Calciopoli 2006 mengubah total wajah Juventus dan Serie A. Terbongkar setelah obrolan manajer dengan wasit disadap.
Calciopoli 2006 mengubah total wajah Juventus dan Serie A. Akibat ulah Luciano Moggi, La Vecchia Signora dipaksa turun ke Serie B, gelar dicopot, kehilangan banyak pemain, dan membuka jalan bagi Inter Milan merajai Italia serta Eropa.
Skandal itu terungkap pada Mei 2006 ketika sejumlah penyadapan telepon menunjukkan hubungan antara manajer sejumlah tim dengan organisasi wasit selama musim 2004/2005 dan 2005/2006. Skandal ini melibatkan Juventus, AC Milan, Fiorentina, Lazio, hingga Reggina.
Calciopoli muncul sebagai konsekuensi dari penyelidikan jaksa penuntut pada agen sepakbola Italia, GEA World. Transkrip rekaman percakapan telepon yang diterbitkan di surat kabar Italia menunjukkan bahwa Luciano Moggi dan Antonio Giraudo melakukan percakapan dengan beberapa pejabat sepakbola Italia untuk mempengaruhi penunjukan wasit.
Dalam salah satu percakapan itu, Moggi menuduh Pierluigi Collina dan Roberto Rosetti "terlalu obyektif" dan meminta mereka untuk "dihukum". Kedua wasit akhirnya termasuk di antara sedikit wasit yang benar-benar bersih dari skandal tersebut.
Akibat Calciopoli, Juventus mengalami penghinaan besar karena terdegradasi ke Serie B setelah Moggi dinyatakan bersalah mengatur pertandingan. Gelar La Vecchia Signora pada 2004/2005 dan 2005/2006 juga dicopot.
Efek lain telah membuat Juventus masuk era kegelapan. Pasalnya, pada saat itu La Vecchia Signora memiliki salah satu skuad terbaik di Eropa dengan pemain-pemain hebat seperti Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Patrick Vieira, Pavel Nedved, hingga Zlatan Ibrahimovic. Sementara Fabio Capello berstatus pelatih.
Setelah turun kasta, kapal Juventus goyah. Beberapa nama memilih bertahan. Sebut saja Buffon, Giorgio Chiellini, Nedved, Mauro Camoranesi, Alessandro del Piero, hingga David Trezeguet. Tapi, beberapa lainnya memilih pergi karena tidak bersedia merumput di kasta kedua.
Berikut ini yang terjadi dengan 9 bintang Juventus yang memutuskan pindah setelah Calciopoli memaksa La Vecchia Signora ke Serie B:
1. Zlatan Ibrahimovic (Inter Milan)
Ibrahimovic adalah orang pertama dalam barisan bintang Juventus yang menyatakan gengsi bermain di Serie B. Dia pindah ke Inter Milan dengan 21,08 juta pounds sebelum bergabung dengan Barcelona pada 2009/2010 dan terbuang ke AC Milan semusim berselang.
Dari kepindahan itulah Ibrahimovic mendapatkan julukan "Tentara Bayaran". Itu sebagai sindiran dari suporter Juventus dan kemudian Inter atas keputusan pemain Swedia tersebut yang memilih kepindahan berdasarkan faktor uang dan potensi raihan trofi.
Selama di Inter setelah meninggalkan Juventus, Ibrahimovic mencetak 66 gol dalam 117 pertandingan. Dia membantu I Nerazzurri memenangkan tiga gelar Serie A berturut-turut. Sayang, kepindahan Ibrahimovic ke Barcelona menjadi bahan ejekan suporter karena Inter justru menjuarai Liga Champions. Bahkan, I Nerazzurri menyingkirkan Barcelona di semifinal.
2. Emerson (Real Madrid)
Emerson bekerja bersama Capello di Roma dan Juventus. Mereka terhubung lagi di Real Madrid setelah Calciopoli. Gelandang asal Brasil itu pindah ke Estadio Santiago Bernabeu pada musim panas 2006 dengan 13,6 juta pounds.
