalu mengenakan ban kapten.
Meski menjadi kapten, spekulasi tentang masa depan Van Persie menjadi liar. Sebab, kontraknya hanya tersisa satu tahun. Seperti petir di siang hari, mantan pemain Feyenoord Rotterdam itu akhirnya memilih tidak melanjutkan tugas di Emirates Stadium. Yang membuat fans marah adalah keputusannya hijrah ke Manchester United.
Kepindahaan Van Persie direspons dengan pembakaran jersey Arsenal miliknya oleh pendukung garis keras The Gunners.
4. Thomas Vermaelen (2012-2014)
Pada saat itu, Vermaelen adalah bek tengah terbaik Arsenal. Jadi, normal jika ban kapten diserahkan kepada pemain asal Belgia tersebut. Awalnya, semua berjalan baik. Lalu, Vermaelen melakukan sejumlah kesalahan yang membuat Wenger kecewa. Sang nakhoda semakin kecewa setelah Vermaelen berurusan dengan tim medis karena cedera.
Setelah menjadi pemain pengganti yang tidak digunakan dalam kemenangan Arsenal di Piala FA 2013/2014, Vermaelen segera mengikuti Fabregas ke Barcelona. Ban kapten diberikan kepada Mikel Arteta.
5. Mikel Arteta (2014-2016)
Sama seperti Fabregas, penunjukan Arteta sebagai kapten tidak memunculkan resistensi dari suporter maupun rekan-rekannya. Pria yang kini melatih The Gunners itu dianggap sebagai gelandang dengan kemampuan memimpin yang bagus.
Masalah Arteta ada pada cedera yang tak kunjung pulih. Pria asal Spanyol itu hanya tampil 16 kali di Liga Premier selama dua tahun sebagai kapten. Tapi, beda dengan Fabregas yang pindah ke Barcelona, Arteta memutuskan pensiun sebagai pemain Arsenal sebelum bergabung dengan Pep Guardiola di Manchester City sebagai asisten pelatih.
6. Per Mertesacker (2016-2018)
Jabatan kapten Mertesacker di Arsenal sangat mirip dengan Arteta. Sebelum menjadi kapten, bek asal Jerman itu tampil sangat bagus. Tapi, setelah didaulat menjadi pemimpin skuad The Gunners, Mertesacker justru kehilangan sentuhan magisnya. Dia menghabiskan lebih banyak waktu di rumah sakit dibanding di lapangan. Dalam dua musim terakhir di Emirates Stadium, Mertesacker hanya bermain 7 kali di Liga Premier.
Akhirnya, Mertesacker pensiun semakain pemain Arsenal pada akhir musim 2017/2018. Dia kembali ke London Utara sebagai salah satu staf pengajar di Akademi The Gunners.
7. Laurent Koscielny (2018-2019)
Menyusul pensiunnya Mertesacker, Koscielny diangkat menjadi kapten baru Arsenal. Dia membuat penampilan pertamanya musim 2018/2019 melawan Southampton dengan kekalahan 2-3. Kemudian, Koscielny memainkan apa yang terbukti menjadi pertandingan terakhirnya untuk Arsenal sebagai kapten, dalam kekalahan 1-4 dari Chelsea di final Liga Eropa 2018/2019.
Kekalahan itu benar-benar membuat Koscielny stres. Dengan kontrak yang tersisa 1 tahun, dia meminta dijual ke klub di kampung halamannya, Girondins Bordeaux. Manajemen tidak setuju karena pelatih masih menginginkan jasa Koscielny.
Penolakan itu berdampak panjang. Pasalnya, sang pemain membalas dengan menolak untuk ambil bagian dalam tur pramusim Arsenal di Amerika Serikat. Dia memutuskan tetap tinggal di London sampai klub mengizinkan pindah ke Bordeaux. Ban kapten Koscielny akhirnya dicopot dan Arsenal terpaksa menjual 4,6 juta pounds. Kepindahannya ke Ligue 1 diiringi hujatan fans.
8. Granit Xhaka (2019)
Xhaka dipilih menjadi kapten Arsenal berdasarkan voting yang sengaja diadakan Unai Emery pada 27 September 2019. Pemain asal Swiss keturunan Albania tersebut menerima penunjukkan dirinya menjadi pemimpin skuad The Gunners.
Namun, bulan madu Xhaka sebagai kapten hanya seumur jagung. Satu bulan setelah menjadi kapten, Xhaka memimpin rekan-rekannya menghadapi Crystal Palace di Emirates Stadium. Lantaran dianggap tampil kurang memuaskan, dia diganti pada menit 61.
