Aksi Hendri langsung mendunia. Media mancanegara seperti ESPN, BBC Sport, hingga Al-Jazeera menjadikan pertandingan tersebut headline.
Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 6 Januari 2010 menjadi tempat yang tidak akan dilupakan Hendri Mulyadi. Malam itu, Henri menjadi man of the match pertandingan Kualifikasi Piala Asia 2011 Grup B, Indonesia versus Oman.
Saat pertandingan keempat itu dilaksanakan, Indonesia baru mengumpulkan 2 poin. Itu merupakan hasil imbang 0-0 dengan Oman di Muscat, 19 Januari 2009; 0-0 dengan Australia di Jakarta, 28 Januari 2009; serta kekalahan 1-2 dari Kuwait di Kuwait City, 14 November 2009.
Demi mendapatkan 3 poin pertama, pasukan Garuda menampilkan skuad terbaik. Ditangani Benny Dollo, Indonesia menampilkan skema 4-3-3. Markus Horison di bawah mistar gawang, diikuti Christian Worabai, Charis Yulianto, Nova Arianto, dan Isnan Ali di belakang. Mereka menggantikan Maman Abdurahman dan Ismed Sofyan (skorsing) dan Ricardo Salampessy (cedera).
Untuk menunjang keseimbangan saat menyerang maupun bertahan, Bendol menampilkan tiga gelandang terbaik Indonesia. Mereka adalah Syamsul Bachri Chaerudin, Ponaryo Astaman, dan Firman Utina di tengah. Ketiganya menyokong Boaz Solossa, Bambang Pamungkas, dan Budi Sudarsono di depan.
Meski tampil dengan kekuatan terbaik yang dimiliki dan didukung ribuan suporter, penampilan Indonesia mengecewakan. Serangan-serangan yang dibangun banyak yang tidak mencapai sasaran. Koordinasi di sektor pertahanan juga lemah. Begitu pula para gelandang.
Masuknya Muhamad Roby, Talaohu Abdul Musafry, hingga Hariono pada pertengahan babak kedua tidak banyak membantu. Jala Markus dibobol dua kali oleh Fawzi Bashir Rajab Bait Doorbeen pada menit 32 dan Ismail Sulaiman Ashoor Al-Ajmi (52). Boaz sempat mencetak gol jelang berakhirnya babak pertama. Tapi, itu sia-sia karena rekan-rekannya yang lain tampil buruk.
Kekalahan dari Oman akan menutup peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Asia untuk kali pertama sejak melakoni debut pada 1996. Hasil minor juga menambah panjang daftar kekalahan Indonesia sepanjang 2009 dan awal 2010.
Lalu, tiba-tiba sebuah momen yang akan dikenang publik Indonesia tercipta pada injury time. Bukan karena aksi memikat pemain-pemain Garuda. Bukan pula blunder fatal pemain Oman. Itu adalah aksi Hendri yang melompat pakar, terjun ke lapangan, mengambil bola, dan mencoba memasukkannya ke jala Oman yang dikawal Kiper Wigan Athletic, Ali Al-Habsi.
Saat memasuki lapangan, suporter mengecam ulah Hendri. Para pemain juga mencoba menghentikan langkah pria yang berasal dari Cikarang, Kabupaten Bekasi, tersebut. Begitu pula aparat keamanan yang berusaha sekuat tenaga mencegah sang penyusup mengacau lebih hebat.
Namun, simpati mengalir ketika Hendri mengungkapkan maksud serta tujuan menerobos lapangan. Pemuda yang ketika itu baru berusia 20 tahun mengaku kesal dan kekecewaan atas performa tim Merah-Putih, yang tidak kunjung berprestasi, termasuk pada pertandingan melawan Oman yang dia anggap jelek.
Kekesalan semakin menjadi karena PSSI di era tersebut menjadi organisasi yang tidak sehat. Pasalnya, Nurdin Halid sebagai orang nomor satu di PSSI sempat menjalankan roda organisasi dari balik jeruji besi karena menjadi terpidana tindak pidana korupsi.
