Kondisi detail keuangan 10 klub terkaya dunia. Madrid diperas pembangunan stadion. Barca terancam bangkrut. MU tersuruk prestasi di lapangan.
Setiap tahun sejak 2002, Deloitte Football Money League rajin digelar. Itu adalah riset dari perusahaan akuntansi ternama dunia, Deloitte, untuk mengukur pemasukan klub sepakbola profesional setiap musimnya.
Deloitte Touche Tohmatsu Limited atau biasanya disebut sebagai Deloitte, merupakan jaringan layanan profesional multinasional Inggris-Amerika. Deloitte adalah salah satu dari "empat besar" organisasi akuntansi dan jaringan layanan profesional terbesar di dunia berdasarkan pendapatan dan jumlah profesional, dengan kantor pusat di London.
Perusahaan ini didirikan oleh William Welch Deloitte di London pada 1845 dan berkembang ke Amerika Serikat pada 1890. Dia bergabung dengan Haskins & Sells untuk membentuk Deloitte Haskins & Sells pada 1972, serta bersama Touche Ross untuk membentuk Deloitte & Touche pada 1989.
Pada 1993, perusahaan internasional tersebut berganti nama menjadi Deloitte Touche Tohmatsu. Lalu, pada 2002, Arthur Andersen di Inggris serta beberapa perusahaan sejenis di Eropa serta Amerika Utara dan Selatan setuju untuk bergabung dengan Deloitte.
Deloitte menyediakan jasa audit, konsultasi, penasehat keuangan, penasehat risiko, pajak, dan hukum dengan sekitar 312.000 profesional di seluruh dunia. Deloitte adalah perusahaan swasta terbesar ke-3 pada 2020 di AS menurut Forbes. Perusahaan ini telah mensponsori sejumlah kegiatan olahraga, termasuk Olimpiade 2012.
Di sepakbola, Deloitte dikenal setiap tahun tentang laporan keuangan klub-klub sepakbola internasional. Menggunakan label Deloitte Football Money League, mereka memotret kondisi keuangan klub. "Kompetisi" ini digelar pertama kali pada 2007/2008. Sempat vakum beberapa tahun, Deloitte Football Money League muncul lagi pada 2002 dan tidak pernah berhenti hingga 2020.
Untuk 2020, Deloitte Football Money League mengeluarkan laporan pada Januari 2021. Mereka menyimpulkan pendapatan klub Eropa menyusut lebih dari 1 miliar euro akibat pandemi Virus Corona. Klub Bundesliga mengalami penurunan relatif ringan. Sementara Barcelona kehilangan 15% dari periode sebelumnya.
"Liga di seluruh dunia mengambil pendekatan berbeda dalam menanggapi pandemi sehubungan dengan musim mereka, mulai dari penundaan hingga penghentian, dengan klasemen akhir ditentukan menggunakan metodologi yang berbeda, hingga yang lainnya dibatalkan seluruhnya," kata Dan Jones dari Deloitte Sports Business Group, dilansir The Athletic.
"Tidak ada keraguan bahwa ini adalah salah satu masa ujian paling berat yang pernah dialami industri sepakbola. Tapi, dampak finansial penuh dari Covid-19 mungkin tidak akan terwujud untuk tahun-tahun mendatang, dengan ketidakpastian yang terus berlanjut yang memaksa penyiaran dan mitra komersial potensial untuk mempertimbangkan investasi mereka dalam olahraga," tambah Jones.
Berikut ini klasemen 10 besar Deloitte Football Money League 2020:
10. Juventus (459,7 juta euro)
Meski berada di posisi 10, Juventus adalah klub Italia terbaik di daftar ini. Mereka mengalahkan Inter Milan di posisi 14 dengan 364,6 juta euro, AS Roma di posisi 16 (231 juta euro), Napoli di posisi 20 (207,4 juta euro), dan AC Milan di posisi 21 (206,3 juta euro).
