Hore! Mario Balotelli tidak jadi pengangguran lagi. Penyerang kontroversial Italia itu resmi dikontrak AC Monza.
Hore! Mario Balotelli tidak jadi pengangguran lagi. Penyerang kontroversial Italia itu resmi dikontrak AC Monza. Klub itu musim ini bermain di Serie B setelah musim lalu menjuarai Serie C Group A.

Balotelli menandatangani kontrak jangka pendek sampai musim panas 2021. Itu mengakhiri hari-hari tanpa kepastian yang dijalani Balotelli setelah pada akhir musim lalu dilepas Brescia setelah terdegradasi ke Serie B. Meski turun kasta, keputusan Balotelli bermain di Monza layak mendapatkan apresiasi.

Menurut CEO Monza, Adriano Galliani, Balotelli tidak boleh bermain-main lagi. Mantan pemain Inter Milan, Manchester City, Inter Milan, hingga AC Milan tersebut harus serius dengan masa depannya. Pasalnya, saat ini Balotelli sudah menginjak usia 30 tahun dan sebentar lagi berada dalam periode pensiun.

"Saya sudah berbicara dengannya. Saya mengatakan ini harus menjadi kesempatan terakhirnya. Ini benar dan sepenuhnya yang terakhir untuk dirinya. Jujur, saya suka Mario. Dia pemain dengan kualitas fisik dan teknik yang seharusnya bisa membuat kariernya lebih baik. Saya tidak paham kenapa dia sekarang begini. Dia baru 30 tahun," kata Galliani dilansir Football Italia.

"Saya masih percaya kepada dirinya. Mario itu anak baik. Saya bilang kepada dirinya supaya jangan percaya yang suka memberi pujian. Dia harus mendengar kritikan saya. Sebab, itu demi kebaikannya. Di matanya saya memiliki pemahaman yang dia perlukan," tambah pria berkepala plontos itu.

Galliani juga mengungkap bahwa Mino Raiola selaku agen Mario Balotelli, enggan menerima komisi dari nilai kontrak yang telah disepakati para pihak. Dia mengatakan kepada kami untuk mendidik Balotelli dengan benar dan mengembalikan kariernya seperti dulu lagi.

"Mario dan Mino menyambut hangat ajakan kami. Sejak awal kami tahu akan mencapai kesepakatan. Bahkan, mereka minta kami saja yang merumuskan angka-angka dalam kontraknya. Ini sangat menggembirakan semua pihak yang terlibat," beber Galliani.

Berikut ini 5 fakta menarik Monza yang wajib diketahui:


1. Dimiliki keluarga Silvio Berlusconi



Setelah tidak lagi menguasai mayoritas saham Milan, Silvio Berlusconi mencari tantangan baru dengan mengendalikan Monza. Mantan Perdana Menteri Italia tersebut menguasai Monza sejak 2018. Dia menunjuk putranya, Paolo Berlusconi, sebagai presiden klub dan Galliani sebagai CEO.

Misi Berlusconi adalah membawa Monza ke Serie A 2021/2022. "Promosi ke Serie A jelas bergantung banyak faktor. Tapi, saya sudah memahami beberapa di antaranya. Kami akan melakukan segalanya untuk memaksimalkannya," ujar Berlusconi kepada harian lokal Il Cittadino.

"Sebutan itu (Milan baru) bisa dianggap sebagai pujian. Tapi, Monza bukan tim ketiga dari Milan (setelah AC Milan dan Inter Milan). Monza  dari Kota Monza. Klub ini mewakili 900 ribu penghuninya. Kota ini punya identitasnya sendiri. Yang jelas, berbeda dengan Milan," tambah Berlusconi.

Dulu, Berlusconi dikenal sebagai pemilik Milan, yaitu pada 1986-2017. Di bawah kepemimpinannya, I Rossoneri meraih 8 gelar Serie A dan 5 Liga Champions. "Kami bukan Milan. Kami Monza. Kami sedang membangun tim untuk bisa mendapatkan prestasi di Serie B," beber Berlusconi.


2. Belum pernah bermain di Serie A



Sejarah klub dimulai pada 1 September 1912 ketika perpaduan berbagai masyarakat kota menghidupkan Monza Foot Ball Club. Berawal dari Terza Categoria, klub merangkak dari bawah selama 1920-an hingga 1930-an. Pada 1939, meski masih bermain di Terza Divisione, klub mencapai perempat final Coppa Italia. Satu-satunya tim selevel  yang mampu meraih hasil yang sama adalah Bari pada 1984. Lalu,  Alessandria pada 2016 yang mencapai semifinal.

