Bagaimana mungkin seorang pesepakbola yang dielu-elukan sebuah klub dengan tega dan tampak enteng saja berganti seragam ke musuh bebuyutan?
Pada musim panas tahun 2000 Luis Figo menyeberang dari FC Barcelona ke Real Madrid dengan biaya transfer mencapai 60 juta euro. Sontak hal itu membuat dunia sepak bola melipat kening dan larut dalam keheranan.
Perlu diingat tahun-tahun itu rivalitas antara Barcelona dan Madrid sedang panas-panasnya.
Keputusan Luis Figo itu membuat para Cules tercebur dalam emosi yang penuh kemarahan dan kejengkelan. Hal itu tergambar dalam laga El Clasico yang dihelat di Camp Nou, rumah lama Figo, saat hendak melakukan tendangan sudut Figo dilempari botol air mineral, macam-macam perkakas, dan yang tak bisa dilupakan adalah kepala Babi.
Insiden itu, menunjukkan betapa rivalitas dapat berujung pada hilangnya rasa hormat. Tak peduli pada keahliannya yang memukau atau sumbangsih yang banyak pada klub. Agaknya para penggemar hanya peduli pada loyalitas, tidak ada tempat untuk pengkhianat. Ya, bagi Cules, seorang Luis Figo adalah definisi sempurna dari kata pengkhianat.
Bagaimana mungkin seorang pesepakbola yang dielu-elukan sebuah klub dengan tega dan tampak enteng saja berganti seragam ke musuh bebuyutan?
Kiprah Luis Figo
Luis Figo mengawali mimpinya di akademi muda Sporting Lisbon, kelak kemudian salah satu kota indah di Portugal itu menghasilkan bintang-bintang lain seperti Cristiano Ronaldo, Joao Moutinho, Nani dan William Carvalho.
Berkat kepiawaiannya, karier Figo langsung cemerlang. Pada awal tahun 90-an ia ditunjuk sebagai kapten untuk mewakili negaranya dalam hajatan Piala Dunia U-20. Bersama Rui Costa, di partai final mereka menghantarkan Portugal dalam kemenangan 4-2 atas Brazil.
Tak butuh waktu lama, pria bernama lengkap Luis Felipe Medeira Ceiro Figo itu jadi incaran sejumlah klub-klub besar Eropa dan pada musim 1995 Barcelona lah yang akhirnya mendapat tanda tangan pemain kelahiran 4 November 1972 itu.
Sejak itu, Figo jadi roda penggerak penting dalam kesuksesan Barcelona, 5 tahun di Camp Nou dan di bawah kepelatihan Bobby Robson dan Louis van Gaal, Figo membuktikan dirinya sebagai salah satu gelandang serang terbaik, ia bahkan sempat ditunjuk menjadi kaptem tim.
Figo membantu Barcelona atas capaian koleksi Piala Spanyol, Piala Winners dan Piala Super Eropa pada tahun 1997. Dua tahun berturut-turut tepatnya 1999-99, Figo seolah seperti memberi kado perpisahan yang manis untuk Barcelona, apalagi kalau bukan gelar La Liga Spanyol.
Lebih jauh, kesuksesan Figo bersama FC Barcelona memicu minat banyak klub besar, tapi sialnya Figo justru berlabuh ke rival abadi, Real Madrid. Saat itu Madrid tengah membangun skuad impain mereka dengan mendatangkan sebanyak mungkin bintang, dunia kelak mendengar sebutan Los Galacticos.
Dari Barcelona ke Real Madrid
Real Madrid yang saat itu mendapat gelontoran dana besar-besaran dari Florentino Perez menyulap skuad mereka dari yang semula ‘kacangan’ menjadi skuad ‘pilih tanding’. Figo satu baris bersama bintang-bintang sekaliber Ronaldo Luis Nazario, Zidane, Roberto Carlos, Beckham, Makelele dan banyak lagi.
Musim pertamanya bersama Real Madrid, Figo langsung memenangkan penghargaan FIFA Balon Do’r. Terlepas dari semua kontroversi, Figo membuktikan diri bahwa keputusan yang ia buat sangatlah tepat. Baik untuk capaian individu atau sumbangsih pada klub. Selama waktunya bersama Real, Figo memenangkan Liga Champions, La Liga, dan banyak trofi domestik lainnya.