Keberhasilan mempertahankan trofi Serie A dan keberadaan Cristiano Ronaldo di Turin menjadi faktor utama Juventus bertahan di tengah-tengah perlambatan ekonomi akibat Covid-19. Manajemen La Vecchia Signora juga terkenal dengan taktik jitu di transfer window. Mereka sering mendapatkan pemain bagus dengan harga murah atau gratis.
9. Chelsea (513,1 juta euro)
Posisi Chelsea turun satu tingkat dari periode yang sama tahun sebelumnya. Selain pandemi, penyebab lainnya adalah belanja pemain yang dilakukan manajemen The blues pada transfer window musim panas 2020. Angkanya lebih dari 100 juta euro dan belum bisa dikapitalisasi menjadi pemasukan.
8. Tottenham Hotspur (521,1 juta euro)
Dalam kondisi ekonomi yang melemah, Tottenham Hotspur justru mengejutkan dengan menggusur Chelsea. Ternyata, pembangunan stadion baru yang sudah selesai berdampak cukup positif kepada neraca keuangan klub London Utara. Stadion baru pengganti White Hart Lane sanggup mendatangkan pemasukan dalam jumlah penonton dan sponsor sampat Covid-19 datang.
7. Liverpool (604,7 juta euro)
Tentu saja faktor utama yang membuat Liverpool stabil di posisi ini karena trofi Liga Premier yang akhirnya didapatkan. Jika tidak ada pandemi dan suporter diizinkan datang ke stadion, The Reds sebenarnya bisa berada di 5 besar dalam daftar ini. Sebab, selama pandemi, mereka hanya mengandalkan pemasukan dari sponsor dan televisi tanpa bisa menjual tiket atau pernak-pernik klub secara langsung.
"Keberhasilan di lapangan adalah faktor yang sangat besar. Membangun momentum dari memenangkan Liga Champions dan kemudian Liga Premier untuk pertama kalinya memiliki dampak yang signifikan. Mereka telah bergerak secara signifikan menuju model yang lebih digital, dan telah melakukannya selama beberapa tahun," ujar Direktur Deloitte Sports Business Group, Tim Bridge.
"Cara itu telah menguntungkan Liverpool dibandingkan dengan yang lain selama pandemi. Mereka dapat terlibat dengan penggemar mereka dengan cara yang harus dibayar orang lain untuk mengejar ketinggalan," tambah Bridge.
6. Manchester City (610,6 juta euro)
Anggapan umum yang menyatakan keuangan Manchester City sangat tergantung pemiliknya ternyata tidak benar. Sebagai entitas bisnis olahraga, The Citizens masih bisa hidup layak ketikan pandemi menghantam. Konsistensi penampilan di bawah Pep Guardiola membuat sponsor tidak sungkan menggelontorkan cukup dana segar.
5. Paris Saint-Germain (635,9 juta euro)
Sebagai klub paling kaya di Prancis, Paris Saint-Germain termasuk sedikit klub yang tidak merasakan pukulan keras pandemi. Perusahaan induk mereka ada di Qatar. Di negara itu tidak menerapkan karantina wilayah. Semua berjalan normal sehingga bisnis bisa terus berlangsung.
Faktor kedua adalah keberhasilan mendapatkan tiket final Liga Champions. Meski harus menelan pil pahit kekalahan dari Bayern Muenchen, predikat runner-up sudah cukup untuk mengisi kas PSG. Bahkan, kerugian penghentian Ligue 1 di tengah jalan bisa tertutupi dari uang yang didapatkan dari UEFA.
4. Bayern Muenchen (660,1 juta)
Bayern Muenchen selama berada di posisi 4 dalam 4 tahun beruntun. Pada 2017, mereka mendapatkan 592 juta euro. Lalu, pada 2018 turun menjadi 587,8 juta euro dan pada 2019 berubah menjadi 629,2 juta. Untuk 2020, FC Hollywood mendapatkan 660,1 juta euro. Mayoritas pendapatan mereka berasal dari sponsor dan hadiah juara Liga Champions 2019/2020.
