Runtang-runtung sejak kecil sebagai pemain bola, nasib membedakan mereka. Ronaldo sukses tidak Paixao. Ronaldo mengangkat tinggi hidup Paixao.
Nasib orang siapa yang tahu. Kecuali Sang Pencipta, tidak ada yang bisa memprediksi masa depan manusia. Contohnya yang dialami Cristiano Ronaldo dan Miguel Jose Paixao dos Santos.
Lahir di Monte Gordo, 14 Maret 1984, Miguel adalah pensiunan pesepakbola di Portugal. Kariernya dihabiskan bersama klub-klub medioker di kampung halamannya seperti Oriental, Uniao de Leiria, Fatima, Uniao Torreense, Barreirense, Portosantense, Beira-Mar Algarve, Portosantense, hingga Farense.
Padahal, Miguel adalah sahabat karib Ronaldo, teman dekat selama bertahun-tahun, dan mengadu nasib bersama ketika menjalani seleksi di Sporting Lisbon. Tapi, dewi fortuna lebih berpihak kepada Ronaldo.
Sejarah hidup Ronaldo mencatat fakta bahwa Miguel adalah orang yang pada 1997 bersama-sama dirinya merantau ke Ibu Kota Portugal, Lisbon, untuk mencoba menjadi pesepakbola profesional. Ketika itu, Ronaldo berusia 12 tahun dan Miguel 1 tahun lebih tua.
"Persahabatan kami tumbuh. Bahkan, ketika dia pergi ke Manchester United, kami berbicara hampir setiap hari (melalui telepon)," kata Miguel dalam sebuah wawancara dengan media Portugal, Record, pada 2015.
Semua itu berawal dari hasrat dan tekad Miguel untuk menjadi aktor lapangan hijau kelas dunia. Saat itu, dia rela menempuh jarak lebih dari 200 km dari kota tempat tinggalnya di Vila Real de Santos Antonio ke Lisbon untuk mengikuti seleksi di Akademi Sporting.
Di Portugal, Sporting adalah klub elite yang punya akademi bagus selain Benfica dan FC Porto. Sporting dikenal melahirkan banyak pemain hebat sehingga menarik minat banyak anak muda untuk mengadu peruntungan di Estadio Jose Avaladze.
Uniknya, entah sudah takdir atau hanya kebetulan, Miguel dan Ronaldo menjalani seleksi pada waktu yang sama. Tanpa diduga, tim pelatih menempatkan Miguel dan Ronaldo dalam satu kamar di Residencial D. Jose bernomor 34 selama menjalani masa seleksi. Itu adalah asrama untuk para pemain muda dari seluruh Portugal yang sedang mengikuti seleksi.
Bukan hanya berbagi kamar yang sama. Tim seleksi juga sering memasukkan Miguel dan Ronaldo dalam kubu yang sama ketika internal game diselenggarakan. Begitu pula dalam kelompok-kelompok diskusi kecil.
Saat seleksi dilaksanakan, Miguel berposisi sebagai gelandang serang yang beroperasi di belakang striker. Sementara Ronaldo sudah terlahir sebagai pemain sayap yang sangat cepat dari sisi kiri maupun kanan. Kolaborasi keduanya membuat para pelatih Sporting ketika itu berdecak kagum.
Usaha Miguel dan Ronaldo membuahkan hasil positif ketika hari pengumuman tiba. Keduanya dinyatakan lolos seleksi dan diterima bergabung ke akademi. Berhubung usia mereka terpaut 1 tahun, Miguel dan Ronaldo ditempatkan di kelompok umur berbeda. Tapi, bukan berarti mereka tidak berhubungan lagi lantaran tinggal di asrama yang sama.
Persahabatan dan komunikasi Miguel serta Ronaldo terus terbina selama menimba ilmu di akademi. Mereka semakin sering berkumpul bersama sekedar untuk makan di luar atau jalan-jalan di mall.
Sayang, takdir berkata lain setelah mereka lulus dari akademi dan dimasukkan ke Sporting B. Ronaldo menjelma menjadi megabintang dan Miguel harus rela berstatus pemain medioker. Ronaldo pergi ke Inggris, Spanyol, hingga Italia. Sedangkan Miguel tetap di Portugal.
Meski terpisah ruang dan waktu plus popularitas yang berbeda, ternyata persahabatan mereka tidak pernah hilang. Keduanya terus berteman. Bahkan, ketika Ronaldo sudah menjadi pemain top, Miguel tetap menjadi sahabat karib. Ronaldo tidak pernah malu mengakui Miguel adalah kawannya.
Beberapa kali Ronaldo mengajak Miguel ke acara penyerahan penghargaan individual dunia sekelas Ballon d'Or atau Pemain Terbaik FIFA. Mereka berangkat menggunakan pesawat dan tinggal di hotel yang sama.
Yang paling membuat banyak orang Portugal kagum dengan Ronaldo adalah jiwa sosialnya yang tinggi. Ketika tahu karier Miguel tidak berkembang dan harus gantung sepatu pada 2015 di usia 31 tahun dengan catatan 11 gol dari 112 laga, Ronaldo menawari sebuah pekerjaan. Itu adalah proyek yang akan membuat Ronaldo menjadi brand kelas dunia.
Ronaldo menunjuk Miguel mengurusi bisnisnya, khususnya memasarkan merek dagang "CR7". Dimulai dengan Museu CR7. Museum Ronaldo sebenarnya sudah ada sejak 13 Desember 2013. Tapi, kurang berkembang sebelum diserahkan kepada Miguel.
