Mereka adalah nama-nama populer di Liga Indonesia.
Sebelum kick-off Liga 1 2023/2024, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) bekerja sama dengan Asosiasi Sepakbola Jepang (JFA) melakukan seleksi ketat kepada para pengadil lapangan yang akan tampil. Uniknya, tiga wasit FIFA milik Indonesia ternyata tidak lolos. Kok, bisa?

Dengan fair dan sportif, PSSI memberi kesempatan kepada sekitar 160 wasit untuk mengikuti seleksi dengan prosedural yang sangat ketat sesuai standar FIFA. Selama beberapa hari, mereka menjalani tes yang ketat di Stadion Pakansari, Cibinong.

Hasilnya, cukup mengejutkan. Ternyata, hanya 18 wasit yang lolos dan layak menjadi pengadil Liga 1 2023/2024. Mereka adalah Thoriq Alkatiri (Purwakarta), Yudi Nurcahya (Bandung), Choirudin (Bantul), Naufal Adya Fairuski (Bandung), Zetman Pangaribuan (Jakarta), Armyn Dwi Suryathin (Lubuklinggau).

Ada lagi Heru Cahyono (Jakarta), Abdul Aziz (Ciamis), Bangkit Sanjaya (Lampung Timur), Nendi Rohaendi (Bandung), Agus Fauzan Arifin (Sleman), Aidil Azmi (Banda Aceh), Gedion Dapaherang (Jakarta), Ginanjar Rahman Latief (Bandung), Erfan Efendi (Surabaya), Asep Yandis (Karawang), Ryan Nanda Saputra (Bandung), dan Rio Putra Permana (Pekanbaru).

"Saya berharap 18 wasit di Liga 1 dan 24 wasit di Liga 2 yang dinyatakan lolos, mampu menjaga amanah yang diberikan. Mau menjadi bagian dari yang sama-sama kita inginkan, siap menjalani sumpah, dan berkomitmen penuh agar sepakbola kita dihargai," ujar Erick Thohir, di situs resmi PSSI.

Jika anda perhatikan, daftar itu bermakna ada tiga wasit FIFA yang selama ini memimpin Liga Indonesia, yang hilang. Siapa saja mereka? Ini daftarnya:

1. Aprisman Aranda (Padang)

Aprisman Aranda
berasal dari Padang, Sumatera Barat. Dia menjadi wasit FIFA sejak 2020 setelah melalui seleksi yang tidak mudah. Di era Liga 1, Aprisman sudah memimpin 46 pertandingan. Hasilnya, 229 kartu keluar dari sakunya. Rinciannya, 217 kartu kuning dan 12 kartu merah.

Meski diakui FIFA, Aprisman justru punya banyak pengalaman kurang menyenangkan ketika memimpin pertandingan di Indonesia. Entah dia yang salah atau klub yang memang tidak mengerti peraturan, Aprisman Aranda sering mendapatkan perlakuan kurang baik.

Contohnya saat memimpin pertandingan Bhayangkara FC melawan Borneo FC pada 2017. Saat itu, Pelatih Borneo FC, Iwan Setiawan, dengan kasar menyebut Aprisman Aranda harus dipenjara setelah membiarkan Ilija Spasojevic dan Otavio Dutra mencetak gol ke gawang Pesut Etam.



2. Fariq Hitaba (Yogyakarta)

Fariq Hitaba
menjadi wasit FIFA sejak 2020 setelah menjalani seleksi dan ujian ketat, khususnya dalam kemampuan Bahasa Inggris dan pemahaman peraturan pertandingan. Meski berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah, dia berdomisili di Yogyakarta dan berada di bawah naungan Asprov PSSI DIY.

Sebagai wasit yang berkiprah di Indonesia, hujatan sudah menjadi makanan Fariq Hitaba setiap turun ke lapangan. Salah satu momen yang cukup dikenal suporter adalah saat memimpin pertandingan Liga 1 2017 antara PS TNI melawan Persija Jakarta di Stadion Pakansari, Cibinong. Laga itu dikenal sebagai "VAR ala Indonesia".

Dalam laga itu, Fariq Hitaba sempat memutuskan memberikan hadiah penalti untuk PS TNI. Tapi, dia membatalkan keputusan itu setelah melihat tayangan ulang melalui handphone di pinggir lapangan. Ide itu muncul karena ofisial Persija Jakarta memprovokasi Fariq Hitaba dan memprotes dengan kasar.

Kemudian, Fariq Hitaba dihukum PSSI. Tapi, dia memiliki pembelaan. Dia mengaku reflek meniup peluit dan menunjuk titik penalti setelah melihat Ryuji Utomo melakukan handball. Tapi, setelah itu dia tidak yakin 100% lantaran ada tekanan dari kubu Macan Kemayoran.

3. Sance Lawita (Manado)

Sance Lawita
menjadi wasit FIFA pada 2022. Dia adalah anggota TNI-AD. Sempat bertugas di Divisi 1 Kostrad, Batalyon Linud 432, Sance Lawita sempat tercatat sebagai anggota Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) Grup A. Artinya, tugas sehari-hari wasit asal Sulawesi Utara itu mengawal Presiden Indonesia.

Tugas pertama Sance Lawita menjadi anggota Paspampres adalah mengawal Presiden SBY pada 2013. Kemudian, berlanjut mengawal Presiden Jokowi pada 2016. Setelah tiga tahun bertugas, Sance Lawita dipindah ke Korem 131/Santiago di Manado, Sulawesi Utara.

Sebagai pengadil lapangan, Sance Lawita bukan tanpa cela. Bahkan, beberapa keputusannya fatal dan sempat berujung hukuman PSSI. Contohnya, musim lalu ketika dia melakukan kesalahan ketika memimpin Borneo FC melawan Persebaya Surabaya.