Asnawi Bahar bakal pindah ke klub elit anggota K-League 2. Tantangan besar bagi anak legenda PSM Makassar itu.
Jika kepindahan ke Ansan Greeners di K League 2 dengan kontrak 1 tahun terealisasi, Asnawi Mangkualam Bahar dipastikan tidak akan kesepian. Pasalnya, kota tempat The Green Wolves bermarkas, selama ini dikenal sebagai "Indonesia mini" di Korea Selatan.
Berita terbangnya Asnawi ke Negeri Ginseng diketahui dari akun Instagram resmi Greeners, @ansan_greeners_fc pada 22 Januari 2021 siang waktu Indonesia. Saat itu, mereka menampilkan bendera Merah-Putih disertai tulisan "Selamat Datang!" dalam Bahasa Indonesia.
"Selamat datang! Kami bersama Ansan 2021," tulis akun tersebut, yang langsung kebanjiran followers dan komentar positif dari warga dunia maya Indonesia yang terkenal fanatik.
Dalam sejarah sepakbola Indonesia, belum pernah ada pemain yang merumput ke Korea. Artinya, Asnawi akan menjadi yang pertama. Anggota PSM Makassar tersebut juga akan menjadi orang Asia Tenggara kedua setelah Nguyen Chong Phuong. Pada 2019, pemain Vietnam tersebut didatangkan Incheon United.
Bagi pemain kelahiran Makassar, 4 Oktober 1999, itu kepindahan ke Korea akan meningkatkan kariernya. Pemain yang membela tim nasional Indonesia sejak U-16, U-19, U-23, hingga memiliki 1 caps di level senior itu tidak perlu takut bermukim di Ansan. Pasalnya, kota yang terletak di Provinsi Gyeonggi tersebut sangat identik dengan Indonesia.
Ansan adalah kota kosmopolitan yang terletak di barat daya Seoul dan merupakan bagian dari Seoul National Capital Area (semacam Jabodetabek di Indonesia). Terhubung ke Seoul dengan kereta api melalui Seoul Subway Line 4, Ansan terletak di pantai Laut Kuning dan beberapa pulau berada dalam yurisdiksinya. Yang terbesar dan paling terkenal adalah Pulau Daebu.
Berbeda dengan beberapa kota di Korea selain Seoul dan Busan, Ansan sangat ramah terhadap irang asing. Di kota ini ada beberapa perguruan tinggi ternama yang memiliki siswa dari banyak negara. Contohnya, Ansan University, Ansan College of Technology, Seoul Institute of the Arts, hingga ERICA campus of Hanyang University.
Berhubung cukup dekat dengan pusat bisnis dan industri di Seoul, Ansan juga menjadi tempat tinggal para pekerja migran. Dan, yang paling banyak adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Jumlahnya bukan puluhan atau ratusan, melainkan ribuan. Mereka sudah ada di Ansan sejak lama dan ketika kontrak habis akan digantikan orang dari Indonesia juga.
Banyaknya WNI membuat Ansan benar-benar terasa seperti Indonesia. Sangat mudah menjumpai orang berbicara dalam Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Lombok, Bahasa Minang, atau Bahasa Sunda, selain Bahasa Indonesia.
Restoran, cafe, warung makan berbagai ukuran yang menyediakan masakan Indonesia juga menjamur di banyak tempat di Ansan. Nasi goreng, bakso, soto, sate, hingga gado-gado sangat mudah dijumpai. Begitu pula masakan Padang. Pedagangnya bukan orang Korea, melainkan Indonesia.
Saat hari libur, Ansan tidak ubahnya pasar kaget di seputaran UGM atau kompleks Gelora Bung Karno. Akan sangat mudah ditemui orang-orang Indonesia dari berbagai daerah berkumpul atau sekedar berjalan-jalan menghabiskan waktu luang. Apalagi, sangat sering TKI atau pelajar Indonesia di Korea mengadakan kegiatan di Ansan bekerja sama dengan Kedubes RI di Seoul.
Dengan keberadaan Asnawi di Greeners mulai musim 2021, Ansan akan memiliki identitas Indonesia yang semakin kental. Potensi manajemen Greeners mengeruk banyak uang tiket maupun pernak-pernik klub dari WNI di Ansan sangat besar. Pasalnya, mayoritas orang Indonesia di Korea menggemari sepakbola.
Kehadiran saudara-saudara sebangsa juga bisa membuat Asnawi terpacu semangatnya. Dia harus menunjukkan diri sebagai pemain yang benar-benar layak merumput di luar negeri.
Faktanya, Asnawi selama ini dikenal sebagai pemain serba bisa. Dia anak legenda PSM Makassar, Bahar Muharram. Didikan PSM membuat Asnawi memiliki mental yang bagus. Di lapangan, dia adalah petarung. Dia selalu menjalankan tugas pelatih dengan baik. Entah sebagai full back atau gelandang bertahan, Asnawi tidak pernah mengeluh. Dia selalu total menampilkan permainan terbaiknya.
