Juku Eja beruntung memiliki Pluim. Selain mempunyai kualitas, pesepakbola berpaspor Belanda tersebut tergolong setia
Bisanya, pemain asing di Liga Indonesia bermain singkat di sebuah klub.Tapi, hal tersebut tidak berlaku untuk Willem Jan Pluim. Datang pada 2016, pemain asal Belanda itu tetap setia bersama PSM Makassar hingga musim ini.
Juku Eja cukup beruntung memiliki pemain asing seperti Pluim. Selain mempunyai kualitas permainan yang baik, pesepakbola berpaspor Belanda tersebut tergolong setia. Gelandang serang berusia 31 tahun itu tidak pernah berpikir untuk meninggalkan PSM. Bahkan, ketika pandemi Covid-19 menghentikan kemeriahan Liga 1.
Tapi, sebelum menjadi pemain idola suporter PSM, perjalanan Pluim cukup panjang dan berliku. Satu tahun sebelum bermain untuk Juku Eja, dia masih tercatat sebagai salah satu pemain yang berkompetisi di Eredivisie bersama Willem II Tilburg.
Dari Negeri Kincir Angin, Pluim awalnya berencana bermain di Vietnam karena tawaran datang dari Becamex Binh Duong. Pluim sepakat bermain untuk Becamex karena pada musim tersebut menjadi wakil Vietnam di Liga Champions Asia. Dengan penuh optimisme, dia terbang ke Hanoi dari Amsterdam.
Sayang, musibah tiba-tiba datang menghampiri. Tidak lama setelah Liga Vietnam berjalan, Pluim harus dirawat di rumah sakit akibat menderita infeksi usus. Entah apa penyebabnya, kemungkinan makanan yang dikonsumsi Pluim setiap hari yang kurang terjaga kebersihannya. Bisa juga karena alkohol yang berlebihan.
Melihat Pluim sakit keras, manajemen Becamex mengambil langkah pemutusan kontrak kerja. Mereka tidak peduli dengan kondisi Pluim yang sedang memerlukan bantuan moral maupun finansial. Becamex tidak ingin rugi mengontrak pemain yang yang tidak bisa bermain.
Beruntung, setelah menjalani perawatan beberapa hari, Pluim dinyatakan sembuh. Tapi, nasibnya terkatung-katung di negeri orang tanpa pekerjaan yang pasti dan uang yang mencukupi. Demi menjaga kebugaran tubuhnya, dia harus numpang latihan di FC Da Nang. Itu merupakan klub rival domestik Becamex.
Melihat ada pemain asing sebatang kara di Vietnam, Robert Postma dari Top Sport Management, yaitu agen pemain tempat Pluim bernaung, membawa berita gembira. Dia ditawarkan ke Indonesia dan ada klub yang menyambut dengan suka cita. Bahkan, klub itu memberinya kesempatan trial.
Tiba di Jakarta, Pluim langsung diterbangkan ke Makassar untuk menjalani seleksi bersama PSM. Tidak butuh waktu lama bagi tim pelatih Juku Eja ketika itu, yang dipimpin Luciano Leandro, untuk mengontrak Pluim.
Awalnya, Pluim hanya dikontrak 1 tahun. Lalu, kedatangan Robert Alberts untuk menggantikan Luciano membuat karier Pluim semakin menanjak. Sebagai sesama orang Belanda, dia mendapatkan peran yang bagus di klub.
Bersama Alberts sebagai pelatih, Pluim nyaris membawa PSM menjuarai Liga 1 2017 dan 2018. Hanya karena faktor non sepakbola, gelar juara harus jatuh ke tangan klub lain. Pada 2017 menjadi milik Bhayangkara FC dan 2018 disegel Persija Jakarta. Rumor campur tangan pihak luar sempat mewarnai hasil kompetisi pada 2 musim tersebut.
Meski gagal menjuarai Liga 1, bukan berarti Pluim tidak bisa menyumbangkan prestasi. Pluim baru bisa mengangkat trofi pada 2018/2019 saat PSM dilatih Darijo Kalezic. Mereka mengalahkan Macan Kemayoran dengan agregat 2-1 di final. Sama seperti dua edisi Liga 1 sebelumnya, kemenangan PSM juga memunculkan berbagai rumor tidak sedap terkait hal di luar sepakbola.
