Kalian tim Saddil Ramdani atau bagian dari netizen?
Komentar netizen Indonesia tak perlu diragukan lagi kadar kepedasannya. Urusan membuat orang lain tersinggung atau bahkan berdampak pada mental orang itu, bagi netizen Indonesia tak menjadi soal.
Tabiat komentar dengan nuansa negatif itu pada akhirnya membuat seorang Saddil Ramdani jengah. Winger lincah yang kini bermain di Sabah FC itu akhirnya meluapkan emosinya lewat kata-kata panjang kali lebar.
Dalam unggahan Instragram terbarunya eks Persela Lamongan itu menyampaikan rasa kesalnya dengan menanggapi beragam komentar bernada serupa pada sebuah video cuplikan golnya ke gawang Kelantan United dalam pertandingan Liga Super Malaysia, Senin (26/6) malam lalu.
"Halo, sebenarnya saya tidak mau membalas komentar yang selalu ingin menjatuhkan mental saya. Tapi hari ini saya sedikit ada pembelaan buat disi saya sendiri. Kenapa? Karena kalian tidak melihat dari situasi yang saya alami dan teman-teman lainnya di Timnas," tulis Saddil Ramdani di Instagram.
Tak biasanya Saddil Ramadani menyempatkan diri merespon komentar-komentar nyelekit dari netizen Indonesia.
Pemain berusia 24 tahun itu muak karena belakangan ini terus-menerus dibandingkan oleh netizen Indonesia soal performanya di Timnas Indonesia dengan di Sabah FC. Padahal menurut Saddil Ramdani perbedaan jam terbang turut mempengaruhi kualitas permainannya di atas lapangan.
"Jadi begini, kenapa sih kalian membandingkan saya di Timnas sama di klub beda? Ya, beda lah! Saya sebagai pemain butuh namanya jam terbang dan kebebasan untuk bermain. Apakah di Timnas kami diberikan itu? Tidak sama sekali!" Tulisannya dengan nada marah.
Sebagai perbandingan, dari 10 laga bersama Sabah FC Saddil Ramdani sudah mencetak 5 gol dan 4 asisst, sementara itu bersama Timnas Indonesia dari 10 laga Saddil Ramdani baru mencetak 1 gol dan 2 asisst.
Namun seperti yang disampaikan oleh Saddil Ramdani, situasi yang dihadapinya berbeda. Salah satunya menit bermain. Di klub Saddil Ramdani lebih leluasa. Hal itulah yang tak dipahami oleh netizen Indonesia yang gampang menyederhanakan kesimpulan lalu melontarkan komentar-komentar yang menjatuhkan mental si pemain.
"Buat apa kami bermain dalam tuntutan kalian yang sok tahu. Ubah dong mindset dan pola pikir karena kalian tidak berada di posisi kami,"
Pemain asal Raha, Sulawesi Tenggara, itu juga marah karena publik menganggap enteng Liga Super Malaysia.
"Dan yang terakhir kalian bilang main di Liga Malaysia biasa saja? Sudah berapa orang yang pulang dan tidak sanggup main di sini karena tuntutan dan segala macam. Memang kalian pikir di sini tidak susah setengah mati untuk menyesuaikan diri. Kalian hanya buat mental dan pikiran pemain selalu down," pungkasnya.
Tabiat komentar dengan nuansa negatif itu pada akhirnya membuat seorang Saddil Ramdani jengah. Winger lincah yang kini bermain di Sabah FC itu akhirnya meluapkan emosinya lewat kata-kata panjang kali lebar.
BACA VIRAL LAINNYA
Sebut Pemain Keturunan "Pendatang", Saddil Ramdani Dirujak Netizen +62
Sebut Pemain Keturunan "Pendatang", Saddil Ramdani Dirujak Netizen +62
Pemain berusia 24 tahun itu muak karena belakangan ini terus-menerus dibandingkan oleh netizen Indonesia soal performanya di Timnas Indonesia dengan di Sabah FC. Padahal menurut Saddil Ramdani perbedaan jam terbang turut mempengaruhi kualitas permainannya di atas lapangan.
"Jadi begini, kenapa sih kalian membandingkan saya di Timnas sama di klub beda? Ya, beda lah! Saya sebagai pemain butuh namanya jam terbang dan kebebasan untuk bermain. Apakah di Timnas kami diberikan itu? Tidak sama sekali!" Tulisannya dengan nada marah.
BACA BERITA LAINNYA
Dulu Tolak Israel, Kini Gubernur Bali Siap Gelar Piala Dunia U-17 2023
Dulu Tolak Israel, Kini Gubernur Bali Siap Gelar Piala Dunia U-17 2023
Namun seperti yang disampaikan oleh Saddil Ramdani, situasi yang dihadapinya berbeda. Salah satunya menit bermain. Di klub Saddil Ramdani lebih leluasa. Hal itulah yang tak dipahami oleh netizen Indonesia yang gampang menyederhanakan kesimpulan lalu melontarkan komentar-komentar yang menjatuhkan mental si pemain.
Pemain asal Raha, Sulawesi Tenggara, itu juga marah karena publik menganggap enteng Liga Super Malaysia.