Al Ahly klub paling sukses di dunia dalam jumlah trofi dimenangkan. Dari sisi gelar internasional (25) hanya kalah dari Real Madrid (26).
Jika di Eropa ada Real Madrid, maka di Afrika terdapat Al Ahly. Keduanya adalah penguasa Liga Champions sekaligus klub terbaik abad 20 di masing-masing konfederasi . Los Blancos punya 13 trofi, sementara The Red Devils 9 piala. Bedanya, Al Ahly masih bermimpi menjuarai Piala Dunia Antarklub.

Ide mendirikan Al Ahly Sporting Club muncul pada dekade pertama abad 20 oleh Omar Lotfy semasa menjadi ketua High School Students Club, yaitu semacam organisasi pelajar SMA di Kairo yang didirikan pada 1905.

Pembentukan organisasi itu awalnya karena alasan di luar politik setelah muncul fakta bahwa para pelajar membutuhkan klub olahraga. Lofty lalu membahas ide mendirikan klub dengan sekelompok teman yang antusias dan berpandangan serupa. Lalu, pada 1907 Al Ahly didirikan.

Klub ini pertama kali dikepalai oleh Alfred Mitchell-Innes, yang merupakan penasihat Inggris untuk Kementerian Keuangan di Pemerintahan Kolonial Inggris di Mesir. Tujuannya, memfasilitasi dukungan keuangan bagi klub.

Pertemuan resmi dewan klub pertama diadakan pada 24 April 1907. Mereka bertemu pada pukul 17.30 di rumah Mitchell-Innes di Giza. Selain Mitchell-Innes dan Lotfu, hadir pula Idris Ragheb Bey, Ismael Seri Pasha, Amin Sami Pasha, serta Mohamed Effendi Sherif sebagai sekretaris. Tanggal berkumpulnya orang-orang itu diperingati sebagai hari lahir Al Ahly.

Meski sudah berdiri, mereka tidak tahu nama klub yang dibentuk. Lalu, atas usul Amine Samy Amin, dipilih nama Al Ahly yang berarti "Nasional". Dari namanya tersirat bahwa Al Ahly bukan hanya klub olahraga, melainkan organisasi untuk mendidik pelajar-pelajar di Mesir tentang nasionalisme melawan pendudukan Inggris. Akibatnya, Mitchell-Innes mengundurkan diri tidak lama setelahnya.

Tim sepakbola yang sebenarnya baru dibentuk pada 1911 atau 4 tahun setelah pendirian Al Ahly. Selanjutnya, pada 1915, Al Ahly mulai melakukan tur ke seluruh penjuru Mesir. Mereka bermain di Alexandria, Port Said, hingga Ismailia. Itu bukan laga biasa, melainkan kampanye untuk kemerdekaan Mesir, yang akhirnya bisa diproklamasikan pada 28 Februari 1922.

Sejak kemerdekaan Mesir hingga Perang Dunia II, Al Ahly hanya tampil di Piala Mesir. Pasalnya, Liga Premier Mesir secara resmi baru digulirkan pada 1948/1949. Saat itu, Al Ahly langsung menjadi juara.

Ketika Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) berdiri dan Liga Champions Afrika diselenggarakan pertama kali pada 1964/1965 dengan tajuk African Cup of Champions Clubs, Al Ahly belum berpartisipasi. Saat itu, mereka tidak memiliki pemain karena Perang Arab-Israel yang meletus pada 1960-an hingga 1970-an.

Setelah kondisi sosial-politik mulai membaik, Al Ahly mengumpulkan para pemain lagi. Pada 1976, The Red Devils ambil bagian untuk pertama kalinya. Mereka langsung kandas di putaran pertama oleh klub Aljazair, MC Alger, dengan agregat 1-3 (1-0, 0-3).

Kemudian, Al Ahly memenangkan Liga Premier Mesir 1975/1976 dan 1976/1977, serta kembali berpartisipasi di Liga Champions. Tapi, hasilnya tidak terlalu bagus karena mereka tersingkir di fase-fase awal.

