Sungguh mulia hidupnya.
Penggemar Borussia Dortmund pasti sudah tidak asing dengan nama Neven Subotic, sosok bek tengah yang tangguh dalam menjaga gawang Die Borussen dari kebobolan. Pemain berpaspor Serbia tersebut telah mengabdi untuk Die Schwarzgelben selama 10 tahun dan membantu Dortmund meraih 2 gelar Bundesliga dan 2 gelar DFB Pokal.
Tetapi tahukah, selama mengabdi untuk Dortmund, Subotic tidak pernah pulang ke negaranya ketika jeda musim Bundesliga ataupun liburan bersama keluarga dan teman-teman setimnya. Lalu kemana Subotic? Ia menghabiskan waktu liburannya untuk beramal dan melakukan suatu tindakan kemanusiaan.
Subotic mendirikan sebuah yayasan di Ethiopia dan setiap libur musim panas, ia selalu mengunjungi negera Afrika bagian barat dari Sudan tersebut. Hal tersebut ia lakukan untuk melihat perkembangan yayasannya, apakah sudah banyak membantu rakyat Ethiopia atau belum. Ia selalu menganggap Ethiopia sebagai rumah kedua untuknya.
Pada bulan November 2012, Subotic mendirikan the Neven Subotic Foundation yang bertujuan untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di beberapa bagian termiskin di dunia tersebut (Ethiopia). Setiap musim panas, pria berusia 31 tahun tersebut selalu melakukan perjalanan ke wilayah Tigray di Ethiopia utara, tempat program yang ia jalankan dengan nama WASH (water, sanitation and hygiene) yang di danai sendiri oleh yayasannya dan memberi orang-orang lokal disana akses air bersih, perawatan sanitasi, dan kebersihan yang cocok untuk manusia.
“Kita semua ingin hidup di dunia yang lebih baik dan kita semua memiliki tujuan yang sama, kita semua ingin menciptakan dunia untuk generasi berikutnya di mana anak-anak kita dapat menjalani hidup yang bermakna dan manusiawi. " ujar Subotic kepada dw.com.
Pengalaman yang tidak mengenakkan ketika massa kecil membuat Subotic dewasa terpanggil jiwanya untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan. Ketika terjadi perang Bosnia pada tahun 1994, ia dan keluarganya harus mengungsi ke Jerman. Dalam keadaan ekonomi yang tidak karuan, ayah dan ibu Subotic harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dan Subotic harus membantu ayah dan ibunya sembari bergabung dengan tim sepak bola TSV Schwarzenberg.
"Sulit bagi mereka (ayah dan ibu Subotic) untuk mencari pekerjaan pada waktu itu karena begitu banyak pengungsi telah tiba di Jerman. Ayah saya akan pergi dari pintu ke pintu bertanya apakah dia bisa melakukan pekerjaan seperti di kebun atau jika ada sesuatu yang perlu diperbaiki, hal tersebut ia lakukan (ayah Subotic) supaya kami dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dan lebih banyak uang, tetapi juga untuk membantu mengirim persediaan penting seperti makanan dan obat-obatan kepada anggota keluarga yang masih di Yugoslavia (Bosnia),” Ungkap Subotic.
Sebelum Subotic membuat program WASH tersebut, ia memikirkan terlebih dahulu dampak dari program yang ia buat.
"Yang paling penting adalah mencari tahu apa dampak proyek kami sebenarnya, Siapa yang mendapat manfaat dari pompa? Bagaimana sanitasi ditingkatkan? Bagaimana tanggung jawab untuk proyek dibagi di antara penduduk setempat?”
“Secara pribadi, rasanya senang bisa mengobrol dan bermain bersama dengan anak-anak disana (Ethiopia). Terlepas dari kendala bahasa, kami memiliki banyak kesamaan. Ketika kami tiba di sini, saya merasa seperti pulang ke rumah”
Tidak seperti ketika ia berada di Dortmund ataupun di Cologne, orang-orang yang bertemu Subotic di Ethiopia tidak melihatnya sebagai pemain sepak bola profesional tetapi sebagai seorang manusia biasa yang datang untuk membantu mereka dan ingin belajar banyak dari mereka.
"Di sini, di Ethiopia, senang tidak selalu berbicara tentang sepak bola. Ini semua tentang hal-hal yang sangat penting yang mempengaruhi kehidupan di mana-mana. Itu sangat penting bagi saya. Saya memiliki kesempatan untuk belajar tentang hal-hal (ekonomi,kesehatan dan lain-lain) seperti itu di sini karena saya bukan hanya dilihat sebagai pemain bola, tetapi sebagai seseorang yang ingin belajar,” tambah Subotic.
Tetapi tahukah, selama mengabdi untuk Dortmund, Subotic tidak pernah pulang ke negaranya ketika jeda musim Bundesliga ataupun liburan bersama keluarga dan teman-teman setimnya. Lalu kemana Subotic? Ia menghabiskan waktu liburannya untuk beramal dan melakukan suatu tindakan kemanusiaan.
BACA BERITA LAINNYA
Kabar Terbaru Ruben Loftus-Cheek, Lama Dibekap Cedera
Kabar Terbaru Ruben Loftus-Cheek, Lama Dibekap Cedera
"Sulit bagi mereka (ayah dan ibu Subotic) untuk mencari pekerjaan pada waktu itu karena begitu banyak pengungsi telah tiba di Jerman. Ayah saya akan pergi dari pintu ke pintu bertanya apakah dia bisa melakukan pekerjaan seperti di kebun atau jika ada sesuatu yang perlu diperbaiki, hal tersebut ia lakukan (ayah Subotic) supaya kami dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dan lebih banyak uang, tetapi juga untuk membantu mengirim persediaan penting seperti makanan dan obat-obatan kepada anggota keluarga yang masih di Yugoslavia (Bosnia),” Ungkap Subotic.
BACA FEATURE LAINNYA
Marega Keluar Lapangan Saat Laga Berlangsung, Penyebabnya Bikin Trenyuh
Marega Keluar Lapangan Saat Laga Berlangsung, Penyebabnya Bikin Trenyuh
"Yang paling penting adalah mencari tahu apa dampak proyek kami sebenarnya, Siapa yang mendapat manfaat dari pompa? Bagaimana sanitasi ditingkatkan? Bagaimana tanggung jawab untuk proyek dibagi di antara penduduk setempat?”
Tidak seperti ketika ia berada di Dortmund ataupun di Cologne, orang-orang yang bertemu Subotic di Ethiopia tidak melihatnya sebagai pemain sepak bola profesional tetapi sebagai seorang manusia biasa yang datang untuk membantu mereka dan ingin belajar banyak dari mereka.