Sebuah kisah mulia Cristiano Ronaldo menjadikan keluarga sebagai prioritas utamanya.
Cristiano Ronaldo punya segalanya sebagai pesepak bola. Walau hidup bergelimang harta, pemain yang dijuluki CR7 itu tetap memprioritaskan keluarga di atas segalanya.
Bukti konkret pemain asal Portugal itu begitu mencintai keluarganya saat menyelamatkan abang kandungnya, Hugo Aveiro, dari kecanduan minuman dan narkoba.
Bukan rahasia lagi jika Hugo, yang berusia 10 tahun lebih tua dari CR7, begitu menyukai minuman keras dan zat terlarang. Aksi sang kakak dilandasi faktor lingkungan serta DNA dari ayah mereka, Jose Dinis Aveiro.
Selama hidup, ayah mereka selalu mabuk. Kebiasaan buruk itu pula yang merenggut nyawa Dinis pada 2005, tepatnya saat CR7 berusia 20 tahun. Tak ingin kejadian terulang kepada Hugo, Ronaldo memutuskan menyelamatkan saudaranya itu dari masalah penyalahgunaan minuman keras dan zat terlarang.
Ronaldo mengaku tak mudah membujuk saudara laki-lakinya itu untuk meninggalkan kebiasaannya tersebut. Apalagi, Hugo sudah bergelut di dunia hitam sejak akhir 1900-an.
Trik dan segala cara sudah dilakukan Ronaldo. Tapi, cara taruhan dengan kakaknya yang dianggap sebagai tonggak awal kebangkitan Aveiro. Bermula dari tantangan Ronaldo menginginkan Aveiro berhenti minum apabila dirinya berhasil membawa Real Madrid menjuarai Liga Champions 2013/2014.
Ronaldo kemudian mewujudkan janjinya dengan membawa Los Blancos menang 4-1 atas Atletico Madrid pada laga penentuan di Estadio da Luz. Keberhasilan Madrid memang dirayakan banyak orang, tapi tidak ada momen paling emosional selain pelukan dua bersaudara tersebut.
Pada momen membahagiakan itu, Ronaldo menginginkan kakaknya berubah. Salah satu pemain terbaik di kolong langit itu meminta saudaranya berhenti minum, meski tuntutan dari CR7 begitu berat diwujudkan Hugo saat itu.
Hugo sempat mengalami kesulitan memenuhi permintaan adiknya itu, apalagi dia hidup di lingkungan yang memungkinkan siapa pun dapat terjerumus ke lembah hitam. Berbeda dengan Ronaldo yang sudah pindah ke Lisbon sejak usia 11 tahun.
Hugo membeberkan dirinya sempat meninggalkan bangku sekolah di usia 17 tahun, kemudian bekerja di perusahaan alumunium, hingga menjadi kru lukisan. Dia juga pernah menjadi pesepak bola jalanan dan sempat bermain di liga jalanan informal Santo Antonio. Sebagian besar orang menyebut Hugo memiliki kualitas.
Presiden CS Maritimo, Carlos Pereira, yang telah mengenal Ronaldo hampir sepanjang hidupnya lebih skeptis terhadap kemampuan Hugo. “Saat ini orang mengatakan bahwa Hugo adalah pemain bagus, tapi itu tidak ada hubungannya dengan jenis sepak bola yang dimainkan Ronaldo,” kata Pereira, dilansir The Sun.
“Hugo adalah pemain jalanan. Dia bermain. Dia peminum. Dia tukang tidur. Ketika Ronaldo mulai bermain, dia bermain di klub dengan struktur, dengan pelatih, dan direktur. Itu adalah jenis sepak bola yang berbeda,” timpalnya. “Hugo mungkin terampil, tapi sebagai pesepak bola jalanan yang bermain melawan teman-temannya dengan cara amatir. Tidak seperti Ronaldo.”
Namun, berkat dukungan terus-menerus yang diberikan Ronaldo, Hugo akhirnya sadar telah melalui jalan sesat terlalu jauh. Dia menyetujui permintaan adiknya itu dan kini fokus mengelola museum CR7 di Madeira, Portugal. Mereka kini lebih dekat dari sebelumnya hingga pergi berlibur bersama.
Ronaldo tentu saja senang dengan keinginan kuat abangnya lepas dari lembah hitam. Apalagi, setelah kematian ayah mereka, Ronaldo ingin mendorong Hugo menjadi figur yang lebih baik.