Setelah membantu Los Blancos memenangkan La Liga 2006/2007, Emerson kembali ke Italia untuk membela AC Milan. Tapi, peran Emerson tidak lagi penting seperti ketika berseragam Roma maupun Juventus. Dia hanya bertahan 2 musim di Milan sebelum membela Santos san Miami Dade.
3. Gianluca Zambrotta (Barcelona)
Barcelona telah menjadi salah satu klub paling sukses di Eropa selama dekade terakhir. Tapi, mereka mengalami dua musim yang kering prestasi antara 2006-2008. Itu bertepatan dengan masa singgah Gianluca Zambrotta di klub tersebut setelah ditransfer 11,9 juta pounds.
Satu-satunya medali Zambrotta di Katalunya adalah Supercopa de Espana. Meski menjadi pemain reguler di Barcelona, pemenang Piala Dunia 2006 itu berjuang untuk memenuhi harapan fans sebelum akhirnya kembali ke Italia pada 2008 untuk bergabung dengan Milan.
Zambrotta gantung sepatu pada 2014 setelah menghabiskan satu musim bersama Chiasso. Dia melanjutkan kariernya dengan klub tersebut sebagai pelatih. Kemudian, Zambrotta pergi ke India untuk melatih Delhi Dynamos sebelum menjadi asisten Fabio Capello di Jiangsu Suning.
4. Patrick Vieira (Inter Milan)
Dengan 8 juta pounds, Vieira bergabung bersama Ibrahimovic di Inter. Tapi, beda dengan Ibrahimovic, Vieira tidak memiliki banyak pengaruh di Inter. Selama 4 musim bermain untuk I Nerazzurri, pemain asal Prancis itu lebih banyak bermain dari bangku cadangan.
Ketika Jose Mourinho menjadi pelatih, Vieira semakin tenggelam. Lalu, dia memutuskan bergabung kembali dengan Roberto Mancini di Manchester City. Vieira menghabiskan 18 bulan di Etihad Stadium sebelum pensiun dan kemudian melatih New York City di MLS.
Baru-baru ini, dia bertanggung jawab atas tim Ligue 1, Nice. Vieira menggantikan Lucien Favre yang hengkang untuk bergabung dengan Borussia Dortmund pada 2018. Dia memimpin klub ke posisi 7 dan kemudian 6. Tapi, lima kekalahan berturut-turut dan tersingkir dari Liga Eropa membuat Vieira meninggalkan klub pada Desember 2020.
5. Adrian Mutu (Fiorentina)
Menyusul pemecatan oleh Chelsea setelah gagal dalam tes narkoba, Mutu bergabung dengan Juventus sebagai free agent pada musim dingin 2005. Tapi, dia harus menunggu hingga Mei 2006 untuk melakukan debut karena harus menjalani larangan bermain sepakbola.
Sial, ketika Mutu bermain, Juventus dipaksa turun kasta beberapa bulan kemudian. Akhirnya, dia memilih pindah ke Fiorentina. Juventus untung 6,8 juta pounds dari penjualan pemain Rumania itu.
Era Mutu di Fiorentina dinilai membahagiakan dan cukup produktif. Dia menghabiskan 4,5 musim di Firenze dengan membuat 112 penampilan liga serta mencetak 54 gol sebelum pensiun pada 2016 setelah bermain untuk ASA Targu Mures di negara asalnya.
Mutu sekarang melatih tim nasional Rumania U-21. Dia menjadi salah satu kandidat kuat untuk menukangi timnas senior negaranya. "Saya pikir saya orang yang tepat karena saya tahu apa yang terjadi ketika seorang pemain bermasalah dengan ketidakdisiplinan," kata Mutu, dilansir Squawka.
"Saya telah melewati saat-saat sulit dan saya kembali lebih kuat. Jika salah satu pemain saya melakukan kesalahan, saya akan memberitahu mereka untuk belajar darinya dan tidak mengulanginya. Saya mundur dan saya bermain lebih baik dari sebelumnya, membuktikan kepada semua orang bahwa para pemain muda yang melakukan kesalahan harus dibantu, bukan dihakimi dan dihancurkan," tambah Mutu.
