Di Prancis juga selalu saja ada orang yang memberi predikat "the next" kepada pemain yang dianggap spesial. Salah satunya untuk penerus Zinedine Zidane.
Sama seperti Brasil, Argentina, Jerman, Swedia, Indonesia, atau dimanapun itu, di Prancis juga selalu saja ada orang yang memberi predikat "the next" kepada pemain yang dianggap spesial. Salah satunya untuk penerus Zinedine Zidane.
The Next Zidane diberikan kepada pemain-pemain dengan beberapa ciri spesifik. Pertama, dia harus bermain di posisi nomor 10, baik gelandang serang maupun second striker. Kedua, keterampilan teknik di atas rata-rata. Ketiga, jika memiliki darah Afrika Utara, baik Aljazair, Tunisia, maupun Maroko, akan menjadi nilai pertimbangan lebih.
Uniknya, setiap ada pemain yang dijuluki "Zidane berikutnya", selalu saja berakhir tidak menyenangkan. Entah terbebani dengan kebintangan Zizou atau hanya hiperbola, mayoritas tampil biasa-biasa saja. Bahkan, beberapa pemain harus terlempar dari panggung profesional dengan cara menyakitkan.
Berikut ini kabar 7 pemain Prancis yang sempat atau sedang menyandang status The Next Zidane:
1. Mourad Meghni
Berkat darah Aljazair yang mengalir dan penampilan memuaskan dalam kemenangan Prancis di Piala Dunia U-17, Meghni diberi julukan "Le Petit Zidane" (Zidane kecil). Julukan itu sudah didapat ketika Meghni belum pernah melakukan debut senior.
Meghni pindah dari Prancis ke Italia dengan meninggalkan Cannes untuk bergabung ke Bologna dan Lazio. Tapi, dia gagal menemukan konsistensi permainan di Serie A. Bahkan, saat klubnya menjuarai Coppa Italia 2008/2009, Meghni hanya duduk manis di bench. Padahal, itu menjadi satu-satunya trofi Meghni untuk klub.
Merasa tidak akan mendapatkan kesempatan membela Prancis di levels enior, Meghni mengalihkan kesetiaan pertandingan internasionalnya kepada tanah leluhurnya, Aljazair, pada 2009. Lalu, dia pindah ke Qatar. Tapi, sekarang tanpa klub sejak meninggalkan tim Aljazair, CS Constantine, pada 2017. Sepertinya dia memilih pensiun.
2. Bruno Cheyrou
Tidak ada darah Afrika Utara dalam diri adik Benoît Cheyrou itu. Tapi, bukan berati predikat The Next Zidane tidak boleh disematkan. Cheyrou dianggap sebagai pengganti Zizou saat bermain membanggakan untuk Lille di Ligue 1 selama 4 tahun.
"Saya tidak menganggap enteng perbandingan dengan Zidane. Bruno memiliki sentuhan dan gaya yang sama dengan yang dimiliki Zidane. Ada banyak kesamaan di antara keduanya saat mereka menguasai bola. Perbedaannya adalah Zidane berusia 30 tahun dan memiliki banyak pengalaman. Sementara Bruno berusia 24 tahun dan bermain di luar negeri untuk pertama kalinya," kata Gerard Houllier saat memindahkan Cheyrou dari Lille ke Liverpool pada 2002.
Ternyata bukan itu satu-satunya perbedaan. Cheyrou membuat 48 penampilan semua ajang, yang mayoritas tidak mengesankan pendukung Liverpool. Saat Houllier digulingkan, gelandang itu dengan Bordeaux dan Marseille dengan status pinjaman. Selanjutnya, dia memainkan sebagian besar kariernya di Ligue 1.
Meski sudah kembali ke Prancis, Cheyrou tetap bukan gelandang terbaik di keluarganya. Pasalnya, sang kakak, Benoît, memenangkan gelar Prancis bersama Marseille dan memiliki 4 piala domestik.
3. Anthony Le Tallec
Seperti Bruno Cheyrou, tidak ada darah Arab dalam tubuh Le Tallec. Tapi, orang-orang di Prancis menyatakan dirinya sebagai pemain yang paling pantas mewarisi jersey Zidane di timnas. Parameternya, performa memuaskan Le Tallec sebagai pemimpin tim muda Prancis di Piala Dunia U-17 2001.
