Jumlah peserta bertambah dari 32 ke 40. Kenapa Indonesia gigit jari?
Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) terus berusaha membuat Liga Champions Asia (LCA) kompetitif dan menarik perhatian publik. Salah satunya dengan menambah jumlah peserta fase grup dari 32 menjadi 40 klub. Tapi, Indonesia harus gigit jari.
LCA 2021 akan menjadi edisi ke-40 dari turnamen sepakbola klub utama yang diselenggarakan oleh AFC atau yang ke-19 di era LCA (dulu namanya Piala Champions). Pemenang turnamen secara otomatis akan lolos ke LCA 2022 jika mereka belum lolos melalui klasemen domestik.
Pemenang LCA 2021 juga akan lolos ke Piala Dunia Antarklub 2021 di Jepang. Jika juara LCA mereka berasal dari Jepang, maka runner-up yang akan mewakili AFC. Sebab, sebagai tuan rumah, Negeri Sakura akan mendapatkan 1 tiket otomatis ke turnamen besutan FIFA tersebut.
Masalahnya, Indonesia tidak akan mendapatkan kesempatan bermain di LCA musim depan. Berbeda dengan musim 2020 ketika Bali United selaku juara Liga 1 2019 mendapatkan kesempatan lewat play-off, untuk 2021 dan 2022 PSSI hanya boleh mengirimkan wakil ke Piala AFC.
Mengapa bisa seperti itu? Berikut ini penjelasannya:
1. Syarat dan ketentuan
Sebanyak 47 asosiasi anggota AFC diberi peringkat berdasarkan kinerja klub mereka selama 4 tahun terakhir di kompetisi AFC (peringkat dunia FIFA tim nasional tidak lagi dipertimbangkan). Asosiasi-asosiasi tersebut dibagi menjadi dua wilayah, barat dan timur.
Wilayah barat terdiri dari 25 asosiasi dari anggota Federasi Sepakbola Asia Barat (WAFF), Asosiasi Sepakbola Asia Tengah (CAFA), dan Federasi Sepakbola Asia Selatan (SAFF). Sementara wilayah timur terdiri dari 21 asosiasi dari Federasi Sepakbola ASEAN (AFF) dan Federasi Sepakbola Asia Timur (EAFF).
AFC dapat merelokasi satu atau lebih asosiasi ke wilayah lain jika perlu karena alasan olahraga. Misalnya, terkait level persaingan atau biaya transportasi dari satu negara ke negara lain.
2. Hanya 12 asosiasi setiap wilayah yang berhak ikut LCA
Untuk musim 2021, asosiasi dialokasikan slot sesuai dengan peringkat AFC yang diterbitkan pada 29 November 2019. Nilai koefisien itu ditetapkan dengan parameter obyektif berdasarkan kinerja mereka di LCA dan Piala AFC 2016-2019.
Dari hasil penilaian itu, didapatkan 24 asosiasi yang berhak mengirimkan wakil ke LCA dengan rincian masing-masing 12 di barat dan timur. Di wilayah timur misalnya, China berada di posisi puncak dengan 100.000 poin. Artinya, Liga Super China akan mengirimkan 3 wakil fase grup dan 1 play-off.
Di posisi 2 ada Jepang dengan 93.321 poin. Jatah mereka sama dengan China. Lalu, di posisi 3 Korea Selatan (85.979 poin) dengan wakil 2 fase grup 2 play-off. Jatah yang sama dengan Korea juga dimiliki Thailand di posisi 4 (51.189 poin), yang disusul Australia (40.896 poin) dengan 1 wakil fase grup dan 2 play-off.
Selanjutnya, Filipina (32.130 poin, 1 grup 1 play-off), Korea Utara (30.100 poin, tapi tidak bisa mengirim tim karena tidak ada yang memenuhi lisensi AFC sehingga digantikan negara lain), Vietnam (28.571 poin, 1 grup), Malaysia (26.960 poin, 1 grup), Singapura (26.607 poin, 1 grup) Hong Kong (19.945 poin, 1 grup warisan dari Korea Utara), dan Myanmar (12.756 poin, 1 play-off).
Bagaimana dengan Indonesia? Posisi Liga 1 tepat di belakang Liga Myanmar. Indonesia memiliki 12.550 poin sehingga hanya berhak mengirimkan 1 wakil ke fase grup Piala AFC dan 1 play-off di Zona ASEAN.
3. Dampak sanksi FIFA pada masa lalu masih terasa
Selain performa klub-klub Indonesia yang tidak memuaskan di play-off LCA maupun Piala AFC, ada faktor lain yang membuat tim-tim Liga 1 tidak diperhitungkan oleh AFC. Itu adalah sanksi FIFA terkait intervensi pemerintah terhadap PSSI yang dilakukan beberapa tahun lalu.
Sanksi itu telah membuat Indonesia absen pada 2 musim kompetisi Asia, yaitu 2016 dan 2017. Dalam AFC Club Competitions Ranking, AFC memberi poin 0 pada 2016 dan 2017. Sementara pada 2018 (4.100 poin), 2019 (5.045 poin), dan 2020 (9.145 poin) sehingga totalnya (12.550 poin).
4. Kapan Indonesia bisa mengirim wakil ke LCA lagi?
Jika melihat timeline yang ada serta penilaian yang dilakukan AFC setiap periodenya, musim 2023 Indonesia baru bisa mendapatkan kesempatan mengirim setidaknya 1 wakil ke play-off LCA. Nantinya, AFC akan menghitung poin koefisien Indonesia sejak 2018 hingga 2022.