“Jelas sekali kematian ayah saya memengaruhi segalanya. Saya tahu rasa sakit itu akan berlalu dan yang paling penting bagi saya adalah melanjutkan pekerjaan saya,” tuturnya.
Sementara ibu Ronaldo, Dolores, bersyukur atas campur tangan anak bungsunya tersebut. Dia sempat kewalahan menghadapi kebiasaan buruk Hugo terhadap minuman keras.
“Saya bekerja sebagai pembersih, berpenghasilan hanya 400 pounds sebulan dan saya harus mengambil pinjaman. Semua saya lakukan untuk mengirim Hugo ke klinik spesialis untuk perawatan,” kenang Dolores.
Namun, Hugo tetap kembali ke cara lamanya. Kali ini saudaranya (CR7) yang turun tangan untuk menyelamatkan kehidupannya dengan membayar lebih banyak perawatan. “Cristiano saat itu berusia 16 tahun. Dia berpenghasilan lebih dan membayar perawatan saudaranya,” imbuhnya. “Tidak diragukan lagi, uangnya (CR7) yang membantu menyelamatkan Hugo. Segalanya mungkin akan jauh berbeda jika Cristiano bukan pesepak bola,” ucapnya.
Bukti konkret pemain asal Portugal itu begitu mencintai keluarganya saat menyelamatkan abang kandungnya, Hugo Aveiro, dari kecanduan minuman dan narkoba.
BACA FEATURE LAINNYA
6 Makna Tato Mike Tyson, Tato Legenda Tenis Dunia Tampak Mencolok
6 Makna Tato Mike Tyson, Tato Legenda Tenis Dunia Tampak Mencolok
Ronaldo kemudian mewujudkan janjinya dengan membawa Los Blancos menang 4-1 atas Atletico Madrid pada laga penentuan di Estadio da Luz. Keberhasilan Madrid memang dirayakan banyak orang, tapi tidak ada momen paling emosional selain pelukan dua bersaudara tersebut.
BACA FEATURE LAINNYA
5 Superstar yang Sukses Setelah Berubah Posisi
5 Superstar yang Sukses Setelah Berubah Posisi
Hugo sempat mengalami kesulitan memenuhi permintaan adiknya itu, apalagi dia hidup di lingkungan yang memungkinkan siapa pun dapat terjerumus ke lembah hitam. Berbeda dengan Ronaldo yang sudah pindah ke Lisbon sejak usia 11 tahun.
Presiden CS Maritimo, Carlos Pereira, yang telah mengenal Ronaldo hampir sepanjang hidupnya lebih skeptis terhadap kemampuan Hugo. “Saat ini orang mengatakan bahwa Hugo adalah pemain bagus, tapi itu tidak ada hubungannya dengan jenis sepak bola yang dimainkan Ronaldo,” kata Pereira, dilansir The Sun.
Namun, berkat dukungan terus-menerus yang diberikan Ronaldo, Hugo akhirnya sadar telah melalui jalan sesat terlalu jauh. Dia menyetujui permintaan adiknya itu dan kini fokus mengelola museum CR7 di Madeira, Portugal. Mereka kini lebih dekat dari sebelumnya hingga pergi berlibur bersama.
Ronaldo tentu saja senang dengan keinginan kuat abangnya lepas dari lembah hitam. Apalagi, setelah kematian ayah mereka, Ronaldo ingin mendorong Hugo menjadi figur yang lebih baik.
“Jelas sekali kematian ayah saya memengaruhi segalanya. Saya tahu rasa sakit itu akan berlalu dan yang paling penting bagi saya adalah melanjutkan pekerjaan saya,” tuturnya.
Sementara ibu Ronaldo, Dolores, bersyukur atas campur tangan anak bungsunya tersebut. Dia sempat kewalahan menghadapi kebiasaan buruk Hugo terhadap minuman keras.
“Saya bekerja sebagai pembersih, berpenghasilan hanya 400 pounds sebulan dan saya harus mengambil pinjaman. Semua saya lakukan untuk mengirim Hugo ke klinik spesialis untuk perawatan,” kenang Dolores.
Namun, Hugo tetap kembali ke cara lamanya. Kali ini saudaranya (CR7) yang turun tangan untuk menyelamatkan kehidupannya dengan membayar lebih banyak perawatan. “Cristiano saat itu berusia 16 tahun. Dia berpenghasilan lebih dan membayar perawatan saudaranya,” imbuhnya. “Tidak diragukan lagi, uangnya (CR7) yang membantu menyelamatkan Hugo. Segalanya mungkin akan jauh berbeda jika Cristiano bukan pesepak bola,” ucapnya.