Perpindahan pemain antar dua tim raksasa Milan sering terjadi. Mario Balotteli di peringkat 10. Pirlo peringkat 3.
Perpindahan pemain dari AC Milan ke Inter Milan atau sebaliknya sudah banyak terjadi sejak puluhan tahun silam. Beda dengan kasus Barcelona dan Real Madrid yang akan memunculkan kecaman, perpindahan pemain di Kota Mode akan direspons biasa-bisa saja oleh suporter.

Pertemuan AC Milan dengan Inter Milan dikenal dengan istilah Derby della Madonnina. Disebut seperti itu untuk menghormati salah satu pemandangan utama kota Milan, yaitu patung Bunda Maria di atas Katedral Duomo, yang sering disebut sebagai Madonnina (Maria kecil).

Berlangsung setidaknya dua kali sepanjang tahun melalui pertandingan liga, persaingan lintas kota ini telah meluas ke Coppa Italia, Liga Champions, dan Supercoppa Italiana, serta turnamen kecil dan pertandingan persahabatan. Yang paling baru terjadi Rabu (27/1/2021) dinihari WIB, ketika Inter menyingkirkan Milan dari Coppa Italia. Kedua klub juga bersaing di klasemen Serie A 2020/2021.

Sepanjang sejarah sudah pertandingan kedua klub berlangsung ketat dan panas. Terdapat pula sejumlah pesepakbola yang merumput untuk Milan sebelum hijrah ke Inter atau membela Inter dulu kemudian Milan. Profesionalisme menjadi alasan terjadinya perpindahan tersebut.

Berikut ini peringkat 26 pemain Milan dan Inter sejak 1995, dari yang terburuk ke terbaik:


26. Drazan Brncic (Milan 2000-2001, Inter 2001-2003)

Brncic lebih terkenal karena menjadi pemain pengganti dalam kesepakatan yang membawa Andrea Pirlo dari Inter ke Milan daripada apapun yang dilakukan di lapangan untuk kedua klub.


25. Umit Davala (Milan 2001-2002, Inter 2002-2004)

Bagus untuk Galatasaray. Diambil ke Italia oleh Fatih Terim. Tidak terlalu bagus di Milan. Itulah tiga kalimat untuk menggambarkan petualangan singkat yang kurang bermakna Davala di Serie A.


24. Alessandro Mancini (Inter 2008-2010, Milan 2010)

Mancini menghabiskan dua musim di Inter ketika Jose Mourinho memenangkan treble winners. Sayang untuk Mancini, dia justru dipinjamkan ke Milan untuk paruh kedua musim 2009/2010. Dia tidak mencetak gol dalam 7 laga untuk I Rossoneri dan melewatkan semua piala yang didapat I Nerazzurri.


23. Matias Silvestre (Inter 2012-2013, Milan 2013-2014)

Dibeli oleh Inter pada 2012, dipinjamkan ke Milan pada 2013. Total, 13 penampilan Serie A dalam dua musim di San Siro. Dijual ke Sampdoria pada 2014. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari pemain Argentina ini.


22. Leonardo Bonucci (Inter 2005-2007, Milan 2017-2018)



Bonucci bermain untuk Inter sebagai pemain muda. Tapi, menghabiskan sebagian besar waktunya status pinjaman ke tim lain sebelum pergi ke Juventus melalui Bari. Setelah tujuh musim sukses di Juventus, dia pindah ke Milan seharga 42 juta euro. Hanya satu musim di San Siro, dia kembali ke Turin lebih cepat dari rencananya.

Meski buruk di Inter dan Milan, prestasi Bonucci untuk Juventus serta permainan di tim nasional Italia tidak akan bisa dilupakan dalam waktu singkat.


