Kalau pakai Adriano tendangannya bisa kenceng pol. Kenapa dia bisa sangat hebat dibanding pemain lainnya.
Kira-kira hal apa yang paling menyenangkan saat Anda memainkan game (gim) simulasi sepakbola, sebutlah seperti Winning Eleven (WE), Pro Evolution Soccer (PES) baik versi 4, 5, atau 6?
Selain kemampuan yang Anda miliki, stick yang bagus, layar Televisi memuaskan dan kualitas pemain jempolan adalah kombinasi sempurna untuk menang.
Mengenai yang terakhir, karakter Adriano Leite agaknya memang dibikin khusus oleh pembuat gim asal Jepang, Shingo Takatsuka, untuk membuat ketar ketir pemain lain, pasalnya juru gedor timnas Brazil itu dibekali atribut yang luar biasa.
Profilnya sebagai karakter terbilang hampir sempurna, sebutlah kekuatan tembakan (shoot power) yang menarik sampai angka 99. Belum lagi dengan kemampuan keseimbangan (balance) yang menyentuh sampai angka 98, lalu untuk urusan akselerasi dan menyerang di angka 90, serta top speed sampai 88.
Rentetan angka di atas lebih dari cukup untuk membuat seorang yang tidak suka Inter Milan sekali pun akan luluh dan memutuskan untuk memakai klub yang berjuluk Nerrazurri itu.
Sederhana saja, selain kesenangan yang dicari dalam permainan PES adalah kemenangan, dan dengan atribut serta rating yang dimilikinya skuad Inter Milan musim 2005/2006 itu siapa yang tak tergiur.
Dan dengan adanya Adriano, rasanya hanya perlu menggiring bola ke arah gawang lawan dan lalu menekan tombol segi empat sekenanya, hampir bisa dipastikan angka di layar berubah dan sebuah gol tercipta.
Menembak tepat sasaran, body balance yang sulit untuk dikalahkan, lari yang meliuk-liuk dan kencang dan lain sebagainya.
Semua itu tak dimiliki oleh karakter lain. Bahkan candaan yang populer diantara para pemain gim PES 6 , "Tidak ada yang lebih ikonik dari Adriano, dia yang paling 'dewa' di sini."
Dalam seri gim tersebut, Adriano juga menjadi bintang sampul bersama John Terry. Dan timnya, Inter Milan secara keseluruhan sangat menyenangkan untuk dimainkan.
Sebagaimana dilansir dari Dream Team FC, di balik statistik apik Adriano dan Inter Milan, usut punya usut ada unsur subjektivitas dari pembuat gim PES yakni Shingo Takatsuka.
Dimana, laki-laki Jepang yang sempat menjabat sebagai produser eksekutif PES itu tak lain merupakan penggemar berat Inter Milan dan terutama Adriano.
Hal itu bisa dibuktikan langsung, lihatlah skuad Inter Milan dalam gim PES versi 5 dan 6, yang mana hampir semua pemain memiliki rating yang dipenuhi oleh angka-angka tinggi berwarna kuning dan merah.
Shingo Takatsuka membuat skuad Inter Milan hampir setara dengan Shaolin Soccer. Dari mulai barisan belakang, tengah, hingga depan.
Di lini belakang, Inter Milan dalam dunia virtual punya spesialisasi palang pintu kokoh, mulai dari Javier Zanetti, Ivan Cordoba, dan Walter Samuel yang dengan rating terbaik mereka tidak akan membiarkan lewat lawan satupun, kalaupun berhasil kiper Francesco Toldo ada di sana untuk menggagalkan usaha pemain lawan.
Sedikit maju ke depan, pun begitu, Juan Sebastian Veron dan Esteban Cambiasso membentuk poros lini tengah yang kokoh dan memungkinkan Dejan Stankovic, Obafemi Martins dan Alvaro Recoba untuk memberikan dukungan bagi bomber seperti Adriano.