Saat berjalan meninggalkan lapangan, fans Arsenal mencemooh Xhaka. Dia menanggapinya dengan membuat beberapa gerakan sarkastik. Dengan marah, Xhaka mengatakan "persetan" dua kali kepada fans yang mengejeknya. Lalu, dia melepas jersey Arsenal di lapangan sebelum berjalan masuk ruang ganti tanpa menyapa rekan-rekannya di bench.
Seuai laga, Emery menggambarkan perilaku Xhaka sebagai kesalahan. Nakhoda asal Spanyol itu juga menyarankan Xhaka meminta maaf. Kemudian, pada 5 November 2019, ban kapten Xhaka dicopot. Aubameyang mengambil alih kendali hingga Arteta menjadi pelatih menggantikan Emery.
Aubameyang direkrut Arsenal dari Borussia Dortmund pada musim dingin 2018. The Gunners mengeluarkan 56 juta pounds untuk penyerang tim nasional Gabon tersebut. Angka tersebut menjadi rekor transfer untuk Arsenal kala itu.
BACA BERITA LAINNYA
Pratama Arhan, Anak Blora dengan Skill Titisan Rory Delap
Pratama Arhan, Anak Blora dengan Skill Titisan Rory Delap
Namun, Aubameyang harus berhati-hati. Pasalnya, The Gunners punya kenangan kurang menggembirakan dengan 8 kapten tim sebelumnya. Ada yang cedera panjang. Tapi, tidak sedikit yang bermusuhan dengan suporter. Berikut ini ceritanya:
BACA FEATURE LAINNYA
7 Kisah Pemain ‘Pulang Kampung’ Paling Berkesan, Terbaru Gareth Bale
7 Kisah Pemain ‘Pulang Kampung’ Paling Berkesan, Terbaru Gareth Bale
Setelah diresmikan menjadi pemimpin The Gunners, sejumlah masalah menghantam. Salah satunya, Gallas dikritik karena kepemimpinannya selama pertandingan dengan Birmingham City yang kurang bagus. Saat itu, Eduardo da Silva mengalami patah kaki mengerikan, tapi Gallas tidak berbuat banyak untuk membela rekannya dari Brasil-Kroasia itu.
2. Cesc Fabregas (2008-2011)
Tidak ada yang meragukan kemampuan Fabregas saat dipilih menjadi kapten, meski masih muda. Mayoritas suporter menerima dengan tangan terbuka kebijakan Wenger. Sebab, Arsenal menemukan pemuda Spanyol itu ketika masih sangat muda di Barcelona dan membawanya ke London.
Bertahun-tahun menjadi kapten, masalah datang ketika The Gunners tak kunjung mendapatkan trofi. Di sisi lain, tawaran menggiurkan datang dari klub masa kecilnya, Barcelona. Fabregas tidak bisa menolak. Begitu pula Arsenal yang tidak memberikan izin negosiasi transfer.
Setelah melewati serangkaian protes keras dan pemogokan, Fabregas akhirnya pergi ke Camp Nou dengan meninggalkan kekecewaan besar di kepala suporter The Gunners. Fans semakin kecewa karena beberapa tahun kemudian dia kembali ke Inggris untuk membantu Chelsea mendapatkan trofi Liga Premier 2 kali.
3. Robin van Persie (2011-2012)
Kepergian Fabregas langsung direspons dengan penunjukkan Van Persie. Awalnya, pemain asal Belanda itu berjuang melawan cedera yang datang silih berganti. Tapi, kondisinya semakin membaik seiring berjalannya waktu. Setelah mencetak 30 gol di Liga Premier, Van Persie lalu mengenakan ban kapten.
Meski menjadi kapten, spekulasi tentang masa depan Van Persie menjadi liar. Sebab, kontraknya hanya tersisa satu tahun. Seperti petir di siang hari, mantan pemain Feyenoord Rotterdam itu akhirnya memilih tidak melanjutkan tugas di Emirates Stadium. Yang membuat fans marah adalah keputusannya hijrah ke Manchester United.
Kepindahaan Van Persie direspons dengan pembakaran jersey Arsenal miliknya oleh pendukung garis keras The Gunners.
4. Thomas Vermaelen (2012-2014)
Pada saat itu, Vermaelen adalah bek tengah terbaik Arsenal. Jadi, normal jika ban kapten diserahkan kepada pemain asal Belgia tersebut. Awalnya, semua berjalan baik. Lalu, Vermaelen melakukan sejumlah kesalahan yang membuat Wenger kecewa. Sang nakhoda semakin kecewa setelah Vermaelen berurusan dengan tim medis karena cedera.