"Saya kecewa tidak bisa membobol gawang Oman. Tendangan saya memang terlalu lemah karena pakai celana panjang. Kalau pakai celana pendek, mungkin ceritanya akan beda. Itu semua bentuk kekecewaan saya terhadap permainan timnas dan PSSI," ungkap Hendri saat ditemui awak media setelah pertandingan.
Aksi Hendri di pertandingan internasional langsung mendunia. Media-media olahraga mancanegara seperti ESPN, BBC Sport, hingga Al-Jazeera menjadikan pertandingan tersebut headline. "Pendukung Indonesia yang frustrasi menjadi pemain pengganti di lapangan," tulis Reuters saat itu.
Bahkan, Pelatih Oman asal Prancis, Claude Le Roy, sempat ikut berkomentar. Dalam sesi konferensi pers setelah laga, mantan nakhoda Kamerun itu mengaku kagum dengan keberanian Hendri. Dia bisa mengerti dengan ulah pendukung sepakbola yang frustrasi melihat tim kesayangan tidak bermain bagus dan kalah.
"Ini salah satu bentuk fanatisme yang luar biasa dari warga Indonesia pada sepakbola. Mereka hanya tidak ingin timnya kalah," ucap Le Roy.
Hanya berselang jam, dukungan kepada Henri mengalir deras di sejumlah platform media sosial. Di Facebook misalnya, muncul banyak fan page dan group yang terkait dengan Hendri. Bahkan, ada fan page mengkampanyekan agar Hendri menjadi Ketua Umum PSSI yang baru.
Saat pertandingan keempat itu dilaksanakan, Indonesia baru mengumpulkan 2 poin. Itu merupakan hasil imbang 0-0 dengan Oman di Muscat, 19 Januari 2009; 0-0 dengan Australia di Jakarta, 28 Januari 2009; serta kekalahan 1-2 dari Kuwait di Kuwait City, 14 November 2009.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Mauricio Pochettino dan Kenangan Manis 20 Tahun Lalu di PSG
Mauricio Pochettino dan Kenangan Manis 20 Tahun Lalu di PSG
Kekalahan dari Oman akan menutup peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Asia untuk kali pertama sejak melakoni debut pada 1996. Hasil minor juga menambah panjang daftar kekalahan Indonesia sepanjang 2009 dan awal 2010.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Kisah Nevio Scala, Pelatih yang Membawa Parma Menguasai Eropa pada 1990-an
Kisah Nevio Scala, Pelatih yang Membawa Parma Menguasai Eropa pada 1990-an
Saat memasuki lapangan, suporter mengecam ulah Hendri. Para pemain juga mencoba menghentikan langkah pria yang berasal dari Cikarang, Kabupaten Bekasi, tersebut. Begitu pula aparat keamanan yang berusaha sekuat tenaga mencegah sang penyusup mengacau lebih hebat.
Kekesalan semakin menjadi karena PSSI di era tersebut menjadi organisasi yang tidak sehat. Pasalnya, Nurdin Halid sebagai orang nomor satu di PSSI sempat menjalankan roda organisasi dari balik jeruji besi karena menjadi terpidana tindak pidana korupsi.
Aksi Hendri di pertandingan internasional langsung mendunia. Media-media olahraga mancanegara seperti ESPN, BBC Sport, hingga Al-Jazeera menjadikan pertandingan tersebut headline. "Pendukung Indonesia yang frustrasi menjadi pemain pengganti di lapangan," tulis Reuters saat itu.
Bahkan, Pelatih Oman asal Prancis, Claude Le Roy, sempat ikut berkomentar. Dalam sesi konferensi pers setelah laga, mantan nakhoda Kamerun itu mengaku kagum dengan keberanian Hendri. Dia bisa mengerti dengan ulah pendukung sepakbola yang frustrasi melihat tim kesayangan tidak bermain bagus dan kalah.
"Ini salah satu bentuk fanatisme yang luar biasa dari warga Indonesia pada sepakbola. Mereka hanya tidak ingin timnya kalah," ucap Le Roy.
Hanya berselang jam, dukungan kepada Henri mengalir deras di sejumlah platform media sosial. Di Facebook misalnya, muncul banyak fan page dan group yang terkait dengan Hendri. Bahkan, ada fan page mengkampanyekan agar Hendri menjadi Ketua Umum PSSI yang baru.