21. Edgar Davids (Milan 1996-1997, Inter 2004-2005)

Mantan pemain Belanda itu tidak akan pernah diingat karena tugasnya di Milan dan Inter karena berlangsung singkat. Setelah menaklukkan dunia dengan Ajax Amsterdam era Louis van Gaal, Davids menghabiskan 18 bulan bersama Milan. Tapi, dia gagal membangun tempat di tim utama sehingga pindah ke Juventus.

Setelah dipinjamkan ke Barcelona, dia menandatangani kontrak 3 tahun dengan Inter pada 2004. Tapi, kontraknya dibatalkan setelah hanya berjalan 1 tahun. Lalu, dia pindah ke Tottenham Hotspur dengan transfer gratis sebelum melanjutkan ke Crystal Palace dan Barnet.


20. Antonio Cassano (Milan 2011-2012, Inter 2012-2013)

Lahir sehari setelah Italia memenangkan Piala Dunia 1982, Cassano dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik Serie A 2001 dan 2003. Itu karena performa bagus Francesco Totti dan AS Roma pada periode tersebut. Kariernya berlanjut ke Milan dan Inter dalam waktu yang relatif singkat untuk pemain sekelas Cassano.


19. Francesco Coco (Milan 1995-2002, Inter 2002-2007)



Coco tidak sebagus Clarence Seedorf. Tapi, juga tidak sejelek Alessandro Mancini. Dia cukup lama bermain untuk Milan, meski biasa-biasa saja. Begitu pula saat berseragam Inter.


18. Taribo West (Inter 1997-1999, Milan 2000-2001)

Setelah sukses besar di Auxerre, West pindah ke Inter pada 1997 dengan rambut unik dan tekel yang keras. Di sana dia menghabiskan dua musim yang menyenangkan sebelum musim ketiga yang kurang membuahkan hasil. lalu, dia pindah ke I Rossoneri.

West tidak bertahan lama di sana sebelum pindah ke Derby County di Inggris dalam keadaan yang menyedihkan karena pengakuan anehnya. "Mafia akan melakukan apapun dengan kekuatan mereka untuk memastikan saya disingkirkan di Milan. Mereka membuat cerita yang kejam di media bahwa saya terluka dalam upaya putus asa untuk mengirim saya keluar Milan," kata West saat itu.

"Para dokter disuap untuk mengatakan saya terluka. Tapi, itu bohong. Mereka melakukan itu karena mereka merasa tidak terpikirkan bagi seorang pemain Afrika untuk menggantikan tiga bek yang sudah tua itu (Baresi, Maldini, Costacurta). Liverpool datang dengan tawaran. Tapi, pada akhirnya saya harus puas dengan Derby County," ungkap pemain asal Nigeria itu.


17. Thomas Helveg (Milan 1998-2003, Inter (2003-2004)

Sebuah tugas yang solid di Milan membawa Helveg sebuah Scudetto, sebuah Coppa Italia, dan sebuah Liga Champions. Tapi, pengaruhnya dan waktu permainannya telah berkurang secara serius. Dia pindah ke Inter dan setahun kemudian pergi ke Norwich City.


16. Andres Guglielminpietro (Milan 1998-2001, Inter 2001-2004)

Guly memenangkan Scudetto di musim pertamanya di Milan bersama Helveg dan bahkan mencetak gol kemenangan dalam pertandingan penentuan. Tapi, cedera mengganggu kemajuannya setelah itu. Lalu, dia pindah ke Inter dalam pertukaran yang melibatkan Cristian Brocchi. Guly dipinjamkan ke Bologna dan kemudian dijual kembali ke Boca Juniors di negara asalnya, Argentina.


15. Giampaolo Pazzini (Inter 2011-2012, Milan 2012-2015)

Mantan striker Italia itu memenangkan Coppa Italia 2010/2011 bersama Inter. Tapi, waktunya bersama kedua klub bertepatan dengan era kejayaan Juventus sehingga tidak banyak hal yang bisa dikerjakan Pazzini.


