Hanya tampil tiga kali di tim utama Manchester United. Justru terbenam dalam kegagalan setelah pulang dari Manchester.
Pada Januari 2004, Dong Fangzhuo menandatangani kontrak dengan Manchester United dari klub Cina, Dalian Shide. Saat itu, ia baru saja berusia 18 tahun, Fangzhuo menjadi pemain Asia Timur pertama yang bergabung dengan 'Setan Merah'.

Fangzhuo, tak hanya menjadi harapan untuk klub barunya, lebih luas lagi, ia adalah tumpuan bagi timnas China - sebuah negara yang masih mencari generasi terbaik sepakbola.

Dalam kesepakatan senilai 500.000 pounds, Fangzhuo seolah jadi sebuah pertaruhan. Banyak yang beranggapan, bakat dan kemampuan olah bolanya masih relatif tidak diketahui.

Meski begitu, dari sumber yang lebih valid,  Dong Fangzhuo memang tampil bagus di Kejuaraan junior AFC 2004, berkat salah satu golnya, tim Tiongkok berhasil mencapai final. Pada tahun yang sama, Fangzhuo terpilih sebagai Pemain Muda FIFPro.

Nominasi itu sendiri menjadi bukti, betapa potensi sang juru gedor tak bisa dipandang sebelah mata, mengingat Cristiano Ronaldo, Arjen Robben dan Robinho pernah masuk dalam daftar penghargaan yang sama.

Di lain sisi, pembelian Fangzhuo adalah bagain dari strategi atau ekspansi pasar United di kawasan Asia Timur.

Itu diakui langsung mantan Chief-executive Manchester United, David Gill yang mengumumkan bahwa kesepakatan dengan Dalian Shide itu akan “membuka kemungkinan keuntungan, yang tak terhitung banyaknya bagi klub di pasar Cina. Artinya, kesepakatan itu bersifat olahraga dan juga komersial. Dong memiliki kualitas yang luar biasa.”

Sayangnya, pujian itu jauh panggang dari api. Dong justru tidak bisa menunjukkan 'kualitas luar biasa' yang dimaksud Gill. Dia membuat 3 penampilan di tim utama untuk Manchester United, tapi hasilnya nihil.

Seperti cerita tentang pemain-pemain lain yang gagal, Dong kemudian pindah dari klub ke klub di Eropa dan Asia. Tapi, kemanapun dia pergi, upaya Dong adalah upaya untuk menghilangkan jerat kegagalan ketika di Manchester United.

Perjalanan Karier Dong di Eropa

Dong bukan tanpa pembuktian. Setelah melewati hari-hari buruk di Old Trafford, Dong menikmati masa pinjaman yang lumayan membanggakan di klub lokal Belgia, Royal Antwerp.

Tapi yang tak boleh luput, bermain di Eropa bukan hanya soal teknis, tapi juga kemampuan berkomunikasi, dalam soal yang sederhana: bahasa.

Mantan sekretaris jenderal Royal Antwerp, Paul Bistaux menyatakan bahwa Fangzhou adalah "pria yang baik, dengan etos kerja yang baik. Tapi dia tidak bisa bahasa Inggris sama sekali."

Dalam sebuah wawancara tahun 2004 dengan The Guardian, penyerang itu menyatakan (melalui penerjemah) perjuangannya dengan kehidupan yang sama sekali baru, jauh dari rumah.

“Saya tidak mengenal siapa pun dan saya tidak bisa berbicara bahasa Flemish, Prancis, atau Inggris. Yang saya miliki hanyalah perusahaan saya sendiri dan kamar hotel."

Terlepas dari itu semua, Dong tetap di Royal Antwerp selama 2 musim.
Secara mengesankan, di klub Belgia itu, ia finis sebagai pencetak gol terbanyak ke-2 di Liga Proximus pada musim 2005/06, dengan 18 gol dalam 28 pertandingan.

Musim berikutnya, segalanya terlihat lebih baik untuk Dong. 9 gol dalam 14 pertandingan untuk Royal Antwerp. Dan pada tahun-tahun itu, dia dipanggil ke tim nasional Tiongkok untuk pertama kalinya.