6. Fabio Cannavaro (Real Madrid)
Menjadi kapten Italia saat kemenangan Piala Dunia 2006, Cannavaro memulai tantangan baru di luar negeri untuk pertama kalinya setelah Calciopoli. Dia bergabung dengan Capello di Real Madrid lewat transfer 5,95 juta pounds.
Dua musim pertama penampilan bek veteran itu di Spanyol sangat sukses. Dia mengangkat dua gelar La Liga dan masuk dalam FIFPro World XI 2006 serta 2007. Tapi, usia Cannavaro tidak bisa berbohong. Ditambah kembangkitan Barcelona lewat Frank Rijkaard, Cannavaro memutuskan kembali ke Juventus yang baru saja kembali ke Serie A.
Cannavaro lalu mengikuti jejak Capello untuk menjadi pelatih. Dia mengelola tim Uni Emirat Arab (UEA), Al-Ahli. Cannavaro memimpin mereka meraih gelar juara liga dan piala di musim pertamanya. Kemudian, dia mengelola Guangzhou Evergrande dalam dua periode terpisah serta sempat memimpin tim nasional China.
7. Lilian Thuram (Barcelona)
Seorang bek yang brilian di masa puncaknya, Thuram berusia 34 pada saat pindah ke Barcelona dengan 4,25 juta pounds. Dia harus berjuang untuk beradaptasi dengan gaya permainan yang berbeda di Camp Nou. Lalu, pada akhir musim 2007/2008, Thuram mengumumkan pengunduran dirinya dari permainan tersebut setelah didiagnosis menderita kelainan jantung.
Penggemar sepakbola masa kini bisa melihat aksi Thuram di posisi yang berbeda. Anaknya, Marcus Thuram, telah menjadi salah satu penyerang muda yang banyak dibicarakan di Eropa bersama Borussia Moenchengladbach.
8. Manuele Blasi (Fiorentina)
Sejujurnya, Blasi bukan salah satu superstar Juventus. Tapi, dia dianggap oleh Capello sebagai pemain yang berguna dimiliki. Terbukti, Blasi tampil dalam 13 pertandingan Serie A pada musim 2005/2006.
Jika bertahan di Juventus di Serie B 2006/2007, ada kemungkinan Blasi menjadi pemain inti. Tapi, dia justru memutuskan bergabung ke Fiorentina dengan status pinjaman. Blasi memainkan peran kunci dalam membantu La Viola finish di posisi 6 Serie A sebelum pindah ke Napoli secara permanen pada musim panas 2007.
9. Olivier Kapo (Levante)
Juventus mengambil Kapo dari Auxerre pada 2004. Tapi, setelah musim pertama yang sulit di Italia, dia diizinkan untuk bergabung dengan AS Monaco selama musim 2005/2006.
Setelah Juventus terdegradasi, Kapo diizinkan untuk pindah dengan status pinjaman lagi atau permanen. Tapi, kali ini dia memilih bergabung dengan Levante dengan permanen. Meski tampil cukup baik di Spanyol, kariernya berubah-ubah dari satu klub ke klub lain di Britania Raya, termasuk di Birmingham City, Wigan Athletic, dan Glasgow Celtic.
Skandal itu terungkap pada Mei 2006 ketika sejumlah penyadapan telepon menunjukkan hubungan antara manajer sejumlah tim dengan organisasi wasit selama musim 2004/2005 dan 2005/2006. Skandal ini melibatkan Juventus, AC Milan, Fiorentina, Lazio, hingga Reggina.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Satu Klub dengan 4 Kiper Hebat, Ada Rustu Recber dan Volkan Demirel
Kisah Satu Klub dengan 4 Kiper Hebat, Ada Rustu Recber dan Volkan Demirel
Setelah turun kasta, kapal Juventus goyah. Beberapa nama memilih bertahan. Sebut saja Buffon, Giorgio Chiellini, Nedved, Mauro Camoranesi, Alessandro del Piero, hingga David Trezeguet. Tapi, beberapa lainnya memilih pergi karena tidak bersedia merumput di kasta kedua.