Dari turnamen itu, Le Tallec datang ke Liverpool pada musim panas 2001 dari Le Havre bersama sepupunya Florent Sinama-Pongolle. "Bahkan, kemudian ada kecurigaan bahwa Blanc, Barthez, Zidane dan kawan-kawan hanya meletakkan dasar sebuah dinasti," tulis Richard Williams di The Guardian saat itu untuk menyindir status Le Tallec sebagai penerus Zizou.
Le Tallec akhirnya mencetak 1 gol dalam 32 pertandingan untuk Liverpool dan gagal menginspirasi selama masa pinjaman yang mengecewakan di Saint-Etienne, Sunderland, Sochaux, dan Le Mans. "Di masa depan mereka berdua (Le Tallec dan Sinama-Pongolle) akan dilihat sebagai rekrutan penting. Ini hanya masalah waktu. Saya bisa berjanji pada kalian," kata Gerard Houllier membela diri.
Le Tallec akhirnya terbuang dari Inggris dan Prancis. Dia melanjutkan karier di Yunani dan Rumania. Lalu, pada September 2019, dalam usia 34 tahun, dia menandatangani kontrak dengan klub amatir Annecy.
4. Yoann Gourcuff
Ketika Gourcuff muncul, orang-orang justru melihat gaya mainnya lebih mirip Kaka. Tapi, berhubung dia berasal dari Prancis, maka status sebagai penerus Zidane dianggap lebih tepat diberikan dibanding The Next Kaka.
Saat itu, Gourcuff adalah seorang playmaker halus yang menangkap imajinasi Prancis dengan penampilan awalnya untuk Rennes sebelum pindah ke AC Milan untuk benar-benar bertemu Kaka. Dalam 2 tahun di San Siro, Gourcuff ternyata kesulitan menggusur Kaka.
Gourcuff akhirnya memutuskan kembali ke Prancis untuk membela Bordeaux. Gourcuff tampak segar kembali sebelum akhirnya memenangkan penghargaan Ligue 1 Player of the Year setelah menjuarai Ligue 1 dan Coupe de la Ligue 2008/2009 plus Trophée des Champions 2008 dan 2009.
Kemudian, L’Equipe menulis haedline yang berjudul "Le Successeur" (Sang Penerus) dengan foto besar ke Zidane sebagai latar Gourcuff. "Saya merasa sakit ketika Zidane pensiun. Menonton Gourcuff telah menyembuhkan saya," kata Christophe Dugarry saat itu.
Tapi, Piala Dunia 2010 yang memalukan membuat Gourcuff dikeluarkan setelah 25 menit bermain. Dan, sikapnya mendapat sorotan setelah gagal bersinar seusai pindah ke Lyon dengan 22 juta euro. Cedera dan persaingan yang ketat membuat Gourcuff harus menghabiskan banyak waktu di bangku cadangan.
Terakhir, Gourcuff diketahui Dijon pada Januari 2019 setelah cedera membatasi penampilannya pada 8 pertandingan. Saat ini usianya baru 34 tahun dan seharusnya masih bisa produktif.
5. Samir Nasri
Pemain lain yang menarik perhatian setelah membintangi Prancis U-17 adalah Nasri. Pelatih mereka saat itu, Philippe Bergeroo, mengatakan tentang Nasri setelah kemenangan Prancis di Euro U-17 2004. "Kefasihannya dalam penguasaan bola mengingatkan saya pada Zidane," ujar Bergeroo.
Kemudian, mantan pelatih Marseille, Albert Emon, juga memberikan pujian yang sama. Apalagi, ada kesamaan dalam hal dibesarkan di wilayah utara Marseille yang keras dengan orang tua dari Aljazair. "Nasri memiliki kemampuan yang sama untuk membaca permainan seperti Zizou," kata Emon.
Dengan segala pemberitaan yang menyertai, penampilan Nasri terpantau Arsene Wenger. Lalu, pada 2008, dia diboyong ke London Utara. "Saya pikir orang terlalu cepat untuk membuat perbandingan. Saya berusia 17 tahun dan baru memulai ketika saya mendengar orang memanggil saya Zidane masa depan. Saya terkejut. Tapi, saya segera melepaskan diri dari semua itu," ungkap Nasri membela diri.
Tidak perlu berdebat apakah Nasri pantas menjadi Zizou selanjutnya atau tidak. Hanya penampilan di lapangan dan trofi yang membuktikan. Di level klub, dia ikut membantu Manchester City menjuarai Liga Premier 2 kali. Untuk negara, nihil gelar. Karier Nasri juga harus berakhir tragis dengan rentetan cedera dan kegagalan lolos tes doping.
