Edwin Van Der Sar kini menjadi seorang CEO. Oliver Kahn menjadi bintang televisi. Kini mereka menikmati kesuksesan di hari tua.
Kiper adalah posisi yang cukup vital di sepakbola. Menggunakan seragam khusus, penjaga gawang memiliki tanggung jawab besar untuk membawa tim yang dibelanya tetap perawan selama pertandingan.
Setiap era, sepakbola selalu menghasilkan kiper-kiper hebat. Mulai dari Lev Yashin pada 1960-an hingga David de Gea pada masa sekarang. Mereka dikenal sebagai penjaga gawang yang memiliki kemampuan luar biasa. Meski kesalahan juga terjadi, mereka tetap dianggap kiper yang hebat.
Salah satu era di sepakbola yang banyak memiliki penjaga gawang berkelas adalah 1990-an. Di era tersebut ada banyak penjaga gawang berstatus bintang. Kehebatan mereka ditunjukkan bersama klub maupun tim nasional. Hingga hari ini, memori tentang mereka masih melekat di banyak pendukung sepakbola.
Berikut ini 10 kiper hebat pada dekade 1990-an dan aktivitas mereka setelah gantung sarung tangan:
1. Claudio Taffarel
Brasil adalah negara sepakbola yang memiliki banyak stok penyerang maupun playmaker hebat. Mereka juga dikenal dengan pemain-pemain belakang tangguh serta sayap-sayap lincah. Brasil tidak dianggap memiliki kiper hebat sampai Claudio Taffarel menjadi pahlawan di final Piala Dunia 1994.
Karier internasional Taffarel dimulai pada 1988, dan turnamen besar pertamanya adalah Copa America 1989. Dia akan bermain di lima Copa America dan dua Piala Dunia. Dia pilihan pertama Brasil saat juara pada 1994 dan kalah di final dari Prancis pada 1998.
Di level klub, Taffarel membagi waktunya antara Italia, Brasil, dan Turki. Dia menikmati waktu tiga tahunnya bersama Galatasaray antara 1998 dan 2001. Di sana dia memenangkan dua gelar liga, dua piala domestik, Piala UEFA dan Piala Super Eropa.
Secara individu, Taffarel dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik ketiga di dunia pada 1991 serta 1994. Dan, saat ini dia tercatat sebagai pelatih kiper Galatasaray sekaligus timnas Brasil.
2. David Seaman
Seaman adalah kiper terbaik Inggris pada 1990-an hingga awal 2000-an. Dia menjadi salah satu unsur penting kesuksesan Arsenal di bawah asuhan Arsene Wenger. "Dia masih penjaga gawang terbaik di Inggris," kata Wenger tentang Seaman ketika berusia 39 tahun pada 2002.
"Saya sangat bangga padanya. Dia kembali menunjukkan ketenangan, kekuatan, dan tanggung jawab di lapangan. Itulah yang anda inginkan dari seorang profesional super. Ini tentang menunjukkan seberapa kuat anda di lapangan dan dia melakukannya lagi hari ini dan dia selalu melakukannya sejak saya di Arsenal," tambah pelatih asal Prancis itu.
3. Andreas Kopke
Kopke adalah penerus kehebatan Bodo Ilgner dan menjadi tulang punggung Jerman sebelum era Oliver Kahn. Dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Jerman pada 1993, Kopke baru mengukuhkan dirinya sebagai tim nasional nomor 1 setelah Piala Dunia 1994.
Dia mencapai puncak karier selama Euro 1996. Dia membantu Der Panzer juara serta dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik Eropa dan dunia pada tahun yang sama. Tapi, Kopke memutuskan untuk pensiun setelah Piala Dunia 1998 untuk memungkinkan Kahn yang sedang berkembang menggantikan tempatnya.
Sejak 2004, Kopke membantu Juergen Klinsmann dan Joachim Loew sebagai pelatih kiper timnas Jerman hingga hari ini.