Bagi Pluim, menjuarai Piala Indonesia menjadi pencapaian tertingginya di sepakbola. Meski punya pengalaman bermain di Eredivisie, dia belum pernah juara. Sebab, Pluim lebih banyak menghabiskan waktu di klub-klub menengah.
Lahir pada 4 Januari 1989, Pluim merupakan lulusan Akademi Sepakbola Vitesse Arnhem. Tapi, ketika masuk skuad utama, performa Pluim dianggap kurang bagus. Selama sekitar 3 musim, dia hanya bermain pada 36 pertandingan Eredivisie dan mencetak 5 gol.
Dari Vitesse, Pluim menerima tawaran Roda JC Kerkrade. Bersama Roda, dia bermain 4 musim tahun. Sama seperti saat berada di Vitesse, Pluim juga kurang bersinar bersama Roda.
Kurang bersinar dengan Roda, Pluim akhirnya memilih hijrah ke PEC Zwolle sebelum merumput untuk Willem II Tilburg. Sayang, kontrak Pluim diputus di tengah jalan. Sempat menjalani seleksi di beberapa klub Denmark, Swedia, dan Norwegia, takdir Pluim ternyata ada di Asia Tenggara.
Juku Eja cukup beruntung memiliki pemain asing seperti Pluim. Selain mempunyai kualitas permainan yang baik, pesepakbola berpaspor Belanda tersebut tergolong setia. Gelandang serang berusia 31 tahun itu tidak pernah berpikir untuk meninggalkan PSM. Bahkan, ketika pandemi Covid-19 menghentikan kemeriahan Liga 1.
BACA BERITA LAINNYA
Ketika 17 Pemain Real Madrid Dihantam Cedera dan Corona, Ini Daftarnya
Ketika 17 Pemain Real Madrid Dihantam Cedera dan Corona, Ini Daftarnya
Beruntung, setelah menjalani perawatan beberapa hari, Pluim dinyatakan sembuh. Tapi, nasibnya terkatung-katung di negeri orang tanpa pekerjaan yang pasti dan uang yang mencukupi. Demi menjaga kebugaran tubuhnya, dia harus numpang latihan di FC Da Nang. Itu merupakan klub rival domestik Becamex.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Alexis Tibidi Jr, Calon Bintang Timnas Prancis Putra Pahlawan Bandung Raya
Alexis Tibidi Jr, Calon Bintang Timnas Prancis Putra Pahlawan Bandung Raya
Tiba di Jakarta, Pluim langsung diterbangkan ke Makassar untuk menjalani seleksi bersama PSM. Tidak butuh waktu lama bagi tim pelatih Juku Eja ketika itu, yang dipimpin Luciano Leandro, untuk mengontrak Pluim.
Bersama Alberts sebagai pelatih, Pluim nyaris membawa PSM menjuarai Liga 1 2017 dan 2018. Hanya karena faktor non sepakbola, gelar juara harus jatuh ke tangan klub lain. Pada 2017 menjadi milik Bhayangkara FC dan 2018 disegel Persija Jakarta. Rumor campur tangan pihak luar sempat mewarnai hasil kompetisi pada 2 musim tersebut.
Bagi Pluim, menjuarai Piala Indonesia menjadi pencapaian tertingginya di sepakbola. Meski punya pengalaman bermain di Eredivisie, dia belum pernah juara. Sebab, Pluim lebih banyak menghabiskan waktu di klub-klub menengah.
Lahir pada 4 Januari 1989, Pluim merupakan lulusan Akademi Sepakbola Vitesse Arnhem. Tapi, ketika masuk skuad utama, performa Pluim dianggap kurang bagus. Selama sekitar 3 musim, dia hanya bermain pada 36 pertandingan Eredivisie dan mencetak 5 gol.
Dari Vitesse, Pluim menerima tawaran Roda JC Kerkrade. Bersama Roda, dia bermain 4 musim tahun. Sama seperti saat berada di Vitesse, Pluim juga kurang bersinar bersama Roda.
Kurang bersinar dengan Roda, Pluim akhirnya memilih hijrah ke PEC Zwolle sebelum merumput untuk Willem II Tilburg. Sayang, kontrak Pluim diputus di tengah jalan. Sempat menjalani seleksi di beberapa klub Denmark, Swedia, dan Norwegia, takdir Pluim ternyata ada di Asia Tenggara.