6. Adel Taarabt
Tidak semua The Next Zidane diberikan saat masih bermain di Prancis. Taarabt contohnya. Predikat pengganti Zizou justru muncul di Inggris ketika baru pindah dari Lens ke Tottenham Hotspur pada 2007. Lagi-lagi, asal-usul menjadi pembenar dari predikat itu karena Taarabt memiliki darah Maroko.
"Ketika dia datang ke sini, mereka memanggilnya The Next Zidane. Dia belum berada di liga yang sama dengan Zidane karena dia jenius. Tapi, suatu hari dia bisa naik ke sana karena dia punya kemampuan itu. Untuk saat ini kami akan menggunakan bakatnya untuk membantu kami di liga," ungkap Pelatih Spurs ketika itu, Harry Redknapp.
Selanjutnya, julukan itu hanya di atas kertas! Taarabt tidak pernah benar-benar menjadi Zidane dan hanya bermain bagus saat membela Queens Park Rangers (QPR). Setelah itu, secara mengejutkan Taarabt pindah ke Benfica, meski tidak banyak memberikan kontribusi.
7. Houssem Aouar
Aouar menjadi salah satu pemain yang diminati banyak klub besar Eropa saat transfer window musim panas 2020 dibuka. Pemain Lyon itu kembali dibicarakan pada transfer window musim dingin 2021. Dia dirumorkan menjadi target Real Madrid, Manchester City, Manchester United, hingga Juventus.
Tentu saja, pemilik 1 caps untuk Les Bleus itu dianggap copy paste Zizou karena memiliki latar belakang Aljazair. Selain itu, permainannya yang dominan di lini serang Les Gones di Ligue 1 dalam beberapa musim terakhir. Apalagi, Aouar ternyata menjadikan Zidane contoh di sepakbola.
"Zidane adalah orang yang membuat saya mencintai sepakbola. Karena dirinya saya ingin menjadi pemain sepakbola. Saya sangat mengidolainya. Dia pahlawan saya ketika saya masih kanak-kanak," ucap Aouar.
Aouar bergabung dengan Akademi Lyon pada 2009 saat berusia 11 tahun. Dia menandatangani kontrak profesional pada musim panas 2016 berdurasi 3 tahun. Lalu, pada 16 Februari 2017, Aouar menjalani debut saat Lyon mengalahkan AZ Alkmaar pada leg pertama babak 32 besar Liga Eropa. Dia masuk pada menit 84 menggantikan Sergi Darder.
Satu pekan berselang, gol pertama diciptakan Aouar ketika giliran menjamu AZ di Parc Olympique Lyonnais. Saat itu, Les Gones menang 7-1. Selanjutnya, Aouar mulai dipecraya tampil di kompetisi domestik. Dia menjalani debut Ligue 1 pada 16 April 2017 melawan Bastia.
Artinya, masih banyak waktu bagi Aouar untuk membuktikan predikat The Next Zidane yang dibebankan.
The Next Zidane diberikan kepada pemain-pemain dengan beberapa ciri spesifik. Pertama, dia harus bermain di posisi nomor 10, baik gelandang serang maupun second striker. Kedua, keterampilan teknik di atas rata-rata. Ketiga, jika memiliki darah Afrika Utara, baik Aljazair, Tunisia, maupun Maroko, akan menjadi nilai pertimbangan lebih.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Kisah Cristiano Lucarelli, "Orang Kiri" di Sepakbola Italia
Kisah Cristiano Lucarelli, "Orang Kiri" di Sepakbola Italia
1. Mourad Meghni
Berkat darah Aljazair yang mengalir dan penampilan memuaskan dalam kemenangan Prancis di Piala Dunia U-17, Meghni diberi julukan "Le Petit Zidane" (Zidane kecil). Julukan itu sudah didapat ketika Meghni belum pernah melakukan debut senior.
Merasa tidak akan mendapatkan kesempatan membela Prancis di levels enior, Meghni mengalihkan kesetiaan pertandingan internasionalnya kepada tanah leluhurnya, Aljazair, pada 2009. Lalu, dia pindah ke Qatar. Tapi, sekarang tanpa klub sejak meninggalkan tim Aljazair, CS Constantine, pada 2017. Sepertinya dia memilih pensiun.
BACA FEATURE LAINNYA
Jarang Merumput, 5 Pemain Ini Terancam Dilupakan Negaranya di Euro 2020
Jarang Merumput, 5 Pemain Ini Terancam Dilupakan Negaranya di Euro 2020
2. Bruno Cheyrou
Tidak ada darah Afrika Utara dalam diri adik Benoît Cheyrou itu. Tapi, bukan berati predikat The Next Zidane tidak boleh disematkan. Cheyrou dianggap sebagai pengganti Zizou saat bermain membanggakan untuk Lille di Ligue 1 selama 4 tahun.
