Masih ingat pesepakbola asal Kamerun bernama Tibidi Alexis yang pernah sukses di Indonesia. Seangkatan Dejan Gluscevic dan Perry Sandria.
Masih ingat pesepakbola asal Kamerun bernama Alexis Tibidi atau Tibidi Alexis (versi pers Indonesia)? Pesepakbola asal Kamerun itu bermain di Liga Indonesia pada masa-masa awal pembentukan bersama sejumlah klub seperti Bandung Raya dan Mitra Surabaya.
Meski memiliki karier yang singkat di Indonesia, Tibidi sempat membantu BR menjuarai Liga Indonesia 1995/1996. Dia juga menolong Mitra mencapai semifinal 1996/1997. Tibidi meninggalkan Indonesia ketika kompetisi berhenti pada 1998 akibat krisis ekonomi yang berujung kerusuhan sosial dan Reformasi.
Sempat kembali ke Indonesia setelah kondisi normal untuk membela sejumlah klub, Tibidi tidak bisa mengembalikan kariernya ke puncak lagi. Sentuhan magisnya sudah hilang dan dia harus kembali meninggalkan Indonesia. Meski berasal dari Kamerun, Tibidi lebih memilih tinggal dan menetap di Prancis.
Setelah meninggalkan Indonesia, tidak ada kabar tentang Tibidi. Yang terdengar justru Alexis Ronaldo Tibidi. Remaja yang bisa disapa Alexis Tibidi Junior itu tercatat sebagai penyerang tim nasional Prancis U-17. Remaja kelahiran Lille, 3 November 2003, itu sekarang memperkuat Toulouse U-19.
Sebagai anak pemain sepakbola, Tibidi junior juga diarahkan ke olahraga. Bedanya, dia mengawalinya dengan karate. Bahkan, Tibidi junior pernah menjadi juara kategori anak-anak di kompetisi karate Piala Prancis di kelas -45 kg.
Namun, darah sepakbola ternyata mengalir sangat deras di tubuh Tibidi junior. Diwarisi DNA Tibidi senior, Tibidi junior akhir memiliki sepakbola ketika menginjak remaja. Demi mendukung karier sang anak keluarga Tibidi berpindah-pindah kota mulai dari Monaco, Nice, Tours, hingga akhirnya Toulouse. Sebelumnya, di sempat bermain untuk ESA Brive.
"Hanya proposal Toulouse yang serius. Tanpa banyak permintaan kami mencapai kesepakatan verbal dengan Toulouse. Mereka mengujinya dan ternyata masuk dalam kriteria. Lalu, kontrak ditandatangani begitu saja," kata Tibidi senior kepada La Montagne.
Memulai dari U-14, Tibidi junior naik kelas ke U-15, U-16, U-17, U-18, hingga U-19. "Lingkungan yang baik membantunya berkembang menjadi pesepakbola. Saya rasa dia tidak membutuhkan agen. Saya di sini untuk mengurus semuanya. Keluarga akan berperan penting. Apalagi sekolahnya belum selesai," tambah Tibidi senior.
Sejauh ini, Tibidi junior memiliki 2 pertandingan untuk Prancis U-17. Dia menjalani debut pada akhir tahun lalu saat Prancis U-17 beruji coba dengan Italia U-17. Saat itu, Tibidi junior baru berusia 16 tahun 1 bulan 1 hari. Dia bermain lagi pada 27 Februari 2020 saat Prancis U-16 melawan Denmark U-16. Sayang, pada dua pertandingan itu, tim muda Les Bleus kalah.
"Saya masih tetap dan terus menjadi pelatihnya. Dari persiapan fisik sebelum pertandingan, hingga jeda babak pertama, saya selalu membimbingnya. Saya mengatakan kepadanya saya adalah pelatihnya di stadion. Tapi, di rumah saya ayahnya lagi," tambah Tibidi senior.
Bagi para penggemar sepakbola Indonesia pada 1990-an, Tibidi bukan sosok asing. Saat itu, Tibi bergabung dengan BR pada 1994 ketika keran pemain asing dibuka lebar-lebar. Bersama rekan senegara asal Kamerun, Olinga Atangana, Tibidi menjadi pemain paling berpengaruh di klub asal Jawa Barat tersebut.
Selain itu, BR pada era tersebut juga diperkuat Dejan Gluscevic, Hermansyah, Nuralim, Herry Kiswanto, Surya Lesmana, Budiman, Ajat Sudrajat, Alexander Saununu, hingga Peri Sandria. Pelatihnya, Henk Wullems, dan manajernya, Tri Goestoro.
Pada musim pertama, Tibidi hanya membantu BR lolos ke babak 8 besar. Pada 1995/1996, semuanya berubah. BR tampil sebagai juara wilayah. Mereka berhadapan dengan Mitra Surabaya di semifinal. BR menang adu penalti. BR akhirnya berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan PSM Makassar 2-0. Gluscevic melengkapi sukses dengan menjadi pencetak gol terbanyak dengan 30 gol dari 33 pertandingan.
Setelah sukses bersama BR, Tibidi pindah ke Spanyol untuk bermain di Real Valladolid. Hanya bertahan setengah musim di La Liga, dia kembali ke Indonesia. Tujuannya, Jawa Timur. Bersama Emmanuel Maboang Kessack yang baru meninggalkan Pelita Jaya, Tibidi dikontrak Mitra Surabaya pada Januari 1997.
