Pernah diperkuat pencetak gol terbanyak La Liga, klub ini berjuluk Los Galacticos dari ujung Semenanjung Malaysia.
Klub elite Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT), secara resmi mengumumkan mengontrak Syahrian Abimanyu. Gelandang berusia 21 tahun itu akan mengikuti Ryuji Utomo yang telah lebih dulu dipinjam Penang FA.

Lahir di Banjarnegara, 25 April 1999, Syahrian punya DNA sepakbola yang sangat kental. Dia adalah putra Rasiman Abimanyu. Rasiman adalah pelatih yang sangat dekat dengan Rahmad Darmawan. Dia selalu ikut ke mana pun RD melatih. Contohnya saat di Sriwijaya FC, TIRA-Persikabo, dan sekarang bersama Madura United.

Bakat sepakbola Abimanyu sudah ada sejak kecil. Rasiman sendirilah yang melatih Abimanyu sejak balita. Setelah itu, dia dimasukkan ke SSB Mandiri Jaya Bogor sebelum bergabung dengan Jakarta Football Academy. Sempat menjalani trial di klub Spanyol, Levante, Abimanyu bergabung dengan Persija Jakarta Junior.

Pada 2017, Abimanyu memutuskan mengikuti sang ayah di Sriwijaya. Bertahan dua musim, dia menyeberang ke Madura hingga tawaran dari JDT datang pada akhir tahun ini.

"Kelab Bolasepak (klub sepakbola) Johor Darul Ta'zim (JDT) telah menandatangani (mendatangkan) bekas pemain (trial) Levante berusia 21 tahun, Syahrian Abimanyu dari Indonesia sebagai sebahagian (bagian) dari pelan (program) jangka panjang kelab (klub)," tulis JDT di akun Instagram resminya, @officialjohor, disertai gambar Abimanyu menunjukan syal Harimau Selatan.



Selain bergabung dengan Ryuji di Liga Super Malaysia 2021, Syahrian juga mengikuti jejak sejumlah pemain top Indonesia yang pernah bermain di Negeri Jiran. Sebut saja Elie Aiboy, Hamka Hamzah, Bambang Pamungkas, Andik Vermansah, hingga Evan Dimas.

Bagi Abimanyu, bergabung dengan JDT menjadi kesempatan sangat berharga. Pasalnya, klub dari negara bagian Johor tersebut punya reputasi yang membanggakan di Malaysia, ASEAN, dan Asia. Berikut ini 5 fakta unik terkait Harimau Selatan:


1. Dimiliki putra mahkota Kesultanan Johor

JDT dimiliki Tunku Ismail Idris Abdul Majid Abu Bakar Iskandar ibni Sultan Ibrahim Ismail. Biasa disapa Tunku Mahkota Johor (TMJ), dia adalah putra Sultan Johor saat ini, Sultan Ibrahim ibni Almarhum Sultan Iskandar. Sempat menjalani pelatih militer di India, TMJ ternyata lebih tertarik mengeluti olahraga dibanding pemerintahan.

Pada 2012, TMJ menyelamatkan Johor FC dari segudang masalah akut, mulai dari kesalahan manajemen, korupsi, prestasi yang buruk, hingga skandal pengaturan hasil pertandingan. Diawali dengan penunjukkan Fandi Ahmad sebagai penasehat teknis pada 2 Februari 2012, TMJ langsung merevolusi Johor dengan dimulai dari menjadi presiden Asosiasi Sepakbola Johor (JFA). Itu semacam Asosiasi Provinsi PSSI untuk wilayah Johor.

Hanya beberapa bulan setelah berkuasa, TMJ menyatukan semua klub yang ada di Johor dalam satu bendera Johor Darul Ta'zim Football Club. Dana dikucurkan, pemain dan pelatih bagus didatangkan, serta fasilitas klub diperbaiki. Hasilnya, JDT menjelma menjadi tim terbaik Malaysia.


2. Juara Liga Super Malaysia 7 musim beruntun

Revolusi TMJ benar-benar membuat JDT kebanjiran piala. Dimulai dengan menempati peringkat 3 klasemen akhir Liga Super Malaysia dan runner-up Piala FAM 2013, JDT langsung menggebrak dengan gelar juara Liga Super Malaysia 2014. Itu menjadi gelar liga pertama dalam sejarah JDT.

Setelah itu, tidak ada yang bisa menghentikan sepak terjang Harimau Selatan. Hingga 2020, mereka selalu menggelar pesta juara Liga Super Malaysia di akhir musim. Jika ditotal, 7 gelar beruntun. JDT juga menjuarai Piala Malaysia (2017, 2019), Piala FAM (2016), serta Piala Sumbangsih (2015, 2016, 2018, 2019, 2020).


3. Klub Malaysia pertama yang juara Piala AFC



Dari semua trofi yang didapatkan JDT era TMJ, Piala AFC 2015 menjadi pencapaian paling membanggakan yang belum bisa diulang klub-klub Malaysia maupun Asia Tenggara lain. Mereka adalah klub Malaysia dan ASEAN pertama yang menjuarai kompetisi antarklub kasta kedua Asia itu.