14. Maurizio Ganz (Inter 1995-1997, Milan 1998-2001)

Dijual oleh Inter untuk memberi jalan bagi Ronaldo pada 1997, Ganz menyimpan dendam terhadap klub. "Saya menyebut Internet sebagai Milan-net,” katanya kepada The Athletic tahun lalu, bercanda bahwa dia tidak pernah mengucapkan kata "Inter" setelah dibuang Inter.

Ganz tidak akan menyesali kepergiannya karena langsung pergi ke Milan. Di sana dia memenangkan gelar Serie A 1998/1999, tampil di depan bersama George Weah dan Oliver Bierhoff. Dia sekarang kembali ke Milan, melatih tim wanita.


13. Dario Simic (Inter 1999-2002, Milan 2002-2008)

Simic menghabiskan satu dekade penuh di Kota Mode dengan 4 musim di Inter dan 6 sisanya di Milan. Pemain Kroasia ini adalah pemain yang solid untuk kedua klub. Tapi, dia adalah bagian dari tim yang jauh lebih baik saat bersama I Rossoneri.


12. Giuseppe Favalli (Inter 2004-2006, Milan 2006-2010)

Paling dikenang di Lazio, setelah membantu mengantarkan banyak trofi. Lalu, Favalli meraih dua trofi lebih banyak di Milan. Dia mengangkat Coppa Italia di dua musimnya di Inter antara 2004 dan 2006, serta Scudetto di musim keduanya, sebelum bergabung dengan I Rossoneri dengan status bebas transfer.

Favalli datang dari bangku cadangan pada  final Liga Champions 2006/2007 untuk membantu melihat kemenangan 2-1 Milan atas Liverpool.


11. Patrick Vieira (Milan 1995-1996, Inter 2006-2010)

Seperti sesama legenda Arsenal, Thierry Henry, di Juventus, Vieira juga memiliki masa singkat dan gagal di Serie A sebelum bergabung dengan The Gunners. Sedikit yang ingat tahun di Milan ketika dia hanya membuat dua penampilan tim utama. Tapi, dia menikmati waktu yang lebih sukses di Inter dengan memenangkan Scudetto.


10. Mario Balotelli (Inter 2007-2010, Milan 2013-2014 dan 2015-2016)



Balotelli muncul sebagai pemain muda Inter sebelum akrab dengan berbagai kontroversi di lapangan. Sempat pindah ke Inggris, Balotelli kembali ke Italia untuk membela Milan dalam dua periode. Selama 18 bulan di Milan, dia mencetak 26 gol dalam 43 penampilan Serie A.


9. Sulley Muntari (Inter 2008-2012, Milan 2012-2015)

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Portsmouth seusai memenangkan Piala FA, gelandang asal Ghana tersebut bergabung dengan Inter era Mourinho pada 2008 dan ikut mempersembahkan treble winners 2009/2010.

Segalanya mengalami penurunan yang cepat setelah kepergian Mourinho dan Muntari menghabiskan waktu pinjaman singkat di Sunderland sebelum kembali ke Italia. Milan adalah juara bertahan Italia ketika dia bergabung. Tapi, secara bertahap performa Muntari menurun.


8. Cristian Brocchi (Milan 1994-1998, Inter 2000-2001, Milan 2001-2009)

Saat ini Brocchi mengelola Monza asuhan Silvio Berlusconi, yang berjuang promosi ke Serie A dengan Kevin-Prince Boateng dan Balotelli di skuadnya. Mantan gelandang bertahan ini memenangkan dua Liga Champions, satu Serie A, dan satu Coppa Italia sebagai pemain asuhan Carlo Ancelotti di Milan. Sebaliknya, di Inter hanya finish di posisi 5 pada 2000/2001.


7. Roberto Baggio (Milan 1995-1997, Inter 1998-2000)

Baik saat membela Milan, Inter, Fiorentina, Juventus, Bologna, atau Brescia, tidak ada perdebatan dengan kualitas Il Divin Codino. Baggio adalah legenda, yang bermain bagus di Juventus. Tapi, kurang cemerlang bersama Milan atau Inter.


