Pada masa lalu, sejumlah pemenang Ballon d'Or juga menuai keterkejutan. Mayoritas karena dianggap kurang layak.
Tidak adanya pemberian penghargaan Ballon d'Or 2020 akibat pandemi Covid-19 memunculkan kontroversi. Robert Lewandowski yang diprediksi memenangkan award itu harus gigit jari. Tapi, kontroversi sudah sering tercipta sebelumnya.

Ballon d'Or adalah penghargaan sepakbola tahunan yang diberikan oleh majalah olahraga Prancis, France Football. Award ini merupakan salah satu yang tertua dan secara umum dianggap sebagai penghargaan individu paling bergengsi untuk pemain sepakbola di seluruh dunia.

Penghargaan ini telah diberikan sejak 1956, meski pada 2010-2015 bekerja sama dengan FIFA dan digabungkan dengan Pemain Terbaik Dunia FIFA, sehingga dikenal sebagai FIFA Ballon d'Or. Tapi, kemitraan itu berakhir pada 2016 dan penghargaan dikembalikan ke Ballon d'Or.

Disusun oleh penulis olahraga, Gabriel Hanot, Ballon d'Or diberikan kepada pemain yang dianggap telah melakukan penampilan terbaik dari tahun sebelumnya, berdasarkan pemungutan suara oleh jurnalis sepakbola, dari 1956 hingga 2006. Setelah 2007, pelatih dan kapten tim nasional juga diberi hak untuk memilih.

Awalnya, ini adalah penghargaan hanya untuk pemain dari Eropa dan secara luas dikenal sebagai penghargaan Pemain Terbaik Eropa. Lalu, pada 1995, Ballon d'Or diperluas dan mencakup semua pemain yang telah aktif di klub-klub Eropa. Penghargaan ini menjadi hadiah global pada 2007 dengan semua pesepakbola profesional dari seluruh dunia yang memenuhi syarat.

Pada 2020, L'Equipe selaku pengendali France Football memutuskan tidak ada penghargaan yang akan diberikan karena pandemi Covid-19. Alasannya, banyak kompetisi dihentikan, dipersingkat, atau diganti formatnya demi kesehatan bersama.

Keputusan itu mengecewakan Lewandowski. Banyak yang memprediksi jika penghargaan itu tetap diadakan, striker Polandia itu akan menjadi pemenang. Pasalnya, musim lalu Lewandowski sedang rajin mencetak gol. Dia punya 55 gol dan 10 assist dari 47 laga. Dia juga membawa Bayern Muenchen meraih treble winners. Dia juga menjadi Pemain Terbaik UEFA.

Namun, kontroversi 2020 sebenarnya bukan hal baru. Pada masa lalu, sejumlah pemenang Ballon d'Or juga menuai keterkejutan. Mayoritas karena dianggap kurang layak lantaran ada pemain lain yang sebenarnya bermain lebih bagus. Berikut ini 10 kontroversi itu:


10. Pavel Nedved (2003)

Sebelum ada Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, pemain yang mencetak 42 gol dan 26 assist dalam satu tahun kalender dianggap hebat. Mereka telah menormalkan yang spektakuler. Tapi, pada 2003, ketika Thierry Henry mencatat statistik tersebut, dirinya terlihat layak untuk Ballon d'Or.

Namun, jika pemenangnya harus seseorang dari Serie A, maka Paolo Maldini adalah favorit lainnya. Ternyata, itu adalah Pavel Nedved dari Juventus. Padahal, dia hanya mampu membawa Juventus menjuarai Serie A 2002/2003 dan Supercoppa Italia 2003. Dia juga gagal saat La Vecchia Signora tampil di final Liga Champions.

"Saya bahkan tidak bermimpi memenangkan penghargaan seperti itu. Saya mendengar tentang nominasi dan berada di antara mereka (Henry dan Maldini). Tapi, saya tidak terlalu percaya diri dengan peluang saya. Saya tahu dengan prestasi saya tahun ini (2003)," ungkap Nedved saat itu, dilansir The Guardian.


9. Igor Belanov (1986)

Tak perlu dikatakan jika Diego Maradona adalah pemain terbaik di dunia pada 1986. Tapi, legenda Argentina itu tidak mungkin memenangkan Ballon d'Or karena saat itu hanya berlaku untuk pemain Eropa. Lalu, Gary Lineker memenangkan Sepatu Emas di Piala Dunia 1986. Tapi, penyerang Inggris itu juga tidak menang.

Jadi, siapa pemenangnya? Dia adalah Igor Belanov. Striker Ukraina milik Dynamo Kiev itu "hanya" mengangkat Piala Winners.


8. Cristiano Ronaldo (2013)



Penyerang Real Madrid itu fenomenal sepanjang 2013. Tapi, bukan berarti tidak ada kontroversi ketika Pele membuka amplop dan membacakan nama megabintang Portugal itu.