Pada musim tersebut, Indonesia sebenarnya mengirimkan dua klub besar, Persipura Jayapura dan Persib Bandung. Tapi, keduanya hanya mampu mencapai babak 16 besar.

Sebaliknya, setelah memuncaki klasemen akhir Grup F di atas Kitchee (Hong Kong), East Bengal (India), dan Balestier Khalsa (Singapura), JDT menyingkirkan Ayeyawady United (Myanmar) di babak 16 besar. Lalu, South China (Hong Kong) di perempat final, menang WO atas Al-Qadsia (Kuwait) di semifinal, dan mempermalukan Istiklol (Tajikistan) di final.

Berkat kemenangan itu, JDT mencicipi kesempatan menjalani pertandingan di Liga Champions Asia (LCA) musim berikutnya. Meski gagal di play-off, pengalaman itu sangat berharga bagi mereka. Buktinya, dalam 2 musim terakhir (2019, 2020), Harimau Selatan menjadi peserta fase grup LCA. Musim ini mereka mundur dari pandemi Covid-19.


4. Pernah diperkuat pencetak gol terbanyak La Liga

Selain menjuarai Piala AFC 2015, salah satu momen ketika JDT pertama kali menggemparkan Asia adalah saat mendatangkan Daniel Guiza pada 6 November 2012 untuk bermain di Liga Super Malaysia 2013. Kepindahan Guiza diikuti mantan winger Lazio, Simone del Nero, dan 7 pemain tim nasional Malaysia.

Keberadaan Guiza membuat JDT dibicarakan banyak media Eropa. Pasalnya, penyerang Spanyol itu punya status yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Guiza adalah pencetak gol terbanyak La Liga 2007/2008. Dia juga menjadi anggota La Furia Roja saat menjuarai Euro 2008.

Guiza membuat penampilan kompetitif pertamanya dan debut liga untuk JDT  pada 8 Januari 2013, dalam pertandingan tandang hari pembukaan melawan Pahang FA. Meski kalah 2-3, dia memberikan assist untuk kedua gol timnya. Dia mencetak gol kompetitif pertamanya pada  15 Januari 2013 dalam pertandingan tandang melawan Kelantan melalui tendangan bebas melengkung dari jarak 25 meter.

Namun, Guiza tidak lama membela JDT. Dia memainkan pertandingan terakhirnya pada 6 April 2013 dalam kekalahan 1-2 melawan Selangor FA di Piala FA. Setelah itu, Guiza dan Del Nero meninggalkan klub.


5. Memiliki fasilitas penunjang bintang 5

Keseriusan JDT dalam sepakbola tidak bisa dibantah. Mereka punya manajemen layaknya tim-tim Liga Premier macam Manchester United atau Chelsea dengan sistem "coach-manager". 

Layaknya tim-tim Inggris, JDT juga memiliki fasilitas penunjang yang memadai. Mereka punya 3 stadion sepakbola berstandar AFC. JDT memiliki kamp latihan yang dilengkapi lapangan rumput sintetis, lapangan indoor, kolam renang, arena kebugaran, asrama, hingga pusat medis yang lengkap.

JDT juga meniru tim-tim Spanyol seperti Real Madrid dengan Real Madrid Castilla atau Barcelona dengan Barcelona B. Manajemen Harimau Selatan memiliki JDT II dan JDT III. Dikenal sebagai reserve team, JDT II berkompetisi di Liga Premier Malaysia (kasta kedua). Diperkuat beberapa pemain asing seperti Kei Hirose (mantan Persela Lamongan), JDT II finish di posisi 5 klasemen akhir 2020 saat dihentikan karena pandemi Covid-19.

Sementara JDT III berkompetisi di President Cup. Itu adalah kompetisi junior di sepakbola Malaysia. Sayang, untuk 2020 kompetisi tidak dilanjutkan setelah baru memainkan 4 pertandingan.


6. Los Galacticos dari Malaysia 

Dengan gelontoran uang dari TMJ, JDT adalah klub kaya baru. Mereka punya kemampuan untuk mendatangkan para pemain berharga mahal dengan status anggota tim nasional.

Selain Daniel Guiza, JDT sempat memiliki Pablo Aimar dan Luciano Figueroa. Itu adalah dua pemain asal Argentina yang memiliki reputasi dunia lantaran sempat menjadi langganan La Albiceleste. Bahkan, Figueroa sempat menukangi JDT setelah pensiun. Nama mantan pemain Genoa tersebut juga diabadikan untuk nama tribun di Stadion Sultan Ibrahim.

Sementara untuk pemain nasional Malaysia, jumlahnya sangat banyak. Untuk 2020, mereka memiliki nama-nama langganan Harimau Malaya seperti Kunanlan Subramaniam, Matthew Davies, Syafiq Ahmad, Aidil Zafuan Radzak, atau Akhyar Rashid. Bahkan, Norshahrul Idlan juga sempat membela JDT sebelum bermain di Thailand.

Untuk musim depan, JDT sempat dirumorkan akan mendatangkan Alaxendre Pato. Mantan penyerang AC Milan itu saat ini diketahui belum memiliki klub setelah meninggalkan China.