Pada 1951 Monza mendapatkan promosi ke Serie B dan bertahan di divisi tersebut selama 15 tahun sebelum kembali ke Serie C. Kemudian, pada periode 1980 hingga 1990-an, Monza memasuki salah satu era kesuksesannya dengan menjuarai Coppa Italia Serie C 1988 dan 1992.

Pada 1996, klub kalah di final Coppa Italia Serie C melawan Empoli. Selanjutnya, pada awal 2000-an, klub kembali ke Serie C1 lagi dan pada pertengahan 2000-an, Monza bangkrut dan harus memulai lagi dari Serie D.

Pada 2017 klub memenangkan Serie D dan kembali ke Serie C, sebelum kalah di final Coppa Italia Serie C keempat pada 2019, melawan Viterbese. Pada 2020 Monza kembali ke Serie B, setelah absen selama 19 tahun dari kompetisi. Selain 1912, mereka dua kali dibentuk lagi, yaitu 3 Juni 2004 (AC Monza Brianza 1912) dan 2 Juli 2015 (SSD Monza 1912).


3. Punya aroma AC Milan yang menyengat

Keberadaan Berlusconi jelas membuat Monza beraroma Milan. Inisial klub ini, ACM, sama dengan Milan. Warna jersey juga dominan merah. Bedanya, Monza dengan garis putih. Sementara Milan dikenal sebagai merah-hitam.

Aroma Milan bisa dilihat dari skuad musim ini. Monza dilatih Cristian Brocchi. Dia adalah pemain I Rossoneri pada 2001-2008. Dia ikut saat Milan menjuarai Serie A (2003/2004), Coppa Italia (2002/2003), Supercoppa Italia (2004), Liga Champions (2002/2003, 2006/2007), Piala Super Eropa (2007), dan Piala Dunia Antarklub (2007).

Monza juga punya beberapa mantan pemain Milan. Selain Balotelli yang terbaru, mereka dibela Kevin-Prince Boateng. Dia bermain di Stadio San Siro pada 2010-2013 dan 2016. Ada lagi Gabriel Paletta, yang bermain untuk Milan pada 2015-2018.


4. Melahirkan sejumlah pemain hebat masa lalu

Meski belum pernah bermain di Serie A dan tergolong klub yoyo di Serie C dan Serie B, Monza punya masa lalu yang cukup pantas dibanggakan. Klub ini sempat melahirkan atau diperkuat nama-nama besar di sepakbola Italia. Mereka adalah pesepakbola hebat yang dikenang karena prestasinya.

Contohnya? Marco Branca (2000–2001), Pierluigi Casiraghi (1985–1989), Alessandro Costacurta (1986–1987), Luigi di Biagio (1989–1992), Patrice Evra (1999–2000), Maurizio Ganz (1988–1989), Jean-François Gillet (1999–2000), Nils Liedholm (1968–1969), Daniele Massaro (1978–1981), Emiliano Mondonico (1970–1971), Anselmo Robbiati (1987–1993, 2004–2005), hingga Giovanni Stroppa (1987–1989).


5. Lebih dikenal dengan Formula 1 dibanding sepakbola

Beda dengan kota-kota di Italia pada umumnya, aroma sepakbola tidak terlalu menyengat di Monza. Kota yang berbatasan dengan Milan tersebut justru dikenal sebagai tempat balapan Formula 1.  Autodromo Nazionale di Monza adalah kandang dan tempat Ferrari menghasilkan banyak kemenangan di lomba balap jet darat.

Balapan  pertama berlangsung pada 1922, meski GP Italia sudah digelar satu tahun sebelumnya. Sempat pindah ke Milan, Turin, Livorno, hingga Imola, Formula 1 kembali ke Monza. 

Dibangun sebuah taman bernama Royal Villa of Monza dalam suasana hutan, sirkuit ini memiliki tiga jalur, yaitu untuk Grand Prix sepanjang 5,793 km, untuk balapan Junior 2,405 km, dan trek oval berkecepatan tinggi 4,25 km. Fitur utama dari trek Grand Prix utama termasuk Curva Grande, Curva di Lesmo, Variante Ascari, dan Curva Parabolica. Kurva kecepatan tinggi, Curva Grande, terletak setelah Variante del Rettifilo yang terletak di ujung front straight atau Rettifilo Tribune, dan biasanya dihilangkan saat balapan Formula 1.

Di tempat ini, Michael Schumacher dan Lewis Hamilton tercatat sebagai yang paling banyak menang. Sementara untuk konstruktor menjadi milik Ferrari dengan 20 kali. Sementara untuk musim 2020, GP Italia dimenangkan Pierre Gasly dari AlphaTauri-Honda, Carlos Sainz Jr (McLaren-Renault), dan Lance Stroll (Racing Point-BWT Mercedes).