Pesulap dari Portugal
Di antara suara sumbang dan puja-puji yang dialamatkan pada Luis Figo, kita harus berdiri pada fakta bahwa adalah seorang pesepakbola yang lugas, terampil, dan sebagai gelandang sekaligus winger, Figo tak ragu saat menghadapi menghadapi bek sayap mana pun. Figo merupakan pencetak gol yang ulung dan sangat piawai saat berlari dengan bola, sehingga dapat menyulitkan pemain bertahan manapun.
Fleksibilitas Luis Figo juga merupakan aspek yang mengagumkan. Tugasnya menjadi sentral ketika bermain sebagai gelandang yang mengembangkan serangan. Ringkasnya Figo adalah juru serang yang atraktif, dalam dunia sirkus Figo seumpama pesulap yang mampu menyihir dan membuat penonton berdecak kagum.
Perlu diingat tahun-tahun itu rivalitas antara Barcelona dan Madrid sedang panas-panasnya.
BACA FEATURE LAINNYA
15 Pelatih Paling Boros Belanja Pemain Sejak 2016
15 Pelatih Paling Boros Belanja Pemain Sejak 2016
Luis Figo mengawali mimpinya di akademi muda Sporting Lisbon, kelak kemudian salah satu kota indah di Portugal itu menghasilkan bintang-bintang lain seperti Cristiano Ronaldo, Joao Moutinho, Nani dan William Carvalho.
Berkat kepiawaiannya, karier Figo langsung cemerlang. Pada awal tahun 90-an ia ditunjuk sebagai kapten untuk mewakili negaranya dalam hajatan Piala Dunia U-20. Bersama Rui Costa, di partai final mereka menghantarkan Portugal dalam kemenangan 4-2 atas Brazil.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Sedih di Balik Nama Klub Bangladesh, Sheikh Russel dan Sheikh Jamal
Kisah Sedih di Balik Nama Klub Bangladesh, Sheikh Russel dan Sheikh Jamal
Sejak itu, Figo jadi roda penggerak penting dalam kesuksesan Barcelona, 5 tahun di Camp Nou dan di bawah kepelatihan Bobby Robson dan Louis van Gaal, Figo membuktikan dirinya sebagai salah satu gelandang serang terbaik, ia bahkan sempat ditunjuk menjadi kaptem tim.
Figo membantu Barcelona atas capaian koleksi Piala Spanyol, Piala Winners dan Piala Super Eropa pada tahun 1997. Dua tahun berturut-turut tepatnya 1999-99, Figo seolah seperti memberi kado perpisahan yang manis untuk Barcelona, apalagi kalau bukan gelar La Liga Spanyol.
Dari Barcelona ke Real Madrid
Real Madrid yang saat itu mendapat gelontoran dana besar-besaran dari Florentino Perez menyulap skuad mereka dari yang semula ‘kacangan’ menjadi skuad ‘pilih tanding’. Figo satu baris bersama bintang-bintang sekaliber Ronaldo Luis Nazario, Zidane, Roberto Carlos, Beckham, Makelele dan banyak lagi.
Musim pertamanya bersama Real Madrid, Figo langsung memenangkan penghargaan FIFA Balon Do’r. Terlepas dari semua kontroversi, Figo membuktikan diri bahwa keputusan yang ia buat sangatlah tepat. Baik untuk capaian individu atau sumbangsih pada klub. Selama waktunya bersama Real, Figo memenangkan Liga Champions, La Liga, dan banyak trofi domestik lainnya.
Pesulap dari Portugal
Di antara suara sumbang dan puja-puji yang dialamatkan pada Luis Figo, kita harus berdiri pada fakta bahwa adalah seorang pesepakbola yang lugas, terampil, dan sebagai gelandang sekaligus winger, Figo tak ragu saat menghadapi menghadapi bek sayap mana pun. Figo merupakan pencetak gol yang ulung dan sangat piawai saat berlari dengan bola, sehingga dapat menyulitkan pemain bertahan manapun.
Fleksibilitas Luis Figo juga merupakan aspek yang mengagumkan. Tugasnya menjadi sentral ketika bermain sebagai gelandang yang mengembangkan serangan. Ringkasnya Figo adalah juru serang yang atraktif, dalam dunia sirkus Figo seumpama pesulap yang mampu menyihir dan membuat penonton berdecak kagum.