Mengingat catatan itu, Manchester United tidak membuang waktu. Mereka membawa balik Dong ke Old Trafford. Setelah 27 gol dalam satu setengah tahun di Proximus League dan sudah sampai pada level timnas, tampaknya Dong akan membuat tanda 'keajaiban' di Inggris. Tetapi yang diharapkan tidak terwujud sama sekali.

Andy Welsh, staff pelatih Manchester United, yang dikirim ke Antwerp untuk memantau perkembangan Dong, menyatakan: "Dia benar-benar berjuang dengan budaya dan tekanan, dia layak untuk kembali berada di Manchester United."

Pada musim 2006/07, Dong melakukan debut kompetitifnya di Liga Premier melawan Chelsea.

Musim itu Manchester United sudah memastikan gelar Liga Premier dan beberapa bintang diistirahatkan dalam persiapan untuk final Piala FA di akhir pekan berikutnya.

Dong tampil, hingga 20 menit terakhir, tapi gagal memberikan banyak pengaruh.

Itu bukan cerita baru, dimana pesepakbola muda yang mendapat kesempatan di lapangan justru tampil di bawah standard yang diharapkan.

Laga keduanya terjadi saat United melawan Coventry di Piala Liga, dan Setan Merah mengalami kekalahan mengejutkan 0-2, dan Dong gagal tampil mengesankan di hadapan Sir Alex Ferguson.

Penampilan ketiga dan terakhirnya untuk Manchester United terjadi pada pertandingan terakhir penyisihan grup Liga Champions, ketika ia masuk selama 20 menit melawan Roma.

Menjelang musim 2008/09, Manchester United memutuskan kontrak Dong, dia kembali ke Dalian Shide, dua tahun sebelum berakhirnya kontrak resmi di Old Trafford.

Tapi di negara asalnya, Dong tetap tak bisa berkembang lebih jauh, bahkan dia dikritik dengan jujur oleh pengamat Su Maozhen, yang  menganggap Dong penuh arogansi.

“Setelah Manchester United, Dong berpikir semuanya akan mudah dan ketika dia kembali ke China, dia akan menjadi yang terbaik. Dong jelas bukan yang terbaik, dia tidak mencetak gol dalam dua tahun,” ujarnya.

Sebelum pindah ke klub ternama Polandia, Legia Warsawa, Dong sudah tidak lagi rutin dipanggil untuk membela timnas China.

Tidak diragukan lagi, beberapa tahun yang penuh gejolak pasti berdampak dalam karirnya. Potensinya tak kunjung terwujud. Meskipun berkelana dari klub ke klub di Eropa, dia tidak pernah bisa secara konsisten mencetak gol.

Bentuk terbaik dalam karir Dong datang agak terlambat, saat ia mencetak 9 gol dalam 43 pertandingan untuk Hunan Billows, tetapi itu hanya klub di Divisi Dua Liga Tiongkok.

Lebih buruk lagi, Dong menjadi ejekan publik di negara asalnya. Dia menerima hukuman 6 kali pelarangan bertanding.

Itu akibat ulahnya, saat mengacungkan jari tengahnya ke pendukung Institut Teknologi Beijing.

5 tahun yang lalu, Dong bahkan pernah diundang sebagai bintang tamu ke acara TV reality show China untuk mendapatkan 'perawatan kulit yang mengelupas' untuk peremajaan wajahnya.

Walhasil, surat kabar The Sun bahkan menulis dalam tajuk utama, "Bintang muda Man United dari China, Dong Fangzhuo, beralih dari hal besar berikutnya di Old Trafford menjadi orang aneh di reality show TV."

Memulai Karir Sebagai Pelatih

Kegagalannya untuk memenuhi ekspektasi luhur sebagai pesepakbola dan bintang masa depan China, tak serta merta membuat Dong meninggalkan sepakbola.

Karena alasan itu, pengangkatannya baru-baru ini sebagai pelatih sepak bola untuk sebuah akademi di Xiamen, Cina, adalah langkah baru bagi Dong.

Bagai juru selamat, Dong berujar penuh nasihat, "Saya harap saya dapat berbagi pengalaman sukses dan tidak sukses saya di Eropa dengan para pemain muda, sehingga mereka dapat lebih memahami sepak bola ..."

Anak didik Dong agaknya perlu belajar dan menimba sebanyak mungkin ilmu dari pengalaman Dong. Agar mereka tak menjadi korban dari gegap gempita pesepakbola bola muda.