BACA BERITA LAINNYA
UPDATED: 70 Transfer Januari yang Sudah Resmi di 5 Liga Top Eropa
UPDATED: 70 Transfer Januari yang Sudah Resmi di 5 Liga Top Eropa
1. Zlatan Ibrahimovic (Inter Milan)
Dari kepindahan itulah Ibrahimovic mendapatkan julukan "Tentara Bayaran". Itu sebagai sindiran dari suporter Juventus dan kemudian Inter atas keputusan pemain Swedia tersebut yang memilih kepindahan berdasarkan faktor uang dan potensi raihan trofi.
2. Emerson (Real Madrid)
Emerson bekerja bersama Capello di Roma dan Juventus. Mereka terhubung lagi di Real Madrid setelah Calciopoli. Gelandang asal Brasil itu pindah ke Estadio Santiago Bernabeu pada musim panas 2006 dengan 13,6 juta pounds.
Setelah membantu Los Blancos memenangkan La Liga 2006/2007, Emerson kembali ke Italia untuk membela AC Milan. Tapi, peran Emerson tidak lagi penting seperti ketika berseragam Roma maupun Juventus. Dia hanya bertahan 2 musim di Milan sebelum membela Santos san Miami Dade.
3. Gianluca Zambrotta (Barcelona)
Barcelona telah menjadi salah satu klub paling sukses di Eropa selama dekade terakhir. Tapi, mereka mengalami dua musim yang kering prestasi antara 2006-2008. Itu bertepatan dengan masa singgah Gianluca Zambrotta di klub tersebut setelah ditransfer 11,9 juta pounds.
Satu-satunya medali Zambrotta di Katalunya adalah Supercopa de Espana. Meski menjadi pemain reguler di Barcelona, pemenang Piala Dunia 2006 itu berjuang untuk memenuhi harapan fans sebelum akhirnya kembali ke Italia pada 2008 untuk bergabung dengan Milan.
Zambrotta gantung sepatu pada 2014 setelah menghabiskan satu musim bersama Chiasso. Dia melanjutkan kariernya dengan klub tersebut sebagai pelatih. Kemudian, Zambrotta pergi ke India untuk melatih Delhi Dynamos sebelum menjadi asisten Fabio Capello di Jiangsu Suning.
4. Patrick Vieira (Inter Milan)
Dengan 8 juta pounds, Vieira bergabung bersama Ibrahimovic di Inter. Tapi, beda dengan Ibrahimovic, Vieira tidak memiliki banyak pengaruh di Inter. Selama 4 musim bermain untuk I Nerazzurri, pemain asal Prancis itu lebih banyak bermain dari bangku cadangan.
Ketika Jose Mourinho menjadi pelatih, Vieira semakin tenggelam. Lalu, dia memutuskan bergabung kembali dengan Roberto Mancini di Manchester City. Vieira menghabiskan 18 bulan di Etihad Stadium sebelum pensiun dan kemudian melatih New York City di MLS.
Baru-baru ini, dia bertanggung jawab atas tim Ligue 1, Nice. Vieira menggantikan Lucien Favre yang hengkang untuk bergabung dengan Borussia Dortmund pada 2018. Dia memimpin klub ke posisi 7 dan kemudian 6. Tapi, lima kekalahan berturut-turut dan tersingkir dari Liga Eropa membuat Vieira meninggalkan klub pada Desember 2020.
5. Adrian Mutu (Fiorentina)
Menyusul pemecatan oleh Chelsea setelah gagal dalam tes narkoba, Mutu bergabung dengan Juventus sebagai free agent pada musim dingin 2005. Tapi, dia harus menunggu hingga Mei 2006 untuk melakukan debut karena harus menjalani larangan bermain sepakbola.
Sial, ketika Mutu bermain, Juventus dipaksa turun kasta beberapa bulan kemudian. Akhirnya, dia memilih pindah ke Fiorentina. Juventus untung 6,8 juta pounds dari penjualan pemain Rumania itu.
Era Mutu di Fiorentina dinilai membahagiakan dan cukup produktif. Dia menghabiskan 4,5 musim di Firenze dengan membuat 112 penampilan liga serta mencetak 54 gol sebelum pensiun pada 2016 setelah bermain untuk ASA Targu Mures di negara asalnya.