4. Gianluca Pagliuca
Italia sejak dulu dikenal sebagai negara yang memiliki banyak kiper jempolan. Pada 1990-an, muncul Angelo Peruzzi dan Pagliuca. Tapi, Peruzzi tidak bisa melampaui kehebatan Pagliuca di tim nasional. Pagliuca mewakili Italia di tiga Piala Dunia berbeda dengan status inti, termasuk yang paling terkenal di Piala Dunia 1994.
Dia menjadi penjaga gawang termahal sepanjang masa ketika pindah dari Sampdoria ke Inter Milan pada 1994 setelah memenangkan gelar Serie A dan Piala Winners plus runner-up Piala Champions. Pagliuca kemudian pindah ke Bologna pada 1999 tak lama sebelum berusia 33 tahun.
Saat ini, Pagliuca sudah pensiun dan sering terlihat di beberapa stasiun televisi Italia sebagai komentator.
5. Jose Luis Chilavert
Chilavert adalah kiper unik pada eranya. Pemain Paraguay itu memulai karier pada 1982 dan baru pensiun pada 2003. Dia menjadi kapten negaranya di dua Piala Dunia dan tiga Copa Amerika. Chilavert juga dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik dunia pada 1995, 1997 dan 1998.
Namun, warisan abadi Chilavert adalah kegilaannya. Dia menikmati saat-saat menggiring bola keluar dari pertahanan dengan gaya yang mirip dengan Rene Higuita. Dia punya tendangan bebas dan seorang pengambil tendangan penalti yang hebat.
Pada 1999, dia menjadi penjaga gawang pertama dalam sejarah yang mencetak hattrick. Dia mengakhiri kariernya dengan 67 gol. Saat ini, Chilavert memiliki bisnis kecil-kecilan dan sesekali menjadi komentator La TV Publica di Argentina.
6. Thomas Ravelli
Ravelli menghabiskan seluruh kariernya di Swedia dengan Oster dan IFK Goteborg, kecuali saat menyempatkan diri bermain singkat di MLS bersama Tampa Bay Mutiny.
Karier internasional Ravelli jauh lebih terkenal dibanding klub. Dia mendapatkan status legenda untuk penampilannya di Piala Dunia 1990, Euro 1992, dan Piala Dunia 1994. Pada 1994, dia menyelamatkan dua penalti Rumania saat Swedia mencapai semifinal. Hasilnya, dia dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik kedua di dunia.
Saat ini, Ravelli benar-benar menikmati masa pensiunnya. Pada 2019 dia terlibat dan menjadi peserta sebuat acara reality show di salah satu stasiun televisi Swedia, TV4, bertajuk "Let's Dance 2019". Itu adalah acara dansa yang melibatkan tokoh-tokoh populer di Skandinavia.
7. Edwin van der Sar
Beberapa orang akan mengatakan bahwa puncak karier Van der Sar ada di Manchester United. Sementara yang lain mengatakan dia mencapai kesuksesan di Juventus. Artinya, dia tidak pantas masuk dalam daftar penjaga gawang terbaik dekade 1990-an.
Namun, anggapan itu salah. Banyak orang lupa bahwa karier paling mengkilap Van der Sar justru terjadi pada 1992 ketika memenangkan Piala UEFA dan 1995 saat menjuarai Liga Champions. Dia juga dinobatkan sebagai kiper terbaik Benua Biru 1995. Semua itu dia dapatkan saat bermain untuk Ajax Amsterdam.
Van der Sar adalah penjaga gawang saat Belanda tersingkir dari tiga turnamen besar berturut-turut melalui adu penalti. Tapi, itu bukan kesalahannya. Yang harus disalahkan adalah rekan-rekannya yang tidak bisa menjalankan tugas dengan baik.
Saat ini, Van der Sar kembali ke Ajax sebagai CEO sejak 2016. Sebelumnya, sejak 2012, dia adalah direktur marketing di klub elite Belanda tersebut.
8. Michel Preud'homme
Dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik di Piala Dunia 1994 di atas Taffarel, Pagliuca, dan Ravelli, menjadi nilai plus Preud'homme. Dia adalah mantan penjaga gawang Belgia. Dia bermain hanya 58 kali untuk negaranya selama 15 tahun karier internasional yang berakhir pada 1994. Tapi, dia masih bermain untuk Benfica hingga 1999.