3. Manchester United (711,5 juta euro)
Dalam dua edisi terbaru (2019 dan 2020), Manchester United kehilangan posisi puncaknya. Meski naik dari periode yang sama sebelumnya (666 juta euro), keberadaan MU di posisi 3 tidak terlalu mengejutkan. Pasalnya, sejak era Sir Alex Ferguson, prestasi MU tidak stabil.
Dengan kondisi yang kurang menguntungkan di lapangan, The Red Devils tidak bisa berharap banyak dari pendukung baru. Mereka masih tetap percaya pada pendukung lama yang loyal. Keberadaan Covid-19 semakin menekan MU karena manajemen tidak bisa mendekatkan skuad dengan para penggemarnya di seluruh dunia.
2. Real Madrid (757,3 juta euro)
Renovasi Estadio Santiago Bernabeu yang sedang dilakukan benar-benar menguras kas Real Madrid. Ditambah situasi pandemi, pemasukan Los Blancos hanya tumbuh 6,4 juta euro dalam 1 tahun. Akibatnya, mereka harus kehilangan posisi puncak Deloitte Football Money League 2020.
Beruntung, Madrid oleh Deloitte dinobatkan sebagai klub dengan pengikut terbanyak di media sosial. Dengan 251,5 juta fans, Madrid mengalahkan Barcelona (248 juta), Manchester United (140,8 juta), Juventus (102,9 juta), dan Chelsea (93,2 juta).
Jumlah itu berasal dari Facebook (110,9 juta), Instagram (94,5 juta), Twitter (35,7 juta), Youtube (6,2 juta), dan TikTok (4,2 juta).
1. Barcelona (840,8 juta euro)
Barcelona ada di puncak Deloitte Football Money League 2020? Cukup mengejutkan! Pasalnya, baru-baru ini El Barca diberitakan terancam bangkrut karena menunggak pembayaran transfer sejumlah pemain.
Namun, inilah faktanya. Status sebagai klub sepakbola global telah membuat Barcelona selamat dari pandemi karena brand yang sudah jadi dan dikenal ke seluruh dunia. "Klub sepak bola tidak selalu menghasilkan laba, bisnis yang sehat," ucap Manajer senior Deloitte Sports Business Group, Sam Boor.
"Mereka punya sejarah panjang menghasilkan kerugian operasional, membutuhkan pinjaman atau investasi dari pemilik. Jadi, konsep kesulitan finansial bukanlah hal baru bagi sepakbola. Baik Barcelona atau Real Madrid adalah merek besar dalam olahraga global sehingga kemampuan mereka untuk mendapatkan pembiayaan agar bisa melewati masa-masa sulit tidak tertandingi," pungkas Boor.
Deloitte Touche Tohmatsu Limited atau biasanya disebut sebagai Deloitte, merupakan jaringan layanan profesional multinasional Inggris-Amerika. Deloitte adalah salah satu dari "empat besar" organisasi akuntansi dan jaringan layanan profesional terbesar di dunia berdasarkan pendapatan dan jumlah profesional, dengan kantor pusat di London.
BACA FEATURE LAINNYA
Kalau Benar Cetak 1.238 Gol, Rekor Pele Baru Akan Pecah Saat Ronaldo Usia 46
Kalau Benar Cetak 1.238 Gol, Rekor Pele Baru Akan Pecah Saat Ronaldo Usia 46
Untuk 2020, Deloitte Football Money League mengeluarkan laporan pada Januari 2021. Mereka menyimpulkan pendapatan klub Eropa menyusut lebih dari 1 miliar euro akibat pandemi Virus Corona. Klub Bundesliga mengalami penurunan relatif ringan. Sementara Barcelona kehilangan 15% dari periode sebelumnya.