Bersama Mitra, Tibidi menunjukkan kualitas terbaiknya sebagai bek sayap. Dia membantu klub yang sekarang bertransformasi menjadi Mitra Kukar tersebut lolos ke babak 12 besar. Setelah menjadi runner-up terbaik, Mitra menantang BR di semifinal. Tapi, mereka menyerah 0-1. Pada musim itu, Tibidi mampu memproduksi 13 gol.
Setelah kompetisi 1997/1998 dihentikan, Tibidi meninggalkan Indonesia. Dia kembali lagi pada 2003 untuk membela Arema. Dari Arema, Tibidi membela Persibom Bolaang Mongondow selama 2 musim (2004, 2005) dan PSBL Langsa (2006). Setelah itu, dia pergi dan tidak kembali.
Meski memiliki karier yang singkat di Indonesia, Tibidi sempat membantu BR menjuarai Liga Indonesia 1995/1996. Dia juga menolong Mitra mencapai semifinal 1996/1997. Tibidi meninggalkan Indonesia ketika kompetisi berhenti pada 1998 akibat krisis ekonomi yang berujung kerusuhan sosial dan Reformasi.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Kisah Wiljan Pluim, Terlunta-lunta di Vietnam Sebelum Jadi Bintang PSM
Kisah Wiljan Pluim, Terlunta-lunta di Vietnam Sebelum Jadi Bintang PSM
Sebagai anak pemain sepakbola, Tibidi junior juga diarahkan ke olahraga. Bedanya, dia mengawalinya dengan karate. Bahkan, Tibidi junior pernah menjadi juara kategori anak-anak di kompetisi karate Piala Prancis di kelas -45 kg.
BACA FEATURE LAINNYA
Hebat! Inilah 8 Pertandingan Clean Sheets yang Dijalani Edouard Mendy
Hebat! Inilah 8 Pertandingan Clean Sheets yang Dijalani Edouard Mendy
"Hanya proposal Toulouse yang serius. Tanpa banyak permintaan kami mencapai kesepakatan verbal dengan Toulouse. Mereka mengujinya dan ternyata masuk dalam kriteria. Lalu, kontrak ditandatangani begitu saja," kata Tibidi senior kepada La Montagne.
Sejauh ini, Tibidi junior memiliki 2 pertandingan untuk Prancis U-17. Dia menjalani debut pada akhir tahun lalu saat Prancis U-17 beruji coba dengan Italia U-17. Saat itu, Tibidi junior baru berusia 16 tahun 1 bulan 1 hari. Dia bermain lagi pada 27 Februari 2020 saat Prancis U-16 melawan Denmark U-16. Sayang, pada dua pertandingan itu, tim muda Les Bleus kalah.
Bagi para penggemar sepakbola Indonesia pada 1990-an, Tibidi bukan sosok asing. Saat itu, Tibi bergabung dengan BR pada 1994 ketika keran pemain asing dibuka lebar-lebar. Bersama rekan senegara asal Kamerun, Olinga Atangana, Tibidi menjadi pemain paling berpengaruh di klub asal Jawa Barat tersebut.
Selain itu, BR pada era tersebut juga diperkuat Dejan Gluscevic, Hermansyah, Nuralim, Herry Kiswanto, Surya Lesmana, Budiman, Ajat Sudrajat, Alexander Saununu, hingga Peri Sandria. Pelatihnya, Henk Wullems, dan manajernya, Tri Goestoro.
Pada musim pertama, Tibidi hanya membantu BR lolos ke babak 8 besar. Pada 1995/1996, semuanya berubah. BR tampil sebagai juara wilayah. Mereka berhadapan dengan Mitra Surabaya di semifinal. BR menang adu penalti. BR akhirnya berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan PSM Makassar 2-0. Gluscevic melengkapi sukses dengan menjadi pencetak gol terbanyak dengan 30 gol dari 33 pertandingan.
Setelah sukses bersama BR, Tibidi pindah ke Spanyol untuk bermain di Real Valladolid. Hanya bertahan setengah musim di La Liga, dia kembali ke Indonesia. Tujuannya, Jawa Timur. Bersama Emmanuel Maboang Kessack yang baru meninggalkan Pelita Jaya, Tibidi dikontrak Mitra Surabaya pada Januari 1997.
Bersama Mitra, Tibidi menunjukkan kualitas terbaiknya sebagai bek sayap. Dia membantu klub yang sekarang bertransformasi menjadi Mitra Kukar tersebut lolos ke babak 12 besar. Setelah menjadi runner-up terbaik, Mitra menantang BR di semifinal. Tapi, mereka menyerah 0-1. Pada musim itu, Tibidi mampu memproduksi 13 gol.
Setelah kompetisi 1997/1998 dihentikan, Tibidi meninggalkan Indonesia. Dia kembali lagi pada 2003 untuk membela Arema. Dari Arema, Tibidi membela Persibom Bolaang Mongondow selama 2 musim (2004, 2005) dan PSBL Langsa (2006). Setelah itu, dia pergi dan tidak kembali.