6. Christian Vieri (Inter 1999-2005, Milan 2005-2006)

Vieri adalah definisi pesepakbola nomaden sebelum Zlatan Ibrahimovic. Dia telah bermain untuk delapan klub dalam delapan musimnya sebagai pesepakbola profesional pada saat bergabung dengan Inter pada 1999. Di Inter, Vieri cukup lama bermain, meski kurang memberi trofi.

Sayangnya dia meninggalkan Inter dalam keadaan yang kurang ideal. Presiden Massimo Moratti membuang Vieri setelah Inter kedatangan Adriano. "Sangat memalukan bagaimana segala sesuatunya berakhir di sana. Saya mencintai Inter dan saya memberikan segalanya untuk mereka," kata Vieri pada 2014 kepada La Gazzetta dello Sport.


5. Hernan Crespo (Inter 2002-2003, Milan 2004-2005, Inter 2008-2009)



Crespo akan selalu menjadi legenda Parma dan Lazio. Tapi, dia juga pernah bermain di Milan dan Inter. Bahkan, dia mencapai final Liga Champions bersama Milan pada 2004/2005. Crespo mencetak dua gol dalam lima menit yang menakjubkan di akhir babak pertama. Itu adalah momen ketika Liverpool comeback di Istanbul.

Tiga musim berikutnya dihabiskan Crespo di Inter. Di sana trofi utama tiba dalam bentuk tiga Serie A berturut-turut di bawah Roberto Mancini dan Jose Mourinho, meski Crespo bukan pemain inti.


4. Ronaldo (Inter 1997-2002, Milan 2007-2008)



Dia mungkin sudah melewati masa terbaiknya saat pindah ke Milan pada 2006.Tapi Ronaldo masih berhasil mencetak beberapa gol indah. Sedangkan bersama Inter, Ronaldo membantu mengalahkan Lazio di Piala UEFA 1997/1998 dengan penampilan gemilang dan gol satu yang menjadi ciri khas.


3. Andrea Pirlo (Inter 1998-2001, Milan 2001-2011)



Sebelum menjadi legenda Juventus, Pirlo sebenarnya mencapai kehebatan sejatinya di Milan. Dia menjadi bagian dari tim yang mencapai beberapa final Liga Champions. Di Milan, Carlo Ancelotti memindahkan Pirlo dari peran No.10 ke posisi legendarisnya sebagai playmaker di depan bek. Tapi, karier Pirlo di Inter tidak berjalan mulus karena usianya yang masih muda dan minim pengalaman.


2. Clarence Seedorf (Inter 2000-2002, Milan 2002-2012)



Seedorf adalah seorang jenius dan pria yang dilahirkan untuk pertandingan-pertandingan besar. Dia tetap menjadi satu-satunya pemain yang memenangkan Liga Champions untuk tiga klub berbeda. Dia kurang berhasil ketika membela Inter. Tapi, menuai sukses besar di Milan dengan banyaknya piala yang dipersembahkan selama 10 tahun bermain.


1. Zlatan Ibrahimovic (Inter 2006-2009, Milan 2010-2012 dan 2020-sekarang)



Ibrahimovic sukses bersama Inter, Milan, dan Juventus. Ada tiga trofi Serie A berturut-turut bersama Inter yang dipersembahkan pada 2006-2009. Satu lagi dengan Milan pada 2010/2011. Jika semua berjalan sesuai rencana, Serie A 2020/2021 bisa menjadi milik Ibrahimovic lagi.

Di usia yang tidak muda lagi, Ibrahimovic masih menjadi pemain yang berpengaruh di Milan. Bukan hanya tentang gol yang dihasilkan, melainkan juga pertengkaran dengan beberapa pemain Serie A sebagai bagian dari perang psikologis saat pertandingan berlangsung.