Setelah pensiun, Preud'homme langsung banting stir menjadi pelatih. Dia adalah nakhoda Standard Liège (2001–2002, 2006–2008, 2018–2020), Gent (2008–2010), FC Twente (2010–2011), Al-Shabab (2011–2013), serta Club Brugge (2013–2017).
9. Oliver Kahn
Tongkat estafet kiper Jerman selalu mulus. Dari Ilgner, Kopke, Kahn, dan Manuel Neuer. Kahn adalah salah satu pemain paling berprestasi dalam sejarah sepakbola Jerman. Dia memenangkan delapan gelar liga, enam piala domestik, Piala UEFA, dan Liga Champions saat di Bayern Muenchen. Dia juga dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik UEFA empat kali. Rekor baru bisa dilewati Neuer pada 2019.
Sekarang, Kahn menikmati pensiunnya sebagai bintang televisi. Dia terlibat di sejumlah acara televisi di Jerman. Dia sempat memiliki acara sendiri yang diberi judul "Never give up-The Kahn Principle".
10. Peter Schmeichel
Schmeichel bukan hanya garis pertahanan terakhir MU selama tahun-tahun tersukses. Dia juga pejuang dan inspirasi mereka. "Itu luar biasa baginya dan merupakan cerminan dari kariernya yang hebat," kata Sir Alex Ferguson saat Schmeichel mendapatkan penghargaan MBE (Member of British Empire) dari Kerajaan Inggris pada 2000.
"Dia sangat berharga bagi klub ini ketika dia di sini (MU). Dia memiliki kehadiran yang luar biasa. Rekornya luar biasa. Selama waktunya di sini dia tidak pernah finish di bawah posisi kedua di liga. Karier internasionalnya juga luar biasa," tambah kakek asal Skotlandia itu.
Tak hanya sukses sebagai kiper, Schmeichel juga ayah yang layak dibanggakan. Dia sukses mendidik anak lelakinya, Kasper Schmeichel, untuk menjadi penjaga gawang berpengaruh di Liga Premier. Schmeichel junior menjadi salah satu pahlawan yang membantu Leicester City menciptakan sejarah juara Liga Premier.
Setelah pensiun, Schmeichel punya segudang aktivitas dan kesibukan. Dia menjadi investor di Brondby IF sekaligus pemilik Hvidovre IF. Schmeichel juga sempat memiliki acara televisi di Inggris, Denmark, hingga Rusia. Semuanya berhubungan dengan sepakbola.
Setiap era, sepakbola selalu menghasilkan kiper-kiper hebat. Mulai dari Lev Yashin pada 1960-an hingga David de Gea pada masa sekarang. Mereka dikenal sebagai penjaga gawang yang memiliki kemampuan luar biasa. Meski kesalahan juga terjadi, mereka tetap dianggap kiper yang hebat.
BACA FEATURE LAINNYA
Foto-Foto Kemewahan Jet Pribadi Ronaldo, Bolak Balik Italia-Portugal
Foto-Foto Kemewahan Jet Pribadi Ronaldo, Bolak Balik Italia-Portugal
1. Claudio Taffarel
Brasil adalah negara sepakbola yang memiliki banyak stok penyerang maupun playmaker hebat. Mereka juga dikenal dengan pemain-pemain belakang tangguh serta sayap-sayap lincah. Brasil tidak dianggap memiliki kiper hebat sampai Claudio Taffarel menjadi pahlawan di final Piala Dunia 1994.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Pemain Bola 19 Tahun Diangkat Sebagai Wakil Menteri
Kisah Pemain Bola 19 Tahun Diangkat Sebagai Wakil Menteri
Di level klub, Taffarel membagi waktunya antara Italia, Brasil, dan Turki. Dia menikmati waktu tiga tahunnya bersama Galatasaray antara 1998 dan 2001. Di sana dia memenangkan dua gelar liga, dua piala domestik, Piala UEFA dan Piala Super Eropa.