BACA VIRAL LAINNYA
Ketika Messi Tak Berdaya di Hadapan Bek Gaek Nesta, Ekspresinya Epik
Ketika Messi Tak Berdaya di Hadapan Bek Gaek Nesta, Ekspresinya Epik
"Tidak ada keraguan bahwa ini adalah salah satu masa ujian paling berat yang pernah dialami industri sepakbola. Tapi, dampak finansial penuh dari Covid-19 mungkin tidak akan terwujud untuk tahun-tahun mendatang, dengan ketidakpastian yang terus berlanjut yang memaksa penyiaran dan mitra komersial potensial untuk mempertimbangkan investasi mereka dalam olahraga," tambah Jones.
10. Juventus (459,7 juta euro)
Meski berada di posisi 10, Juventus adalah klub Italia terbaik di daftar ini. Mereka mengalahkan Inter Milan di posisi 14 dengan 364,6 juta euro, AS Roma di posisi 16 (231 juta euro), Napoli di posisi 20 (207,4 juta euro), dan AC Milan di posisi 21 (206,3 juta euro).
Keberhasilan mempertahankan trofi Serie A dan keberadaan Cristiano Ronaldo di Turin menjadi faktor utama Juventus bertahan di tengah-tengah perlambatan ekonomi akibat Covid-19. Manajemen La Vecchia Signora juga terkenal dengan taktik jitu di transfer window. Mereka sering mendapatkan pemain bagus dengan harga murah atau gratis.
9. Chelsea (513,1 juta euro)
Posisi Chelsea turun satu tingkat dari periode yang sama tahun sebelumnya. Selain pandemi, penyebab lainnya adalah belanja pemain yang dilakukan manajemen The blues pada transfer window musim panas 2020. Angkanya lebih dari 100 juta euro dan belum bisa dikapitalisasi menjadi pemasukan.
8. Tottenham Hotspur (521,1 juta euro)
Dalam kondisi ekonomi yang melemah, Tottenham Hotspur justru mengejutkan dengan menggusur Chelsea. Ternyata, pembangunan stadion baru yang sudah selesai berdampak cukup positif kepada neraca keuangan klub London Utara. Stadion baru pengganti White Hart Lane sanggup mendatangkan pemasukan dalam jumlah penonton dan sponsor sampat Covid-19 datang.
7. Liverpool (604,7 juta euro)
Tentu saja faktor utama yang membuat Liverpool stabil di posisi ini karena trofi Liga Premier yang akhirnya didapatkan. Jika tidak ada pandemi dan suporter diizinkan datang ke stadion, The Reds sebenarnya bisa berada di 5 besar dalam daftar ini. Sebab, selama pandemi, mereka hanya mengandalkan pemasukan dari sponsor dan televisi tanpa bisa menjual tiket atau pernak-pernik klub secara langsung.
"Keberhasilan di lapangan adalah faktor yang sangat besar. Membangun momentum dari memenangkan Liga Champions dan kemudian Liga Premier untuk pertama kalinya memiliki dampak yang signifikan. Mereka telah bergerak secara signifikan menuju model yang lebih digital, dan telah melakukannya selama beberapa tahun," ujar Direktur Deloitte Sports Business Group, Tim Bridge.
"Cara itu telah menguntungkan Liverpool dibandingkan dengan yang lain selama pandemi. Mereka dapat terlibat dengan penggemar mereka dengan cara yang harus dibayar orang lain untuk mengejar ketinggalan," tambah Bridge.
6. Manchester City (610,6 juta euro)
Anggapan umum yang menyatakan keuangan Manchester City sangat tergantung pemiliknya ternyata tidak benar. Sebagai entitas bisnis olahraga, The Citizens masih bisa hidup layak ketikan pandemi menghantam. Konsistensi penampilan di bawah Pep Guardiola membuat sponsor tidak sungkan menggelontorkan cukup dana segar.