"Suatu hari, saat acara makan malam, kesempatan ini muncul dan saya tidak ragu mengajukan ide-ide yang saya miliki (tentang Museu CR7) kepada sahabat saya. Sebab, tidak semua orang bisa pergi ke Madeira untuk melihat piala dan warisan Cristiano. Lalu, kami berpikir untuk membuat museum keliling," kata Miguel
"Merupakan suatu kehormatan untuk menunjukkan kepada orang-orang sisi lain Cristiano. Saya selalu setuju dengan keinginan terbesar untuk bekerja. Saya dapat mengatakan bahwa saya bahagia di sini seperti dia di Real Madrid. Karena dia, saya bisa bepergian ke ujung dunia!" tambah Miguel.
Idenya diimplementasikan dan replika bergerak dari Museu CR7 muncul di kota-kota di Portugal seperti Algarve dan Lisbon. Ketika animo semakin banyak, museum itu menyeberang ke Spanyol. Selanjutnya, terbang Qatar, China, Jepang, hingga Korea. Para penggemar seolah-olah dibawa ke kampung halaman CR7 di Madeira.
Lahir di Monte Gordo, 14 Maret 1984, Miguel adalah pensiunan pesepakbola di Portugal. Kariernya dihabiskan bersama klub-klub medioker di kampung halamannya seperti Oriental, Uniao de Leiria, Fatima, Uniao Torreense, Barreirense, Portosantense, Beira-Mar Algarve, Portosantense, hingga Farense.
BACA BERITA LAINNYA
Kalah Pertama di Kandang Sejak 2017, Klopp: Muka Saya Seperti Dijotos Kenceng!
Kalah Pertama di Kandang Sejak 2017, Klopp: Muka Saya Seperti Dijotos Kenceng!
Di Portugal, Sporting adalah klub elite yang punya akademi bagus selain Benfica dan FC Porto. Sporting dikenal melahirkan banyak pemain hebat sehingga menarik minat banyak anak muda untuk mengadu peruntungan di Estadio Jose Avaladze.
BACA BERITA LAINNYA
FIFA Ujicoba Aturan Pergantian Pemain Baru di Liga Premier
FIFA Ujicoba Aturan Pergantian Pemain Baru di Liga Premier
Bukan hanya berbagi kamar yang sama. Tim seleksi juga sering memasukkan Miguel dan Ronaldo dalam kubu yang sama ketika internal game diselenggarakan. Begitu pula dalam kelompok-kelompok diskusi kecil.
Usaha Miguel dan Ronaldo membuahkan hasil positif ketika hari pengumuman tiba. Keduanya dinyatakan lolos seleksi dan diterima bergabung ke akademi. Berhubung usia mereka terpaut 1 tahun, Miguel dan Ronaldo ditempatkan di kelompok umur berbeda. Tapi, bukan berarti mereka tidak berhubungan lagi lantaran tinggal di asrama yang sama.
Sayang, takdir berkata lain setelah mereka lulus dari akademi dan dimasukkan ke Sporting B. Ronaldo menjelma menjadi megabintang dan Miguel harus rela berstatus pemain medioker. Ronaldo pergi ke Inggris, Spanyol, hingga Italia. Sedangkan Miguel tetap di Portugal.
Meski terpisah ruang dan waktu plus popularitas yang berbeda, ternyata persahabatan mereka tidak pernah hilang. Keduanya terus berteman. Bahkan, ketika Ronaldo sudah menjadi pemain top, Miguel tetap menjadi sahabat karib. Ronaldo tidak pernah malu mengakui Miguel adalah kawannya.
Beberapa kali Ronaldo mengajak Miguel ke acara penyerahan penghargaan individual dunia sekelas Ballon d'Or atau Pemain Terbaik FIFA. Mereka berangkat menggunakan pesawat dan tinggal di hotel yang sama.
Yang paling membuat banyak orang Portugal kagum dengan Ronaldo adalah jiwa sosialnya yang tinggi. Ketika tahu karier Miguel tidak berkembang dan harus gantung sepatu pada 2015 di usia 31 tahun dengan catatan 11 gol dari 112 laga, Ronaldo menawari sebuah pekerjaan. Itu adalah proyek yang akan membuat Ronaldo menjadi brand kelas dunia.
Ronaldo menunjuk Miguel mengurusi bisnisnya, khususnya memasarkan merek dagang "CR7". Dimulai dengan Museu CR7. Museum Ronaldo sebenarnya sudah ada sejak 13 Desember 2013. Tapi, kurang berkembang sebelum diserahkan kepada Miguel.
"Suatu hari, saat acara makan malam, kesempatan ini muncul dan saya tidak ragu mengajukan ide-ide yang saya miliki (tentang Museu CR7) kepada sahabat saya. Sebab, tidak semua orang bisa pergi ke Madeira untuk melihat piala dan warisan Cristiano. Lalu, kami berpikir untuk membuat museum keliling," kata Miguel
"Merupakan suatu kehormatan untuk menunjukkan kepada orang-orang sisi lain Cristiano. Saya selalu setuju dengan keinginan terbesar untuk bekerja. Saya dapat mengatakan bahwa saya bahagia di sini seperti dia di Real Madrid. Karena dia, saya bisa bepergian ke ujung dunia!" tambah Miguel.
Idenya diimplementasikan dan replika bergerak dari Museu CR7 muncul di kota-kota di Portugal seperti Algarve dan Lisbon. Ketika animo semakin banyak, museum itu menyeberang ke Spanyol. Selanjutnya, terbang Qatar, China, Jepang, hingga Korea. Para penggemar seolah-olah dibawa ke kampung halaman CR7 di Madeira.