Selama wawancara dengan SPORTbible, Zlatan Ibrahimovic menggambarkan Adriano sebagai pemain paling bertalenta yang pernah dilihatnya.
Inter Milan dan Adriano dalam Versi Sebenarnya
Di gim PES Inter Milan dan Adriano begitu hebat, tapi bukankah pembuat gim selalu berpatokan pada kenyataan? Mari kita lihat bagaimana Adriano dan Inter Milan pada musim-musim awal tahun 2000-an. Tahun dimana gim itu menjadikan kekuatan sebuah klub sebagai pijakan.
Terakhir kali Inter Milan berjaya dan mengangkat Scudetto ialah pada musim 2006 dan sampai 2009. Bahkan di tahun 2009 Inter Milan juga sukses di daratan Eropa.
Sementara untuk Adriano, banyak yang beranggapan Adriano versi asli tidak seberapa hebat dengan versi gimnya. Benarkah demikian? Nyatanya, hal itu tak sepenuhnya benar.
Lihat saja track record dan skill yang dimiliki Adriano, pada masa jayanya Adriano memang punya tendangan yang kencang dan terukur. Misal pada sebuah pertandingan saat Inter melawat ke Perugia musim 2003-2004 lalu.
Adriano menggiring bola dari tengah, mengecoh, berputar dan meliuk-liuk melewati 4 pemain, sebelum akhirnya, ia berhasil mengarahkan bola bola ke gawang, aksinya itu membuat kiper lawan tak berdaya. Bisa dibilang musim itu adalah musim terbaik Adriano, pasca dibekap cedera, ia justru menggila dengan mencetak 21 gol hanya dalam 31 pertandingan di semua kompetisi.
Setahun setelahnya, pada musim 2004-2005, Adriano bahkan mampu membukukan 28 gol dan empat assist hanya dalam 42 penampilan berseragam Nerrazurri. Namun pasca musim itu, penampilan Adriano makin memburuk, catatan golnya turun drastis menjadi 19 gol dan hanya 6 gol di musim berikutnya.
Puncaknya pada paruh musim 2007-2008, Adriano dipinjamkan Inter ke klub lamanya di Brazil, Sao Paulo FC. Di negara asalnya pun penampilan Adriano tak kunjung membaik. Di penghujung karirnya, Adriano berpindah dari satu klub ke klub lain, mulai dari Flamengo, kembali ke Serie-A dengan memperkuat AS Roma, lalu Corinthians, lalu Atletico Paranense, Le Havre, hingga klub MLS Miami United. Di akhir karirnya Adriano terpuruk sepeninggal ayahnya.
Begitulah akhir cerita dari pesepakbola bernama Adriano, jagoan di gim PES tapi di usia senja karirnya ia terlempar dan terseok-seok.
Selain kemampuan yang Anda miliki, stick yang bagus, layar Televisi memuaskan dan kualitas pemain jempolan adalah kombinasi sempurna untuk menang.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Kisah Alessandro Agostini dan Francesco Janich, 2 Pemain yang Enggan Cetak Gol
Kisah Alessandro Agostini dan Francesco Janich, 2 Pemain yang Enggan Cetak Gol
Sederhana saja, selain kesenangan yang dicari dalam permainan PES adalah kemenangan, dan dengan atribut serta rating yang dimilikinya skuad Inter Milan musim 2005/2006 itu siapa yang tak tergiur.
BACA FEATURE LAINNYA
14 Legenda yang Jumlah Golnya di Liga Champions Sudah Dilewati Erling Haaland
14 Legenda yang Jumlah Golnya di Liga Champions Sudah Dilewati Erling Haaland
Menembak tepat sasaran, body balance yang sulit untuk dikalahkan, lari yang meliuk-liuk dan kencang dan lain sebagainya.
Dalam seri gim tersebut, Adriano juga menjadi bintang sampul bersama John Terry. Dan timnya, Inter Milan secara keseluruhan sangat menyenangkan untuk dimainkan.