"Saya tidak menganggap enteng perbandingan dengan Zidane. Bruno memiliki sentuhan dan gaya yang sama dengan yang dimiliki Zidane. Ada banyak kesamaan di antara keduanya saat mereka menguasai bola. Perbedaannya adalah Zidane berusia 30 tahun dan memiliki banyak pengalaman. Sementara Bruno berusia 24 tahun dan bermain di luar negeri untuk pertama kalinya," kata Gerard Houllier saat memindahkan Cheyrou dari Lille ke Liverpool pada 2002.
Meski sudah kembali ke Prancis, Cheyrou tetap bukan gelandang terbaik di keluarganya. Pasalnya, sang kakak, Benoît, memenangkan gelar Prancis bersama Marseille dan memiliki 4 piala domestik.
3. Anthony Le Tallec
Seperti Bruno Cheyrou, tidak ada darah Arab dalam tubuh Le Tallec. Tapi, orang-orang di Prancis menyatakan dirinya sebagai pemain yang paling pantas mewarisi jersey Zidane di timnas. Parameternya, performa memuaskan Le Tallec sebagai pemimpin tim muda Prancis di Piala Dunia U-17 2001.
Dari turnamen itu, Le Tallec datang ke Liverpool pada musim panas 2001 dari Le Havre bersama sepupunya Florent Sinama-Pongolle. "Bahkan, kemudian ada kecurigaan bahwa Blanc, Barthez, Zidane dan kawan-kawan hanya meletakkan dasar sebuah dinasti," tulis Richard Williams di The Guardian saat itu untuk menyindir status Le Tallec sebagai penerus Zizou.
Le Tallec akhirnya mencetak 1 gol dalam 32 pertandingan untuk Liverpool dan gagal menginspirasi selama masa pinjaman yang mengecewakan di Saint-Etienne, Sunderland, Sochaux, dan Le Mans. "Di masa depan mereka berdua (Le Tallec dan Sinama-Pongolle) akan dilihat sebagai rekrutan penting. Ini hanya masalah waktu. Saya bisa berjanji pada kalian," kata Gerard Houllier membela diri.
Le Tallec akhirnya terbuang dari Inggris dan Prancis. Dia melanjutkan karier di Yunani dan Rumania. Lalu, pada September 2019, dalam usia 34 tahun, dia menandatangani kontrak dengan klub amatir Annecy.
4. Yoann Gourcuff
Ketika Gourcuff muncul, orang-orang justru melihat gaya mainnya lebih mirip Kaka. Tapi, berhubung dia berasal dari Prancis, maka status sebagai penerus Zidane dianggap lebih tepat diberikan dibanding The Next Kaka.
Saat itu, Gourcuff adalah seorang playmaker halus yang menangkap imajinasi Prancis dengan penampilan awalnya untuk Rennes sebelum pindah ke AC Milan untuk benar-benar bertemu Kaka. Dalam 2 tahun di San Siro, Gourcuff ternyata kesulitan menggusur Kaka.
Gourcuff akhirnya memutuskan kembali ke Prancis untuk membela Bordeaux. Gourcuff tampak segar kembali sebelum akhirnya memenangkan penghargaan Ligue 1 Player of the Year setelah menjuarai Ligue 1 dan Coupe de la Ligue 2008/2009 plus Trophée des Champions 2008 dan 2009.
Kemudian, L’Equipe menulis haedline yang berjudul "Le Successeur" (Sang Penerus) dengan foto besar ke Zidane sebagai latar Gourcuff. "Saya merasa sakit ketika Zidane pensiun. Menonton Gourcuff telah menyembuhkan saya," kata Christophe Dugarry saat itu.
Tapi, Piala Dunia 2010 yang memalukan membuat Gourcuff dikeluarkan setelah 25 menit bermain. Dan, sikapnya mendapat sorotan setelah gagal bersinar seusai pindah ke Lyon dengan 22 juta euro. Cedera dan persaingan yang ketat membuat Gourcuff harus menghabiskan banyak waktu di bangku cadangan.
Terakhir, Gourcuff diketahui Dijon pada Januari 2019 setelah cedera membatasi penampilannya pada 8 pertandingan. Saat ini usianya baru 34 tahun dan seharusnya masih bisa produktif.