Mutu sekarang melatih tim nasional Rumania U-21. Dia menjadi salah satu kandidat kuat untuk menukangi timnas senior negaranya. "Saya pikir saya orang yang tepat karena saya tahu apa yang terjadi ketika seorang pemain bermasalah dengan ketidakdisiplinan," kata Mutu, dilansir Squawka.
"Saya telah melewati saat-saat sulit dan saya kembali lebih kuat. Jika salah satu pemain saya melakukan kesalahan, saya akan memberitahu mereka untuk belajar darinya dan tidak mengulanginya. Saya mundur dan saya bermain lebih baik dari sebelumnya, membuktikan kepada semua orang bahwa para pemain muda yang melakukan kesalahan harus dibantu, bukan dihakimi dan dihancurkan," tambah Mutu.
6. Fabio Cannavaro (Real Madrid)
Menjadi kapten Italia saat kemenangan Piala Dunia 2006, Cannavaro memulai tantangan baru di luar negeri untuk pertama kalinya setelah Calciopoli. Dia bergabung dengan Capello di Real Madrid lewat transfer 5,95 juta pounds.
Dua musim pertama penampilan bek veteran itu di Spanyol sangat sukses. Dia mengangkat dua gelar La Liga dan masuk dalam FIFPro World XI 2006 serta 2007. Tapi, usia Cannavaro tidak bisa berbohong. Ditambah kembangkitan Barcelona lewat Frank Rijkaard, Cannavaro memutuskan kembali ke Juventus yang baru saja kembali ke Serie A.
Cannavaro lalu mengikuti jejak Capello untuk menjadi pelatih. Dia mengelola tim Uni Emirat Arab (UEA), Al-Ahli. Cannavaro memimpin mereka meraih gelar juara liga dan piala di musim pertamanya. Kemudian, dia mengelola Guangzhou Evergrande dalam dua periode terpisah serta sempat memimpin tim nasional China.
7. Lilian Thuram (Barcelona)
Seorang bek yang brilian di masa puncaknya, Thuram berusia 34 pada saat pindah ke Barcelona dengan 4,25 juta pounds. Dia harus berjuang untuk beradaptasi dengan gaya permainan yang berbeda di Camp Nou. Lalu, pada akhir musim 2007/2008, Thuram mengumumkan pengunduran dirinya dari permainan tersebut setelah didiagnosis menderita kelainan jantung.
Penggemar sepakbola masa kini bisa melihat aksi Thuram di posisi yang berbeda. Anaknya, Marcus Thuram, telah menjadi salah satu penyerang muda yang banyak dibicarakan di Eropa bersama Borussia Moenchengladbach.
8. Manuele Blasi (Fiorentina)
Sejujurnya, Blasi bukan salah satu superstar Juventus. Tapi, dia dianggap oleh Capello sebagai pemain yang berguna dimiliki. Terbukti, Blasi tampil dalam 13 pertandingan Serie A pada musim 2005/2006.
Jika bertahan di Juventus di Serie B 2006/2007, ada kemungkinan Blasi menjadi pemain inti. Tapi, dia justru memutuskan bergabung ke Fiorentina dengan status pinjaman. Blasi memainkan peran kunci dalam membantu La Viola finish di posisi 6 Serie A sebelum pindah ke Napoli secara permanen pada musim panas 2007.
9. Olivier Kapo (Levante)
Juventus mengambil Kapo dari Auxerre pada 2004. Tapi, setelah musim pertama yang sulit di Italia, dia diizinkan untuk bergabung dengan AS Monaco selama musim 2005/2006.
Setelah Juventus terdegradasi, Kapo diizinkan untuk pindah dengan status pinjaman lagi atau permanen. Tapi, kali ini dia memilih bergabung dengan Levante dengan permanen. Meski tampil cukup baik di Spanyol, kariernya berubah-ubah dari satu klub ke klub lain di Britania Raya, termasuk di Birmingham City, Wigan Athletic, dan Glasgow Celtic.