Royston Drenthe dinyatakan bangkrut secara finansial.
Barcelona secara tradisional adalah rumah  bagi orang-orang Belanda di La Liga. Dari Johan Cruyff pada 1970-an hingga Frenkie de Jong pada masa kini. Tapi, bukan berarti banjir pemain Belanda belum pernah terjadi di Real Madrid.

Pada Februari 2006, Florentino Perez mengundurkan diri sebagai presiden Madrid, dengan alasan klub membutuhkan arah baru. Lima bulan kemudian, Ramon Calderon dipilih untuk menggantikannya. Dia berpindah kiblat dari Los Galacticos milik Perez menjadi Los Oranjes.

Mendatangkan banyak pemain Belanda, Calderon berharap kesuksesan. Saat itu, dia membayangkan pemain-pemain tersebut memiliki karier cemerlang layaknya Clarence Seedorf yang ikut menyumbang beberapa piala bergengsi selama bermukim di Estadio Santiago Bernabeu.

Berikut ini 6 pemain asal Belanda yang membela Los Blancos pada rentang waktu antara 2006 hingga 2012:


1. Ruud van Nistelrooy (2006-2010)



Calderon memulai revolusinya dengan mendatangkan Ruud van Nistelrooy dari Manchester United. Setelah membuktikan dirinya sebagai salah satu pencetak gol terbaik di Liga Premier, pemain yang saat itu berusia 30 tahun tersebut berselisih dengan Sir Alex Ferguson dan ingin bergabung dengan raksasa Spanyol.

Madrid mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk membayar 13,5 juta pounds. Itu menjadi pembelian yang bagus. Van Nistelrooy langsung mencetak hattrick pada pertandingan La Liga keduanya melawan Levante sebelum mencetak 4 gol dalam satu pertandingan hanya beberapa bulan kemudian.

Penampilannya sangat bagus sehingga dia membuat Ronaldo duduk di bangku cadangan, selain karena cedera. Dia mempertahankan performanya sepanjang musim hingga berakhir dengan 33 gol dalam 47 pertandingan di semua kompetisi dan mendapatkan julukan yang sangat imajinatif  "Van Gol".

Hanya bertahan hingga 2010, Van Nistelrooy pindah ke Hamburg SV sebelum pensiun bersama Malaga pada  2012. Saat ini, Van Nistelrooy bersama Patrick Lodewijks dan Dwight Lodeweges membantu Frank de Boer menukangi tim nasional Belanda.


2. Arjen Robben (2007-2009)

Ketika berkampanye untuk menjadi presiden Madrid, Calderon berjanji untuk mendatangkan Arjen Robben. Setahun kemudian, dia memenuhi janji itu. Pemain sayap tersebut bergabung dari Chelsea seharga 30 juta pounds.

Kedatangan Robben langsung diikuti Wesley Sneijder dari Ajax Amsterdam dengan 25 juta pounds dan Royston Drenthe dari Feyenoord Rotterdam dengan 12 juta pounds. Dalam rentang waktu satu jendela transfer, tiga talenta terbesar Belanda pada saat itu hadir di Estadio Bernabeu.

Pembelian yang kurang berhasil karena Robben absen di awal musim karena cedera. Dia baru pulih saat pergantian tahun. Saat kembali fit sepenuhnya, dia tidak butuh waktu lama untuk melakukan aksi membanggakan. Pada awal Februari 2008, Robben mencetak gol pertamanya dan menyumbangkan 2 assist dalam kemenangan 7-0 atas Real Valladolid.

Karier Robben di Madrid tidak lama karena pada 2009 pergi ke Jerman untuk selanjutnya menjadi legenda di Bayern Muenchen. Dia menyumbang banyak piala membanggakan di level lokal maupun internasional.

Sempat pensiun, pada 27 Juni 2020 Robben mengumumkan kembali ke lapangan dengan menandatangani kontrak untuk klub tempat dia memulai kariernya, FC Groningen. Dia mencetak gol pertamanya untuk Groningen dalam pertandingan persahabatan pramusim melawan Arminia Bielefeld. Pada 13 September 2020, dia melakukan debut liga untuk Groningen melawan PSV Eindhoven. Tapi, dia diganti setelah hanya 28 menit di lapangan karena cedera.


3. Wesley Sneijder (2007-2009)



Beda dengan Robben yang disebut sebagai manusia kaca, Sneijder langsung masuk ke starting line-up Madrid pada 2007/2008. Sneijder juga langsung mencetak gol saat Madrid melawan Atletico Madrid pada pertandingan perdana La Liga musim tersebut.