Semuanya berubah pada 1982. Al Ahly memenangkan Liga Champions pertama dalam sejarah setelah mengalahkan Asante Kotoko dari Ghana di final. Mereka memenangkan leg pertama 3-0. Mahmoud El Khatib mencetak 2 gol dan Alaa Mayhoub 1 gol.

Pada pertandingan kedua di Kumasi, Mahmoud El Khatib kembali mencetak gol dan skor akhirnya 1-1. Selama musim itu, Al Ahly memainkan 10 pertandingan, menang 5 laga kandang, kalah 2 kali, dan seri 3 kali saat tandang. Hasil terbesar adalah kemenangan 5-0 melawan Young Africans (Tanzania). Al Ahly juga mencetak 16 gol dan hanya kebobolan 5 gol di turnamen.

Setelah musim yang gemilang itu, Al Ahly segera bertransformasi menjadi klub raksasa Afrika. Hingga 2020, The Red Devils telah tampil pada 13 pertandingan final Liga Champions. Hasilnya, 4 kali runner-up (1983, 2007, 2017, 2018). Total 9 trofi mereka kantongi, yaitu 1982, 1987, 2001, 2005, 2006, 2008, 2012, 2013, dan 2020.

Sembilan piala yang disimpan Al Ahly meninggalkan koleksi 5 trofi milik rival domestiknya, Zamalek (1984, 1986, 1993, 1996, 2002) dan TP Mazembe dari RD Kongo (1967, 1968, 2009, 2010, 2015). Ada lagi Espérance Sportive de Tunis dari Tunisia dengan 4 gelar (1994, 2011, 2018, 2019).

Dengan fakta itu, Al Ahly menjadi klub yang paling sering ambil bagian di Piala Dunia Antarklub jika dibandingkan 5 peserta musim ini lainnya. Selain 2020, mereka tampil pada 2005, 2006, 2008, 2012, dan 2013. Prestasi terbaik Al Ahly menempati peringkat 3 pada 2016. Saat itu, mereka mengalahkan Monterrey dari Meksiko setelah disingkirkan Internacional Porto Alegre dari semifinal.

Untuk edisi tahun ini, Al Ahly dijadwalkan menantang Bayern setelah menyingkirkan Al Duhail selaku wakil tuan rumah. "Itu akan selalu terlihat mustahil sampai seseorang melakukannya," ucap Pelatih Al Ahly asal Afrika Selatan, Pitso Mosimane, saat menjawab pertanyaan tentang kemungkinan mengalahkan Bayern, dikutip CNN Sport.



Di atas kertas akan mustahil mengalahkan Bayern. Semua tahu FC Hollywood adalah klub terbaik Eropa musim lalu. Mereka punya Robert Lewandowski yang merupakan striker paling tajam di Benua Biru sepanjang tahun kalender 2020.

Tapi, sepakbola bukan matematika. Keberhasilan TP Mazembe lolos ke final Piala Dunia Antarklub 2010 bisa dijadikan contoh. Apalagi, Al Ahly sedang berada dalam tren yang bagus dalam beberapa bulan terakhir. The Red Devils belum pernah kalah dalam 32 pertandingan beruntun semua ajang. Kekalahan terakhir mereka tercipta dari Zamalek pada 22 Agustus 2020.

"Al Ahly dikenal sebagai klub abad ini (di Afrika). Hanya ada satu klub yang memenangkan lebih banyak trofi dari Al Ahly di dunia. Itu adalah Real Madrid. Jadi ketika mereka bermain di sini (Piala Dunia Antarklub), pasti ada kesempatan (juara)," kata pengamat sepakbola Mesir, Yaser Elshanawany.

"Dari orang-orang yang saya ajak bicara di klub, mereka mengatakan kepada saya bahwa secara teknis tim sangat kuat dan pelatih tahu bagaimana menganalisis tim lain. Dia (Mosimane) sangat dicintai para pemain dan stafnya. Secara psikologis dia tahu membangun hubungan dengan mereka," pungkas Elshanawany.