Pelatih lain yang menderita kanker dan cukup populer adalah Tito Villanova. Meski menjalani perawatan medis modern, nyawa Tito tidak bisa diselamatkan.
Kanker mematikan ternyata tidak mampu membuat Joaquin Caparros berhenti menjadi pelatih sepakbola. Vonis leukemia yang didapatkan tidak menjadikan dirinya menyerah. Tahun lalu, dia tetap melatih Sevilla. Tahun ini, tim nasional Armenia.

Bagi sepakbola Negeri Matador, pemilik nama lengkap Joaquin de Jesus Caparros Camino itu bukan sosok asing. Pelatih berusia 63 tahun tersebut memiliki catatan karier yang sangat panjang. Dia sudah menjadi pelatih sejak 1981 saat berusia 26 tahun.

Caparros duduk manis di bench setelah gagal menjadi pemain yang berkompetisi di level atas. Dia hanya mampu menghabiskan waktu sebagai pesepakbola medioker bersama sejumlah klub kecil. Meski menimba ilmu di Akademi Real Madrid, dia hanya bermain untuk Plus Ultra, Leganes, Conquense, hingga Tarancon.

Sadar akan tidak berkembang, Caparros memberanikan diri menjadi pelatih. Dimulai dengan klub kecil seperti San Jose Obrero, Campillo, Motilla, Castile-La Mancha, Gimnastico Alcazar, Conquense, Manzanares, hingga Moralo; Caparros mulai mendapatkan kesempatan menukangi klub-klub profesional di kasta yang lebih tinggi.

Banyak klub La Liga pernah dilatihnya. Selain Sevilla dan Athletic Bilbao, Caparros juga sempat menukangi Deportivo La Coruna, Real Mallorca, Levante, Granada, Villarreal, Osasuna, hingga Recreativo Huelva. Dia juga sempat melatih Neuchatel Xamax (Swiss) dan Al Ahli (Qatar).

"Saya sudah menekuni olahraga ini sejak lama. Bagi saya tidak ada yang menggembirakan selain berada di lapangan bersama para pemain serta berbagi ruang ganti bersama mereka. Saya adalah orang yang berpikiran optimistis. Saya tidak akan menyerah melawan masalah ini," ujar Caparros saat mengumumkan menderita leukemia tahun lalu, dilansir BBC Sport.

Beruntung, leukemia yang diderita Caparros adalah kanker yang progresif. Maksudnya, dia akan menggerogoti tubuhnya perlahan-lahan sehingga tidak perlu menjalani perawatan intensif di rumah sakit dalam waktu lama. Caparros bisa menjalani rawat jalan dengan kemoterapi sambil melakukan aktivitas normalnya.

"Saya mengetahuinya lebih awal sehingga bisa hidup normal. Saya tidak menerima pengobatan apa pun (menginap di rumah sakit). Saya ingin menikmati pekerjaan saya. Saya tidak akan membicarakan masalah ini lebih banyak. Tapi, saya ingin memastikan semua orang tetap tenang dan tidak perlu mencemaskan saya," tambah pelatih kelahiran Utrera, 15 Oktober 1955, tersebut.

Mantan pelatih Bilbao tersebut mengambil alih kursi kepelatihan Sevilla untuk ketiga kalinya pada 15 Maret 2019 setelah Pablo Machin dipecat. Pada 28 April 2018-19 Mei 2018, dia juga menjadi caretaker Los Rojiblancos. Pada 1 Juli 2000-3 Juni 2005, Caparros juga melatih klub Andalucia tersebut.

Menariknya, selama Machin menjadi nakhoda, Caparros menjabat sebagai direktur teknik. Dia bekerja hingga akhir musim 2018/2019 sebelum manajemen menunjuk Julen Lopetegui, yang membantu Sevilla menjuarai Liga Eropa 2019/2020.

Setelah kembali ke posisi awal sebagai direktur teknik, Caparros justru mendapatkan tawaran dari Asosiasi Sepakbola Armenia (FFA) pada 10 Maret 2020. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali duduk di bench, meski harus menukangi tim yang memiliki peringkat FIFA di atas 100.

"Joaquin sosok yang tepat untuk membantu mengembangkan sepakbola di negara ini. Dia sangat berpengalaman. Dia tahu apa yang harus dikerjakan untuk menjadikan sepakbola Armenia sejajar dengan negara-negara Eropa Barat. Ini butuh proses. Tapi, kami sangat yakin dengan proyek ini," ungkap Direktur Teknik FFA yang berasal dari Spanyol, Gines Melendez, dilansir ArmSport ketika itu.

Sejak datang ke Yerevan, Caparros tidak mengeluhkan sakitnya. Dia tetap menjalani pengobatan leukemia yang dideritanya dengan rawat jalan seperti biasa. Sejauh ini, Caparros sudah memimpin 5 pertandingan Armenia di berbagai event. Hasilnya, 2 kemenangan, 2 skor imbang, dan 1 kekalahan.



Sesuai jadwal, Caparros akan memimpin Armenia menghadapi Macedonia Utara di Vazgen Sargsyan Republican Stadium, Yerevan, Kamis (19/11/2020) dini hari WIB, pada duel lanjutan UEFA Nations League. Pada laga sebelumnya, mereka mengalahkan Georgia 2-1 di Tbilisi.

"Selamat untuk seluruh tim atas kemenangan hebat ini. Kami mendedikasikannya untuk semua rakyat Armenia. #NationsLeague," tulis Caparros di Twitter resmi miliknya, @JoaquinCaparros.

Uniknya, Caparros bukan pelatih sepakbola di Spanyol pertama yang mengalami masalah kesehatan serius. Sebelumnya, Eduardo Berizzo juga didiagnosis kanker prostat ketika menukangi Sevilla pada 2017. Dia menjalani perawatan dan sukses, meski kemudian dipecat setelah hasil yang mengecewakan di La Liga. Kini, Berizzo menangani tim nasional Paraguay.

Pelatih lain yang menderita kanker dan cukup populer adalah Tito Villanova. Saat menukangi Barcelona, mantan asisten Pep Guardiola itu menderita kanker kelenjar air liur. Meski menjalani perawatan medis modern, nyawa Tito tidak bisa diselamatkan.