Seiring dengan berhentinya kompetisi di Indonesia sejak pandemi Covid-19, Maret tahun lalu, fans juga tidak bisa melihat aksi Asnawi lagi. Terakhir kali Asnawi beraksi adalah saat membela Indonesia di SEA Games 2019. Ketika itu, pasukan Merah-Putih dikalahkan Vietnam pada perebutan medali emas.
Selain itu, pada 21 Maret 2017, Asnawi mengukir rekor debut untuk timnas senior pada usia 17 tahun 167 hari. Pada hari bersejarah itu dia menjadi pemain pengganti ketika Indonesia menjalani pertandingan uji coba internasional melawan Myanmar.
Dengan usia yang masih muda, Asnawi cukup layak bermain di kompetisi level 2 Korea daripada menunggu bergulirnya Liga 1 2021. Apalagi Greeners punya ambisi besar untuk promosi ke K League 1. Pasalnya, klub yang dimiliki Pemerintah Kota Ansan itu belum pernah bermain di kasta tertinggi sejak didirikan pada 2017.
Prestasi terbaik Greeners adalah menempati peringkat 5 klasemen akhir K League 2 2019. Sebelumnya, pada 2017 dan 2018, The Green Wolves menempati posisi 9. Sementara pada 2020 berakhir di posisi 7 dari 10 peserta.
Berita terbangnya Asnawi ke Negeri Ginseng diketahui dari akun Instagram resmi Greeners, @ansan_greeners_fc pada 22 Januari 2021 siang waktu Indonesia. Saat itu, mereka menampilkan bendera Merah-Putih disertai tulisan "Selamat Datang!" dalam Bahasa Indonesia.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Masa Kecil Suram 6 Legenda Liverpool Bikin Haru, Total Inspirasi!
Kisah Masa Kecil Suram 6 Legenda Liverpool Bikin Haru, Total Inspirasi!
Berbeda dengan beberapa kota di Korea selain Seoul dan Busan, Ansan sangat ramah terhadap irang asing. Di kota ini ada beberapa perguruan tinggi ternama yang memiliki siswa dari banyak negara. Contohnya, Ansan University, Ansan College of Technology, Seoul Institute of the Arts, hingga ERICA campus of Hanyang University.
Banyaknya WNI membuat Ansan benar-benar terasa seperti Indonesia. Sangat mudah menjumpai orang berbicara dalam Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Lombok, Bahasa Minang, atau Bahasa Sunda, selain Bahasa Indonesia.
Restoran, cafe, warung makan berbagai ukuran yang menyediakan masakan Indonesia juga menjamur di banyak tempat di Ansan. Nasi goreng, bakso, soto, sate, hingga gado-gado sangat mudah dijumpai. Begitu pula masakan Padang. Pedagangnya bukan orang Korea, melainkan Indonesia.
Dengan keberadaan Asnawi di Greeners mulai musim 2021, Ansan akan memiliki identitas Indonesia yang semakin kental. Potensi manajemen Greeners mengeruk banyak uang tiket maupun pernak-pernik klub dari WNI di Ansan sangat besar. Pasalnya, mayoritas orang Indonesia di Korea menggemari sepakbola.
Kehadiran saudara-saudara sebangsa juga bisa membuat Asnawi terpacu semangatnya. Dia harus menunjukkan diri sebagai pemain yang benar-benar layak merumput di luar negeri.
Faktanya, Asnawi selama ini dikenal sebagai pemain serba bisa. Dia anak legenda PSM Makassar, Bahar Muharram. Didikan PSM membuat Asnawi memiliki mental yang bagus. Di lapangan, dia adalah petarung. Dia selalu menjalankan tugas pelatih dengan baik. Entah sebagai full back atau gelandang bertahan, Asnawi tidak pernah mengeluh. Dia selalu total menampilkan permainan terbaiknya.
Seiring dengan berhentinya kompetisi di Indonesia sejak pandemi Covid-19, Maret tahun lalu, fans juga tidak bisa melihat aksi Asnawi lagi. Terakhir kali Asnawi beraksi adalah saat membela Indonesia di SEA Games 2019. Ketika itu, pasukan Merah-Putih dikalahkan Vietnam pada perebutan medali emas.
Selain itu, pada 21 Maret 2017, Asnawi mengukir rekor debut untuk timnas senior pada usia 17 tahun 167 hari. Pada hari bersejarah itu dia menjadi pemain pengganti ketika Indonesia menjalani pertandingan uji coba internasional melawan Myanmar.
Dengan usia yang masih muda, Asnawi cukup layak bermain di kompetisi level 2 Korea daripada menunggu bergulirnya Liga 1 2021. Apalagi Greeners punya ambisi besar untuk promosi ke K League 1. Pasalnya, klub yang dimiliki Pemerintah Kota Ansan itu belum pernah bermain di kasta tertinggi sejak didirikan pada 2017.
Prestasi terbaik Greeners adalah menempati peringkat 5 klasemen akhir K League 2 2019. Sebelumnya, pada 2017 dan 2018, The Green Wolves menempati posisi 9. Sementara pada 2020 berakhir di posisi 7 dari 10 peserta.