Namun, bukan berarti Indonesia harus menunggu 2 musim. Klub peserta Liga 1 sebenarnya bisa saja tampil di LCA 2022. Syaratnya cukup berat, yaitu menjuarai Piala AFC 2021.
Dalam regulasi Piala AFC, AFC menegaskan bahwa juara musim 2021 akan mendapatkan tiket ke babak penyisihan LCA 2022 jika belum lolos melalui kompetisi domestik. Klub tersebut juga harus mendapatkan lisensi AFC untuk tampil di kompetisi elite antarklub. Sejauh ini sudah ada 7 klub yang memiliki lisensi itu, yaitu Bali United, Persipura Jayapura, Bhayangkara Solo, Borneo FC, Persib Bandung, Arema, dan Persija Jakarta.
LCA 2021 akan menjadi edisi ke-40 dari turnamen sepakbola klub utama yang diselenggarakan oleh AFC atau yang ke-19 di era LCA (dulu namanya Piala Champions). Pemenang turnamen secara otomatis akan lolos ke LCA 2022 jika mereka belum lolos melalui klasemen domestik.
BACA FEATURE LAINNYA
12 Pesepakbola yang Mengikuti Jejak Besar Orang Tuanya
12 Pesepakbola yang Mengikuti Jejak Besar Orang Tuanya
1. Syarat dan ketentuan
Sebanyak 47 asosiasi anggota AFC diberi peringkat berdasarkan kinerja klub mereka selama 4 tahun terakhir di kompetisi AFC (peringkat dunia FIFA tim nasional tidak lagi dipertimbangkan). Asosiasi-asosiasi tersebut dibagi menjadi dua wilayah, barat dan timur.
Wilayah barat terdiri dari 25 asosiasi dari anggota Federasi Sepakbola Asia Barat (WAFF), Asosiasi Sepakbola Asia Tengah (CAFA), dan Federasi Sepakbola Asia Selatan (SAFF). Sementara wilayah timur terdiri dari 21 asosiasi dari Federasi Sepakbola ASEAN (AFF) dan Federasi Sepakbola Asia Timur (EAFF).
BACA BERITA LAINNYA
Momen 4 Detik Milan Membentur Mistar Gawang Dua Kali, Sial!
Momen 4 Detik Milan Membentur Mistar Gawang Dua Kali, Sial!
2. Hanya 12 asosiasi setiap wilayah yang berhak ikut LCA
Untuk musim 2021, asosiasi dialokasikan slot sesuai dengan peringkat AFC yang diterbitkan pada 29 November 2019. Nilai koefisien itu ditetapkan dengan parameter obyektif berdasarkan kinerja mereka di LCA dan Piala AFC 2016-2019.
Di posisi 2 ada Jepang dengan 93.321 poin. Jatah mereka sama dengan China. Lalu, di posisi 3 Korea Selatan (85.979 poin) dengan wakil 2 fase grup 2 play-off. Jatah yang sama dengan Korea juga dimiliki Thailand di posisi 4 (51.189 poin), yang disusul Australia (40.896 poin) dengan 1 wakil fase grup dan 2 play-off.
Bagaimana dengan Indonesia? Posisi Liga 1 tepat di belakang Liga Myanmar. Indonesia memiliki 12.550 poin sehingga hanya berhak mengirimkan 1 wakil ke fase grup Piala AFC dan 1 play-off di Zona ASEAN.
3. Dampak sanksi FIFA pada masa lalu masih terasa
Selain performa klub-klub Indonesia yang tidak memuaskan di play-off LCA maupun Piala AFC, ada faktor lain yang membuat tim-tim Liga 1 tidak diperhitungkan oleh AFC. Itu adalah sanksi FIFA terkait intervensi pemerintah terhadap PSSI yang dilakukan beberapa tahun lalu.
Sanksi itu telah membuat Indonesia absen pada 2 musim kompetisi Asia, yaitu 2016 dan 2017. Dalam AFC Club Competitions Ranking, AFC memberi poin 0 pada 2016 dan 2017. Sementara pada 2018 (4.100 poin), 2019 (5.045 poin), dan 2020 (9.145 poin) sehingga totalnya (12.550 poin).
4. Kapan Indonesia bisa mengirim wakil ke LCA lagi?
Jika melihat timeline yang ada serta penilaian yang dilakukan AFC setiap periodenya, musim 2023 Indonesia baru bisa mendapatkan kesempatan mengirim setidaknya 1 wakil ke play-off LCA. Nantinya, AFC akan menghitung poin koefisien Indonesia sejak 2018 hingga 2022.
Namun, bukan berarti Indonesia harus menunggu 2 musim. Klub peserta Liga 1 sebenarnya bisa saja tampil di LCA 2022. Syaratnya cukup berat, yaitu menjuarai Piala AFC 2021.
Dalam regulasi Piala AFC, AFC menegaskan bahwa juara musim 2021 akan mendapatkan tiket ke babak penyisihan LCA 2022 jika belum lolos melalui kompetisi domestik. Klub tersebut juga harus mendapatkan lisensi AFC untuk tampil di kompetisi elite antarklub. Sejauh ini sudah ada 7 klub yang memiliki lisensi itu, yaitu Bali United, Persipura Jayapura, Bhayangkara Solo, Borneo FC, Persib Bandung, Arema, dan Persija Jakarta.