Bagaimana jika 3 bersaudara bermain di tim yang sama dalam satu waktu? Jawabannya ada di Piala Dunia 2010.
Pemain bersaudara di sepakbola bukan hal langka. Jerome dan Kevin-Prince Boateng, Phil dan Gary Neville, atau Gonzalo dan Federico Higuain adalah contoh nyata. Tapi, bagaimana jika 3 bersaudara bermain di tim yang sama dalam satu waktu? Jawabannya ada di Piala Dunia 2010.

Piala Dunia 2010 adalah Piala Dunia ke-19 sepanjang sejarah FIFA. Turnamen tersebut untuk pertama kalinya digelar di Afrika Selatan dan berlangsung pada 11 Juni-11 Juli 2010. Mereka menjadi negeri Benua Hitam pertama dan satu-satunya yang menggelar turnamen itu.

Selama di Afrika Selatan, pertandingan dimainkan di 10 stadion di 9 kota berbeda. Upacara pembukaan dan pertandingan final dimainkan di Soccer City, Johannesburg. Sementara 32 tim berpartisipasi. Mereka berasal dari 6 konfederasi anggota FIFA yang menjalani kualifikasi dengan tuan rumah lolos otomatis.

Salah satu negara yang ambil bagian adalah Honduras. Bersama Amerika Serikat dan Meksiko, Honduras mewakili Konfederasi Sepakbola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF). Itu menjadi Piala Dunia kedua setelah ambil bagian pada 1982 di Spanyol. Setelah itu Honduras tampil lagi pada 2014 di Brasil.

Nah, dalam keikutsertaan yang kedua itulah Honduras menjadi pembicaraan banyak orang. Bukan karena performa yang bagus, melainkan keberadaan tiga kakak beradik dalam daftar 23 pemain yang didaftarkan ke FIFA. Mereka adalah Jerry, Johnny, dan Wilson Palacios.

Darah sepakbola memang mengalir deras di keluarga Palacios. Ayah mereka, Eulogio Palacios, adalah pesepakbola di Honduras. Eulogio sendirilah yang mengajari anak-anaknya bermain sepakbola sejak balita dan memasukkan ke akademi setelah cukup umur.

Sebenarnya, Palacios bersaudara berjumlah 5 orang. Selain Jerry, Johnny, dan Wilson, ada pula Milton dan Edwin. Milton juga pesepakbola profesional yang membela timnas pada 2003-2006 serta memperkuat sejumlah klub elite di Honduras seperti Olimpia, Marathon, dan Victoria.

Bagaimana dengan Edwin? Dia juga pesepakbola yang aktif di level junior. Tapi, berbeda dengan keempat kakaknya, Edwin punya cerita sangat tragis ketika memasuki usia 14 tahun. Itu bertepatan dengan bergabungnya Wilson dari Olimpia ke Birmingham City dengan status pinjaman.

"Dia seorang malaikat. Dia selalu memberi kami kekuatan. Ketika kami kecewa, kami merasa dia ada bersama kami. Itu menjadi motivasi tambahan buat keluarga kami. Dia selalu ada dalam pikiran kami. Semua yang kami lakukan kami persembahkan untuk dirinya. Semoga, dimanapun dia berada saat ini, merasa bangga atas apa yang kami kerjakan," ungkap Jerry saat itu, dilansir Associated Press News.

Kisah duka Palacios bersaudara dimulai pada 30 Oktober 2007. Saat itu, Edwin diculik oleh lima pria bersenjata dari rumah keluarga mereka di La Ceiba. Satu bulan berselang, sang penculik minta tebusan 125.000 pounds. Palacios bersaudara mengabulkan tuntutan itu agar Edwin bisa dibebaskan.

Setelah uang diserahkan, kelompok kriminal bersenjata tersebut mengaku telah membebaskan Edwin di suatu tempat. Tapi, ternyata tidak. Mereka berbohong dan keberadaan Edwin masih misterius.

Seusai menunggu sepanjang 2008, pada Januari 2009, ibu mereka membuat seruan di televisi bagi para penculik untuk membuka komunikasi dengan keluarga. Dia hanya ingin mengetahui apakah Edwin masih hidup atau tidak. Di bulan itu, keluarga Palacios kembali menjadi headline setelah Wilson ditransfer dari Wigan Athletic ke Tottenham Hotspur.

Dengan penuh harap, sang ibu berbicara di depan media bahwa uang 12 juta pounds transfer Wilson bukan untuk pribadi, melainkan menjadi milik Wigan. Wilson hanya menerima gaji mingguan yang besarnya tidak lebih dari 30.000 pounds. Keluarga juga meminta bantuan pemerintah dan polisi Inggris untuk membantu menemukan Edwin.

Usaha ibu mereka tidak membuahkan hasil. Lalu, pada 8 Mei 2009, polisi menangkap dua pemimpin kelompok kriminal yang menculik Edwin. Organisasi tersebut bernama La 18.

Dari pengakuan mereka, polisi menemukan mayat yang tidak utuh anggota badannya di sebuah tempat di kota kecil bernama El Paraíso sehingga sulit dilakukan identifikasi. Tapi, mereka meyakininya sebagai potongan-potongan tubuh Edwin. Kemungkinan besar Edwin dimutilasi untuk menghilangkan jejak.

Wilson pulang ke Honduras keesokan harinya dengan kedukaan yang mendalam. Lalu, 28 Mei 2009, jenazah tersebut dipastikan sebagai Edwin setelah dilakukan tes DNA. Pemakaman segera diadakan pada hari berikutnya di La Ceiba dan setelah itu Wilson langsung bergabung dengan timnas untuk berlatih dalam persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2010 melawan AS dan El Salvador.

Palacios bersaudara yakin ada campur tangan Edwin yang membawa Honduras ke Piala Dunia. "Di sini (Afrika Selatan), sayalah yang tertua. Tapi, di Honduras masih ada Milton yang juga berkiprah di sepakbola profesional. Dia sedang tidak ada di sini sekarang. Jadi, sayalah yang memimpin adik-adik saya," tambah Jerry.

Sayang, keberuntungan tidak menaungi Honduras saat itu. Tergabung di Grup H, mereka harus melawan Spanyol, Chile, dan Swiss. Honduras hanya memetik 1 hasil imbang atas Swis dan 2 kekalahan dari Chile serta Spanyol. Di akhir turnamen, La Furia Roja dinobatkan sebagai juara setelah memukul Belanda.