2. David Seaman
Seaman adalah kiper terbaik Inggris pada 1990-an hingga awal 2000-an. Dia menjadi salah satu unsur penting kesuksesan Arsenal di bawah asuhan Arsene Wenger. "Dia masih penjaga gawang terbaik di Inggris," kata Wenger tentang Seaman ketika berusia 39 tahun pada 2002.
3. Andreas Kopke
Kopke adalah penerus kehebatan Bodo Ilgner dan menjadi tulang punggung Jerman sebelum era Oliver Kahn. Dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Jerman pada 1993, Kopke baru mengukuhkan dirinya sebagai tim nasional nomor 1 setelah Piala Dunia 1994.
Dia mencapai puncak karier selama Euro 1996. Dia membantu Der Panzer juara serta dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik Eropa dan dunia pada tahun yang sama. Tapi, Kopke memutuskan untuk pensiun setelah Piala Dunia 1998 untuk memungkinkan Kahn yang sedang berkembang menggantikan tempatnya.
Sejak 2004, Kopke membantu Juergen Klinsmann dan Joachim Loew sebagai pelatih kiper timnas Jerman hingga hari ini.
4. Gianluca Pagliuca
Italia sejak dulu dikenal sebagai negara yang memiliki banyak kiper jempolan. Pada 1990-an, muncul Angelo Peruzzi dan Pagliuca. Tapi, Peruzzi tidak bisa melampaui kehebatan Pagliuca di tim nasional. Pagliuca mewakili Italia di tiga Piala Dunia berbeda dengan status inti, termasuk yang paling terkenal di Piala Dunia 1994.
Dia menjadi penjaga gawang termahal sepanjang masa ketika pindah dari Sampdoria ke Inter Milan pada 1994 setelah memenangkan gelar Serie A dan Piala Winners plus runner-up Piala Champions. Pagliuca kemudian pindah ke Bologna pada 1999 tak lama sebelum berusia 33 tahun.
Saat ini, Pagliuca sudah pensiun dan sering terlihat di beberapa stasiun televisi Italia sebagai komentator.
5. Jose Luis Chilavert
Chilavert adalah kiper unik pada eranya. Pemain Paraguay itu memulai karier pada 1982 dan baru pensiun pada 2003. Dia menjadi kapten negaranya di dua Piala Dunia dan tiga Copa Amerika. Chilavert juga dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik dunia pada 1995, 1997 dan 1998.
Namun, warisan abadi Chilavert adalah kegilaannya. Dia menikmati saat-saat menggiring bola keluar dari pertahanan dengan gaya yang mirip dengan Rene Higuita. Dia punya tendangan bebas dan seorang pengambil tendangan penalti yang hebat.
Pada 1999, dia menjadi penjaga gawang pertama dalam sejarah yang mencetak hattrick. Dia mengakhiri kariernya dengan 67 gol. Saat ini, Chilavert memiliki bisnis kecil-kecilan dan sesekali menjadi komentator La TV Publica di Argentina.
6. Thomas Ravelli
Ravelli menghabiskan seluruh kariernya di Swedia dengan Oster dan IFK Goteborg, kecuali saat menyempatkan diri bermain singkat di MLS bersama Tampa Bay Mutiny.
Karier internasional Ravelli jauh lebih terkenal dibanding klub. Dia mendapatkan status legenda untuk penampilannya di Piala Dunia 1990, Euro 1992, dan Piala Dunia 1994. Pada 1994, dia menyelamatkan dua penalti Rumania saat Swedia mencapai semifinal. Hasilnya, dia dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik kedua di dunia.
Saat ini, Ravelli benar-benar menikmati masa pensiunnya. Pada 2019 dia terlibat dan menjadi peserta sebuat acara reality show di salah satu stasiun televisi Swedia, TV4, bertajuk "Let's Dance 2019". Itu adalah acara dansa yang melibatkan tokoh-tokoh populer di Skandinavia.