Setelah menjadi pemain pengganti yang tidak digunakan dalam kemenangan Arsenal di Piala FA 2013/2014, Vermaelen segera mengikuti Fabregas ke Barcelona. Ban kapten diberikan kepada Mikel Arteta.
5. Mikel Arteta (2014-2016)
Sama seperti Fabregas, penunjukan Arteta sebagai kapten tidak memunculkan resistensi dari suporter maupun rekan-rekannya. Pria yang kini melatih The Gunners itu dianggap sebagai gelandang dengan kemampuan memimpin yang bagus.
Masalah Arteta ada pada cedera yang tak kunjung pulih. Pria asal Spanyol itu hanya tampil 16 kali di Liga Premier selama dua tahun sebagai kapten. Tapi, beda dengan Fabregas yang pindah ke Barcelona, Arteta memutuskan pensiun sebagai pemain Arsenal sebelum bergabung dengan Pep Guardiola di Manchester City sebagai asisten pelatih.
6. Per Mertesacker (2016-2018)
Jabatan kapten Mertesacker di Arsenal sangat mirip dengan Arteta. Sebelum menjadi kapten, bek asal Jerman itu tampil sangat bagus. Tapi, setelah didaulat menjadi pemimpin skuad The Gunners, Mertesacker justru kehilangan sentuhan magisnya. Dia menghabiskan lebih banyak waktu di rumah sakit dibanding di lapangan. Dalam dua musim terakhir di Emirates Stadium, Mertesacker hanya bermain 7 kali di Liga Premier.
Akhirnya, Mertesacker pensiun semakain pemain Arsenal pada akhir musim 2017/2018. Dia kembali ke London Utara sebagai salah satu staf pengajar di Akademi The Gunners.
7. Laurent Koscielny (2018-2019)
Menyusul pensiunnya Mertesacker, Koscielny diangkat menjadi kapten baru Arsenal. Dia membuat penampilan pertamanya musim 2018/2019 melawan Southampton dengan kekalahan 2-3. Kemudian, Koscielny memainkan apa yang terbukti menjadi pertandingan terakhirnya untuk Arsenal sebagai kapten, dalam kekalahan 1-4 dari Chelsea di final Liga Eropa 2018/2019.
Kekalahan itu benar-benar membuat Koscielny stres. Dengan kontrak yang tersisa 1 tahun, dia meminta dijual ke klub di kampung halamannya, Girondins Bordeaux. Manajemen tidak setuju karena pelatih masih menginginkan jasa Koscielny.
Penolakan itu berdampak panjang. Pasalnya, sang pemain membalas dengan menolak untuk ambil bagian dalam tur pramusim Arsenal di Amerika Serikat. Dia memutuskan tetap tinggal di London sampai klub mengizinkan pindah ke Bordeaux. Ban kapten Koscielny akhirnya dicopot dan Arsenal terpaksa menjual 4,6 juta pounds. Kepindahannya ke Ligue 1 diiringi hujatan fans.
8. Granit Xhaka (2019)
Xhaka dipilih menjadi kapten Arsenal berdasarkan voting yang sengaja diadakan Unai Emery pada 27 September 2019. Pemain asal Swiss keturunan Albania tersebut menerima penunjukkan dirinya menjadi pemimpin skuad The Gunners.
Namun, bulan madu Xhaka sebagai kapten hanya seumur jagung. Satu bulan setelah menjadi kapten, Xhaka memimpin rekan-rekannya menghadapi Crystal Palace di Emirates Stadium. Lantaran dianggap tampil kurang memuaskan, dia diganti pada menit 61.
Saat berjalan meninggalkan lapangan, fans Arsenal mencemooh Xhaka. Dia menanggapinya dengan membuat beberapa gerakan sarkastik. Dengan marah, Xhaka mengatakan "persetan" dua kali kepada fans yang mengejeknya. Lalu, dia melepas jersey Arsenal di lapangan sebelum berjalan masuk ruang ganti tanpa menyapa rekan-rekannya di bench.
Seuai laga, Emery menggambarkan perilaku Xhaka sebagai kesalahan. Nakhoda asal Spanyol itu juga menyarankan Xhaka meminta maaf. Kemudian, pada 5 November 2019, ban kapten Xhaka dicopot. Aubameyang mengambil alih kendali hingga Arteta menjadi pelatih menggantikan Emery.