Banyak yang bilang Daniel Alves adalah pesepakbola mata duitan, sombong, arogan, dan tidak loyal. Apakah benar? Eric Abidal bisa menjawabnya!
Daniel Alves dikenal sebagai pesepakbola yang hobi berpindah klub. Banyak pembencinya bilang Alves adalah pesepakbola mata duitan, sombong, arogan, dan tidak loyal. Tapi, apakah anggapan itu benar? Eric Abidal bisa menjawabnya!
Beroperasi sebagai full back kanan, pemilik nama lengkap Daniel Alves da Silva itu adalah pemain yang paling banyak mengoleksi trofi klub maupun tim nasional, dengan 41 buah. Dia juga menjadi bek kedua paling berprestasi sepanjang masa di kompetisi Eropa dengan 9 piala di kompetisi Benua Biru atau setara dengan Paolo Maldini.
Sepanjang karier profesional di level senior, Alves sudah membela 6 klub dalam maupun luar negeri. Sebut saja Bahia pada 2001-2002, Sevilla (2002–2008), Barcelona (2008–2016), Juventus (2016–2017), Paris Saint-Germain (2017–2019), serta Sao Paulo (2019–sekarang).
Saat di lapangan, Alves dikenal sebagai pemain ekspresif, baik ketika berebut bola maupun ketika selebrasi. Akibatnya, beberapa orang yang tidak mengenal secara personal menyebut Alves sebagai pesepakbola yang sombong.
Benarkah pendapat itu? Jawabannya, salah besar. Selain raja mengoleksi trofi, Alves sebenarnya merupakan tipe pemain yang sangat ramah. Dia memiliki kepribadian yang layak dijadikan panutan. Banyaknya tato di tubuh ternyata tidak bisa dijadikan patokan untuk menggambarkan kepribadian Alves.
Selain itu, Alves memiliki banyak teman. Dia bersahabat dengan banyak orang dari berbagai bangsa dan warna kulit, baik pesepakbola maupun orang biasa. Bahkan, hubungan itu terus berlanjut hingga Alves sudah meninggalkan Eropa dan kembali ke Negeri Samba. Salah satunya Abidal.
Hubungan Alves dengan Abidal terbina saat bermain di Barcelona. Mereka sangat akrab di lapangan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mereka semakin akrab ketika Abidal divonis tumor liver. Penyakit itu bisa membuat Abidal harus pensiun lebih cepat. Sebab, dia harus melakukan donor liver, yang tidak mudah didapatkan.
Saat Abidal tidak juga menemukan donor untuk transplantasi liver, Alves menghubungi Abidal. Dia menawarkan livernya untuk digunakan Abidal. Tentu saja Abidal terkejut. Begitu pula tim medis yang sedang melakukan perawatan kepada mantan pemain nasional Prancis itu.
"Saat harus menjalani operasi, Dani ingin mendonorkan livernya. Secara logis, dia tidak bisa karena dia adalah pesepakbola profesional. Dia bisa pensiun jika melakukannya," kata Abidal pada 2013 dalam wawancara dengan Radio Catalunya, dikutip BBC Sport.
Bek kiri yang pensiun pada 2014 itu akhirnya mendapatkan donor dari sepupunya dan segera pulih setelah menjalani operasi. "Saya ingin membantu karena saya kagum dengan Eric. Saya menyayangi keluarganya. Bagi saya, kemanusiaan yang utama dan pertama," ungkap Alves.
"Tentu saja saya tahu ada risiko jika saya benar-benar menjadi donornya Eric. Mungkin terlalu jauh jika saya dikatakan harus pensiun jika menjadi pendonor. Okelah memang ada risiko. Tapi, ketika nyawa yang dipertaruhkan, sepakbola tidak penting lagi," tambah Alves.
Meski gagal mendonorkan hatinya, Alves punya bantuan dengan cara lain yang membuat mata Abidal berkaca-kaca. Saat Abidal pergi meninggalkan Camp Nou pada akhir musim 2012/2013, Alves memilih mengganti nomor punggungnya. Pada musim 2013/2014 dia mengenakan nomor 22 dan menanggalkan nomor 2. Itu adalah nomor warisan Abidal.
"Kisah dengan Dani melampaui seragam. Dia tahu itu. Saya juga. Kami berteman dan kami berbicara tentang segalanya. Dia ingin mendukung saya. Selain itu, dia orang yang sangat baik. Dia adalah tetanggaku. Mantan istrinya dan istri saya adalah teman dekat," beber Abidal.
Ketika Abidal dan keluarga akan meninggalkan Barcelona untuk pulang ke Prancis dan bermain di AS Monaco, Abidal hanya mendatangi rumah Alves untuk berpamitan. Bahkan, di akun media sosialnya hanya ada ucapan selamat tinggal untuk Alves.