Dimana, laki-laki Jepang yang sempat menjabat sebagai produser eksekutif PES itu tak lain merupakan penggemar berat Inter Milan dan terutama Adriano.
Hal itu bisa dibuktikan langsung, lihatlah skuad Inter Milan dalam gim PES versi 5 dan 6, yang mana hampir semua pemain memiliki rating yang dipenuhi oleh angka-angka tinggi berwarna kuning dan merah.
Shingo Takatsuka membuat skuad Inter Milan hampir setara dengan Shaolin Soccer. Dari mulai barisan belakang, tengah, hingga depan.
Di lini belakang, Inter Milan dalam dunia virtual punya spesialisasi palang pintu kokoh, mulai dari Javier Zanetti, Ivan Cordoba, dan Walter Samuel yang dengan rating terbaik mereka tidak akan membiarkan lewat lawan satupun, kalaupun berhasil kiper Francesco Toldo ada di sana untuk menggagalkan usaha pemain lawan.
Sedikit maju ke depan, pun begitu, Juan Sebastian Veron dan Esteban Cambiasso membentuk poros lini tengah yang kokoh dan memungkinkan Dejan Stankovic, Obafemi Martins dan Alvaro Recoba untuk memberikan dukungan bagi bomber seperti Adriano.
Selama wawancara dengan SPORTbible, Zlatan Ibrahimovic menggambarkan Adriano sebagai pemain paling bertalenta yang pernah dilihatnya.
Inter Milan dan Adriano dalam Versi Sebenarnya
Di gim PES Inter Milan dan Adriano begitu hebat, tapi bukankah pembuat gim selalu berpatokan pada kenyataan? Mari kita lihat bagaimana Adriano dan Inter Milan pada musim-musim awal tahun 2000-an. Tahun dimana gim itu menjadikan kekuatan sebuah klub sebagai pijakan.
Terakhir kali Inter Milan berjaya dan mengangkat Scudetto ialah pada musim 2006 dan sampai 2009. Bahkan di tahun 2009 Inter Milan juga sukses di daratan Eropa.
Sementara untuk Adriano, banyak yang beranggapan Adriano versi asli tidak seberapa hebat dengan versi gimnya. Benarkah demikian? Nyatanya, hal itu tak sepenuhnya benar.
Lihat saja track record dan skill yang dimiliki Adriano, pada masa jayanya Adriano memang punya tendangan yang kencang dan terukur. Misal pada sebuah pertandingan saat Inter melawat ke Perugia musim 2003-2004 lalu.
Adriano menggiring bola dari tengah, mengecoh, berputar dan meliuk-liuk melewati 4 pemain, sebelum akhirnya, ia berhasil mengarahkan bola bola ke gawang, aksinya itu membuat kiper lawan tak berdaya. Bisa dibilang musim itu adalah musim terbaik Adriano, pasca dibekap cedera, ia justru menggila dengan mencetak 21 gol hanya dalam 31 pertandingan di semua kompetisi.
Setahun setelahnya, pada musim 2004-2005, Adriano bahkan mampu membukukan 28 gol dan empat assist hanya dalam 42 penampilan berseragam Nerrazurri. Namun pasca musim itu, penampilan Adriano makin memburuk, catatan golnya turun drastis menjadi 19 gol dan hanya 6 gol di musim berikutnya.
Puncaknya pada paruh musim 2007-2008, Adriano dipinjamkan Inter ke klub lamanya di Brazil, Sao Paulo FC. Di negara asalnya pun penampilan Adriano tak kunjung membaik. Di penghujung karirnya, Adriano berpindah dari satu klub ke klub lain, mulai dari Flamengo, kembali ke Serie-A dengan memperkuat AS Roma, lalu Corinthians, lalu Atletico Paranense, Le Havre, hingga klub MLS Miami United. Di akhir karirnya Adriano terpuruk sepeninggal ayahnya.
Begitulah akhir cerita dari pesepakbola bernama Adriano, jagoan di gim PES tapi di usia senja karirnya ia terlempar dan terseok-seok.