5. Paris Saint-Germain (635,9 juta euro)
Sebagai klub paling kaya di Prancis, Paris Saint-Germain termasuk sedikit klub yang tidak merasakan pukulan keras pandemi. Perusahaan induk mereka ada di Qatar. Di negara itu tidak menerapkan karantina wilayah. Semua berjalan normal sehingga bisnis bisa terus berlangsung.
Faktor kedua adalah keberhasilan mendapatkan tiket final Liga Champions. Meski harus menelan pil pahit kekalahan dari Bayern Muenchen, predikat runner-up sudah cukup untuk mengisi kas PSG. Bahkan, kerugian penghentian Ligue 1 di tengah jalan bisa tertutupi dari uang yang didapatkan dari UEFA.
4. Bayern Muenchen (660,1 juta)
Bayern Muenchen selama berada di posisi 4 dalam 4 tahun beruntun. Pada 2017, mereka mendapatkan 592 juta euro. Lalu, pada 2018 turun menjadi 587,8 juta euro dan pada 2019 berubah menjadi 629,2 juta. Untuk 2020, FC Hollywood mendapatkan 660,1 juta euro. Mayoritas pendapatan mereka berasal dari sponsor dan hadiah juara Liga Champions 2019/2020.
3. Manchester United (711,5 juta euro)
Dalam dua edisi terbaru (2019 dan 2020), Manchester United kehilangan posisi puncaknya. Meski naik dari periode yang sama sebelumnya (666 juta euro), keberadaan MU di posisi 3 tidak terlalu mengejutkan. Pasalnya, sejak era Sir Alex Ferguson, prestasi MU tidak stabil.
Dengan kondisi yang kurang menguntungkan di lapangan, The Red Devils tidak bisa berharap banyak dari pendukung baru. Mereka masih tetap percaya pada pendukung lama yang loyal. Keberadaan Covid-19 semakin menekan MU karena manajemen tidak bisa mendekatkan skuad dengan para penggemarnya di seluruh dunia.
2. Real Madrid (757,3 juta euro)
Renovasi Estadio Santiago Bernabeu yang sedang dilakukan benar-benar menguras kas Real Madrid. Ditambah situasi pandemi, pemasukan Los Blancos hanya tumbuh 6,4 juta euro dalam 1 tahun. Akibatnya, mereka harus kehilangan posisi puncak Deloitte Football Money League 2020.
Beruntung, Madrid oleh Deloitte dinobatkan sebagai klub dengan pengikut terbanyak di media sosial. Dengan 251,5 juta fans, Madrid mengalahkan Barcelona (248 juta), Manchester United (140,8 juta), Juventus (102,9 juta), dan Chelsea (93,2 juta).
Jumlah itu berasal dari Facebook (110,9 juta), Instagram (94,5 juta), Twitter (35,7 juta), Youtube (6,2 juta), dan TikTok (4,2 juta).
1. Barcelona (840,8 juta euro)
Barcelona ada di puncak Deloitte Football Money League 2020? Cukup mengejutkan! Pasalnya, baru-baru ini El Barca diberitakan terancam bangkrut karena menunggak pembayaran transfer sejumlah pemain.
Namun, inilah faktanya. Status sebagai klub sepakbola global telah membuat Barcelona selamat dari pandemi karena brand yang sudah jadi dan dikenal ke seluruh dunia. "Klub sepak bola tidak selalu menghasilkan laba, bisnis yang sehat," ucap Manajer senior Deloitte Sports Business Group, Sam Boor.
"Mereka punya sejarah panjang menghasilkan kerugian operasional, membutuhkan pinjaman atau investasi dari pemilik. Jadi, konsep kesulitan finansial bukanlah hal baru bagi sepakbola. Baik Barcelona atau Real Madrid adalah merek besar dalam olahraga global sehingga kemampuan mereka untuk mendapatkan pembiayaan agar bisa melewati masa-masa sulit tidak tertandingi," pungkas Boor.