Sneijder kemudian mencetak 3 gol dalam 2 pertandingan berikutnya, termasuk tendangan bebas ke gawang Villareal yang memastikan klubnya tidak terlalu merindukan David Beckham. Menjelang Natal, Sneijder dan Van Nistelrooy berhasil mencetak 17 gol dan 12 assist untuk membawa Madrid di puncak klasemen.

Setelah sempat diganggu dengan cedera, karier Sneijder di Madrid berakhir bertepatan dengan kepergia Robben ke Jerman. Dengan hanya menjuarai La Liga 2007/2008, Sneijder kemudian pindah ke Inter Milan. Di klub itulah dia berjumpa Jose Mourinho dan menciptakan sejarah treble winners 2009/2010.

Sempat membela Galatasaray dan Nice setelah meninggalkan Italia, Sneijder akhirnya tetarik bermain di Timur Tengah bersama Al-Gharafa. Dia pensiun di klub itu pada 2019. Saat ini, Sneijder sedang menikmati hidupnya berkumpul bersama istri dan anak-anaknya sambil menikmati hobi lamanya menikmati berbagai jenis anggur.


4. Royston Drenthe (2007-2012)



Datang di saat yang sama dengan Robben dan Sneijder, Drenthe menjadi pemain Belanda yang bertahan cukup lama di Estadio Santiago Bernabeu. Dia baru meninggalkan Madrid pada 2012 atau 5 tahun setelah datang ke Negeri Matador.

Meski lama bermukim di Ibu Kota Negeri Matador, bukan berarti Drenthe menjadi pemain pilihan utama pelatih-pelatih Los Blancos. Sinar pemain yang berposisi sebagai fullback itu hanya terjadi di musim perdana. Trofi La Liga 2007/2008 menjadi persembahan Drenthe untuk klub.

Setelah musim debutnya, Drenthe lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan. Dia sempat dua kali dipinjamkan ke Hercules Alicante dan Everton. Dia dilepas ke Alania Vladikavkaz setelah kontrak kerjanya habis pada musim panas 2012. Sempat membela Reading, Sheffield Wednesday, Kayseri Erciyesspor, Baniyas, hingga Sparta Rotterdam, Drenthe kini tercatat sebagai anggota klub Tweede Divisie (level 3 di Belanda), Kozakken Boys. Dia terakhir dinyatakan bangkrut secara finansial.


5. Rafael van der Vaart (2008-2010)



Saat Euro 2008 digelar, Belanda bermain sangat bagus. Mereka mengalahkan Italia dan Prancis. Sneijder, Robben, dan Van Nistelrooy semuanya bersinar. Begitu juga Rafael van der Vaart. Akibatnya, kontrak datang dari Madrid dengan transfer 10 juta pounds dari Hamburg SV.

Awal kehidupannya di Madrid jauh dari ideal. Dia memulai kedua leg Supercopa des Espana melawan Valencia dan langsung mendapat kartu merah di pertandingan kedua. Syukurlah itu terbukti tidak mahal karena rekan senegaranya Van Nistelrooy mencetak 3 gol selama dua pertandingan untuk memberi klub satu-satunya trofi musim tersebut.

Dengan Sneijder absen di awal kampanye liga karena cedera, Van der Vaart langsung dimasukkan kembali ke starting line-up setelah selesai menjalani skorsing. Dua pertandingan kemudian, dia mencetak hattrick melawan Sporting Gijon. Tapi, Madrid kalah dari 10 pertandingan tersisa pada 2008/2009, termasuk kekalahan 0-2 dari Barcelona yang dipimpin Pep Guardiola.

Pada 31 Agustus 2010, Van der Vaart pindah ke Tottenham Hotspur setelah Madrid kalah bersaing dengan Barcelona di Spanyol maupun Eropa. Saat ini, Van der Vaart sudah pensiun dan sedang mengambil kursus pelatih. Dia memiliki rencana untuk menjadi pelatih sepakbola profesional di masa depan.


6. Klaas-Jan Huntelaar (2009)



Pada awal Desember 2008,  Madrid mencapai kesepakatan dengan Ajax untuk Huntelaar dengan biaya awal yang diperkirakan bernilai 20 juta euro dan berpotensi meningkat menjadi 27 juta euro. Huntelaar melakukan debut pada 4 Januari 2009 sekembalinya dari cedera dalam pertandingan kandang La Liga melawan Villarreal.

Sayang, karier Huntelaar di Madrid sangat pendek. Pada 6 Agustus 2009, dia ditransfer ke AC Milan dengan 17,75 juta euro. Dari Milan, dia ke Schalke 04 sebelum kembali ke Ajax. Hingga musim ini Huntelaar masih eksis menjadi pemain Ajax.