7. Edwin van der Sar
Beberapa orang akan mengatakan bahwa puncak karier Van der Sar ada di Manchester United. Sementara yang lain mengatakan dia mencapai kesuksesan di Juventus. Artinya, dia tidak pantas masuk dalam daftar penjaga gawang terbaik dekade 1990-an.
Namun, anggapan itu salah. Banyak orang lupa bahwa karier paling mengkilap Van der Sar justru terjadi pada 1992 ketika memenangkan Piala UEFA dan 1995 saat menjuarai Liga Champions. Dia juga dinobatkan sebagai kiper terbaik Benua Biru 1995. Semua itu dia dapatkan saat bermain untuk Ajax Amsterdam.
Van der Sar adalah penjaga gawang saat Belanda tersingkir dari tiga turnamen besar berturut-turut melalui adu penalti. Tapi, itu bukan kesalahannya. Yang harus disalahkan adalah rekan-rekannya yang tidak bisa menjalankan tugas dengan baik.
Saat ini, Van der Sar kembali ke Ajax sebagai CEO sejak 2016. Sebelumnya, sejak 2012, dia adalah direktur marketing di klub elite Belanda tersebut.
8. Michel Preud'homme
Dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik di Piala Dunia 1994 di atas Taffarel, Pagliuca, dan Ravelli, menjadi nilai plus Preud'homme. Dia adalah mantan penjaga gawang Belgia. Dia bermain hanya 58 kali untuk negaranya selama 15 tahun karier internasional yang berakhir pada 1994. Tapi, dia masih bermain untuk Benfica hingga 1999.
Setelah pensiun, Preud'homme langsung banting stir menjadi pelatih. Dia adalah nakhoda Standard Liège (2001–2002, 2006–2008, 2018–2020), Gent (2008–2010), FC Twente (2010–2011), Al-Shabab (2011–2013), serta Club Brugge (2013–2017).
9. Oliver Kahn
Tongkat estafet kiper Jerman selalu mulus. Dari Ilgner, Kopke, Kahn, dan Manuel Neuer. Kahn adalah salah satu pemain paling berprestasi dalam sejarah sepakbola Jerman. Dia memenangkan delapan gelar liga, enam piala domestik, Piala UEFA, dan Liga Champions saat di Bayern Muenchen. Dia juga dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik UEFA empat kali. Rekor baru bisa dilewati Neuer pada 2019.
Sekarang, Kahn menikmati pensiunnya sebagai bintang televisi. Dia terlibat di sejumlah acara televisi di Jerman. Dia sempat memiliki acara sendiri yang diberi judul "Never give up-The Kahn Principle".
10. Peter Schmeichel
Schmeichel bukan hanya garis pertahanan terakhir MU selama tahun-tahun tersukses. Dia juga pejuang dan inspirasi mereka. "Itu luar biasa baginya dan merupakan cerminan dari kariernya yang hebat," kata Sir Alex Ferguson saat Schmeichel mendapatkan penghargaan MBE (Member of British Empire) dari Kerajaan Inggris pada 2000.
"Dia sangat berharga bagi klub ini ketika dia di sini (MU). Dia memiliki kehadiran yang luar biasa. Rekornya luar biasa. Selama waktunya di sini dia tidak pernah finish di bawah posisi kedua di liga. Karier internasionalnya juga luar biasa," tambah kakek asal Skotlandia itu.
Tak hanya sukses sebagai kiper, Schmeichel juga ayah yang layak dibanggakan. Dia sukses mendidik anak lelakinya, Kasper Schmeichel, untuk menjadi penjaga gawang berpengaruh di Liga Premier. Schmeichel junior menjadi salah satu pahlawan yang membantu Leicester City menciptakan sejarah juara Liga Premier.
Setelah pensiun, Schmeichel punya segudang aktivitas dan kesibukan. Dia menjadi investor di Brondby IF sekaligus pemilik Hvidovre IF. Schmeichel juga sempat memiliki acara televisi di Inggris, Denmark, hingga Rusia. Semuanya berhubungan dengan sepakbola.