Total 66 gol dalam 56 pertandingan ternyata tidak cukup untuk meyakinkan beberapa orang bahwa trofi seharusnya diberikan kepada Franck Ribery. Padahal, dia telah memainkan peran utama dalam treble winners yang diraih Bayern Muenchen. Orang Prancis itu hanya berada di urutan ketiga, dengan Lionel Messi di posisi 2.


7. Fabio Cannavaro (2006)



Pemain Italia itu sering dijadikan contoh ketika orang-orang mengklaim para bek tidak bisa memenangkan Ballon d'Or. Mereka bisa. Jadi, itu kabar baik untuk pemain seperti Virgil van Dijk atau Harry Maguire. Cannavaro meraih kemenangan di Piala Dunia 2006. Begitu pula Gianluigi Buffon.

Tapi, menurut banyak orang, Buffon lebih pantas.


6. Andriy Shevchenko (2004)



Striker Ukraina itu luar biasa di AC Milan dan mengambil mahkota karena perannya dalam memenangkan Serie A. Tapi, ada perasaan yang tersebar luas bahwa prestasinya hampir tidak dapat dibandingkan dengan Deco. Pemain Portugal asal Brasil itu menginspirasi FC Porto untuk meraih 4 trofi, yaitu Liga Portugal, Piala Super Portugal, Liga Champions, dan Piala Intercontinental.


5. Lionel Messi (2010)



Tanyakan kepada setiap penggemar sepakbola untuk kenangan yang didapatkan pada 2010. Kemungkinan besar mereka akan menyebut kemenangan Spanyol di Piala Dunia.

Setelah menjadi negara Eropa pertama yang memenangkan turnamen di luar benua mereka sendiri, diperkirakan salah satu dari Andres Iniesta atau Xavi Hernandez akan berkuasa. Sebaliknya, rekan setim mereka di Barcelona, Lionel Messi, yang memenangkan penghargaan hanya dengan modal juara La Liga dan Supercopa de Espana.


4. Luka Modric (2018)



Itu adalah kisah yang benar-benar menyentuh hati ketika seorang mantan pengungsi membawa negara asalnya, Kroasia, ke final Piala Dunia 2018. Banyak juga yang merasa bahwa selama bertahun-tahun, gelandang Real Madrid tidak mendapatkan cukup pengakuan karena dia bukan pencetak gol yang banyak.

Pendulum berayun ke arah lain pada 2018 ketika dia diakui sebagai pemain terbaik di dunia. Tapi, tetap saja ada kontroversi karena sebenarnya Antoine Griezmann jauh lebih layak dengan bola emas itu.


3. Luis Figo (2000)



Pindah dari Barcelona ke Real Madrid jelas-jelas membuat Luis Figo pemain kontroversial. Tapi, saat Ballon d'Or diumumkan, itu menjadi semakin kontroversial. Dia justru mengalahkan Zinedine Zidane yang baru saja membawa Prancis menjuarai Euro 2000.

Menariknya, Figo mengatakan bahwa Francesco Totti dari AS Roma seharusnya yang memenangkannya. "Maaf karena telah mencuri Ballon d'Or pada 2000. Anda pantas mendapatkannya," kata Figo dalam pesan kepada Totti.


2. Matthias Sammer (1996)

Sulit membayangkan gelandang bertahan memenangkannya penghargaan itu. Tapi, itu benar-benar terjadi pada Matthias Sammer. Dia menang berkat eksploitasi bersama Borussia Dortmund dan Jerman pada 1996. Dia adalah pemain yang cukup solid di lapangan.

Tapi, apakah Sammer layak memenangkan Ballon d'Or? Seharusnya tidak. Sebab, Ronaldo Luis Nazario de Lima sedang mengila ketika itu.


1. Michael Owen (2001)

Owen tetap menjadi orang Inggris terakhir yang memenangkan penghargaan bergengsi tersebut. Striker Liverpool saat itu telah mencetak 24 gol dalam 46 pertandingan ketika The Reds memenangkan Piala FA, Piala Liga, dan Piala UEFA. Dia juga membintangiInggris  kualifikasi Piala Dunia 2002.

Saat itu, Owen mengalahkan penjaga gawang terbaik Jerman, Oliver Kahn, yang berada di urutan ketiga dan Raul Gonzalez di posisi 2. Owen memang membawa Liverpool berjaya di Piala UEFA. Tapi, Raul adalah pahlawan Real Madrid di Liga Champions. Dia juga pencetak gol terbanyak di kompetisi elite tersebut.

Jadi, apakah level Piala UEFA lebih tinggi dari Liga Champions? Menurut para pemilik suara Ballon d'Or, sepertinya begitu.