5. Samir Nasri
Pemain lain yang menarik perhatian setelah membintangi Prancis U-17 adalah Nasri. Pelatih mereka saat itu, Philippe Bergeroo, mengatakan tentang Nasri setelah kemenangan Prancis di Euro U-17 2004. "Kefasihannya dalam penguasaan bola mengingatkan saya pada Zidane," ujar Bergeroo.
Kemudian, mantan pelatih Marseille, Albert Emon, juga memberikan pujian yang sama. Apalagi, ada kesamaan dalam hal dibesarkan di wilayah utara Marseille yang keras dengan orang tua dari Aljazair. "Nasri memiliki kemampuan yang sama untuk membaca permainan seperti Zizou," kata Emon.
Dengan segala pemberitaan yang menyertai, penampilan Nasri terpantau Arsene Wenger. Lalu, pada 2008, dia diboyong ke London Utara. "Saya pikir orang terlalu cepat untuk membuat perbandingan. Saya berusia 17 tahun dan baru memulai ketika saya mendengar orang memanggil saya Zidane masa depan. Saya terkejut. Tapi, saya segera melepaskan diri dari semua itu," ungkap Nasri membela diri.
Tidak perlu berdebat apakah Nasri pantas menjadi Zizou selanjutnya atau tidak. Hanya penampilan di lapangan dan trofi yang membuktikan. Di level klub, dia ikut membantu Manchester City menjuarai Liga Premier 2 kali. Untuk negara, nihil gelar. Karier Nasri juga harus berakhir tragis dengan rentetan cedera dan kegagalan lolos tes doping.
6. Adel Taarabt
Tidak semua The Next Zidane diberikan saat masih bermain di Prancis. Taarabt contohnya. Predikat pengganti Zizou justru muncul di Inggris ketika baru pindah dari Lens ke Tottenham Hotspur pada 2007. Lagi-lagi, asal-usul menjadi pembenar dari predikat itu karena Taarabt memiliki darah Maroko.
"Ketika dia datang ke sini, mereka memanggilnya The Next Zidane. Dia belum berada di liga yang sama dengan Zidane karena dia jenius. Tapi, suatu hari dia bisa naik ke sana karena dia punya kemampuan itu. Untuk saat ini kami akan menggunakan bakatnya untuk membantu kami di liga," ungkap Pelatih Spurs ketika itu, Harry Redknapp.
Selanjutnya, julukan itu hanya di atas kertas! Taarabt tidak pernah benar-benar menjadi Zidane dan hanya bermain bagus saat membela Queens Park Rangers (QPR). Setelah itu, secara mengejutkan Taarabt pindah ke Benfica, meski tidak banyak memberikan kontribusi.
7. Houssem Aouar
Aouar menjadi salah satu pemain yang diminati banyak klub besar Eropa saat transfer window musim panas 2020 dibuka. Pemain Lyon itu kembali dibicarakan pada transfer window musim dingin 2021. Dia dirumorkan menjadi target Real Madrid, Manchester City, Manchester United, hingga Juventus.
Tentu saja, pemilik 1 caps untuk Les Bleus itu dianggap copy paste Zizou karena memiliki latar belakang Aljazair. Selain itu, permainannya yang dominan di lini serang Les Gones di Ligue 1 dalam beberapa musim terakhir. Apalagi, Aouar ternyata menjadikan Zidane contoh di sepakbola.
"Zidane adalah orang yang membuat saya mencintai sepakbola. Karena dirinya saya ingin menjadi pemain sepakbola. Saya sangat mengidolainya. Dia pahlawan saya ketika saya masih kanak-kanak," ucap Aouar.
Aouar bergabung dengan Akademi Lyon pada 2009 saat berusia 11 tahun. Dia menandatangani kontrak profesional pada musim panas 2016 berdurasi 3 tahun. Lalu, pada 16 Februari 2017, Aouar menjalani debut saat Lyon mengalahkan AZ Alkmaar pada leg pertama babak 32 besar Liga Eropa. Dia masuk pada menit 84 menggantikan Sergi Darder.
Satu pekan berselang, gol pertama diciptakan Aouar ketika giliran menjamu AZ di Parc Olympique Lyonnais. Saat itu, Les Gones menang 7-1. Selanjutnya, Aouar mulai dipecraya tampil di kompetisi domestik. Dia menjalani debut Ligue 1 pada 16 April 2017 melawan Bastia.
Artinya, masih banyak waktu bagi Aouar untuk membuktikan predikat The Next Zidane yang dibebankan.