"Terima kasih, saudaraku," tulis Abidal di @EAbidalOfficial saat itu disertai foto dirinya sedang berpelukan dengan Alves ketika sama-sama membela Barcelona.
Setelah meninggalkan Barcelona, Abidal pergi ke Monaco. Bermain sepanjang 2013/2014, dia pergi ke Yunani untuk membela Olympiakos Piraeus pada 2014/2015. Pada musim panas 2015, pria kelahiran Saint-Genis-Laval, 11 September 1979, tersebut memutuskan pensiun.
Abidal kembali ke Barcelona pada musim panas 2018. Josep Maria Bartomeu mengangkat Abidal sebagai Direktur Olahraga yang baru untuk menggantikan Roberto Fernández. Tapi, dia dipecat pada 18 Agustus 2020, menyusul kekalahan 1-8 Barcelona dari Bayern Muenchen pada perempat final Liga Champions 2019/2020.
Beroperasi sebagai full back kanan, pemilik nama lengkap Daniel Alves da Silva itu adalah pemain yang paling banyak mengoleksi trofi klub maupun tim nasional, dengan 41 buah. Dia juga menjadi bek kedua paling berprestasi sepanjang masa di kompetisi Eropa dengan 9 piala di kompetisi Benua Biru atau setara dengan Paolo Maldini.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Kisah Josef Bican, Pencetak Gol Paling Produktif Sepanjang Masa
Kisah Josef Bican, Pencetak Gol Paling Produktif Sepanjang Masa
Selain itu, Alves memiliki banyak teman. Dia bersahabat dengan banyak orang dari berbagai bangsa dan warna kulit, baik pesepakbola maupun orang biasa. Bahkan, hubungan itu terus berlanjut hingga Alves sudah meninggalkan Eropa dan kembali ke Negeri Samba. Salah satunya Abidal.
BACA FEATURE LAINNYA
10 Pemain Afrika Terbaik dalam Sejarah Liga Premier
10 Pemain Afrika Terbaik dalam Sejarah Liga Premier
Saat Abidal tidak juga menemukan donor untuk transplantasi liver, Alves menghubungi Abidal. Dia menawarkan livernya untuk digunakan Abidal. Tentu saja Abidal terkejut. Begitu pula tim medis yang sedang melakukan perawatan kepada mantan pemain nasional Prancis itu.
Bek kiri yang pensiun pada 2014 itu akhirnya mendapatkan donor dari sepupunya dan segera pulih setelah menjalani operasi. "Saya ingin membantu karena saya kagum dengan Eric. Saya menyayangi keluarganya. Bagi saya, kemanusiaan yang utama dan pertama," ungkap Alves.
Meski gagal mendonorkan hatinya, Alves punya bantuan dengan cara lain yang membuat mata Abidal berkaca-kaca. Saat Abidal pergi meninggalkan Camp Nou pada akhir musim 2012/2013, Alves memilih mengganti nomor punggungnya. Pada musim 2013/2014 dia mengenakan nomor 22 dan menanggalkan nomor 2. Itu adalah nomor warisan Abidal.
"Kisah dengan Dani melampaui seragam. Dia tahu itu. Saya juga. Kami berteman dan kami berbicara tentang segalanya. Dia ingin mendukung saya. Selain itu, dia orang yang sangat baik. Dia adalah tetanggaku. Mantan istrinya dan istri saya adalah teman dekat," beber Abidal.
Ketika Abidal dan keluarga akan meninggalkan Barcelona untuk pulang ke Prancis dan bermain di AS Monaco, Abidal hanya mendatangi rumah Alves untuk berpamitan. Bahkan, di akun media sosialnya hanya ada ucapan selamat tinggal untuk Alves.
"Terima kasih, saudaraku," tulis Abidal di @EAbidalOfficial saat itu disertai foto dirinya sedang berpelukan dengan Alves ketika sama-sama membela Barcelona.
Setelah meninggalkan Barcelona, Abidal pergi ke Monaco. Bermain sepanjang 2013/2014, dia pergi ke Yunani untuk membela Olympiakos Piraeus pada 2014/2015. Pada musim panas 2015, pria kelahiran Saint-Genis-Laval, 11 September 1979, tersebut memutuskan pensiun.
Abidal kembali ke Barcelona pada musim panas 2018. Josep Maria Bartomeu mengangkat Abidal sebagai Direktur Olahraga yang baru untuk menggantikan Roberto Fernández. Tapi, dia dipecat pada 18 Agustus 2020, menyusul kekalahan 1-8 Barcelona dari Bayern Muenchen pada perempat final Liga Champions 2019/2020.