Ashwin sudah bekerja secara online alias work from home sejak 2019 yang silam.
Menjadi seorang penggemar sepak bola, kalau dipikir-pikir dengan lurus dan logis sebetulnya lebih sering rugi. Anda harus mengeluarkan sejumlah uang hanya untuk sekadar membeli jersey, menonton langsung di stadion, atau berlangganan televisi berbayar.
Pada tingkat yang lebih ekstrem, seorang penggemar sepak bola bahkan sampai pada tingkat pemujaan. Di Argentina ada sebuah sekte yang menganggap Maradona sebagai Tuhan.
Kalau sudah begitu, bukan hanya finansial, sepak bola juga telah masuk sampai bab iman. Sepakat atau tidak, tindakan barusan dapat dikategorikan sebagai kerugian. Tapi yang namanya cinta, hitung-hitungan rugi untung tak berlaku.
Pada ujungnya, seseorang yang mencintai dengan tulus akan mendapat balasan yang berharga. Dalam konteks ini, kita akan bicara tentang seorang remaja 17 tahun yang digaji besar hanya karena menonton sepak bola saban hari. Bagaimana bisa?
Tokoh cerita ini bernama Ashwin Raman, remaja dari Bangalore, India, yang bekerja untuk klub Skotlandia Dundee United.
Ia ditugasi sebagai analis dan bagian dari tim pencari bakat. Rahman sudah bekerja secara online alias work from home sejak 2019 yang silam. Tugas utamanya ialah memantau bakat-bakat muda dari pelbagai penjuru dan menyodorkan pada klub layak atau tidaknya sang pemain.
Semuanya bermula terhadap kecintaannya pada sepak bola. Raman mengungkapkan bahwa dia menghabiskan waktunya membaca banyaknya buku tentang sepak bola dan itu membuatnya jadi ketagihan. Dan lantas menuliskannya di sebuah blog.
"Pada ulang tahun ke-13 saya membuat sebuah blog dan menulis beberapa hal tentang sepak bola," jelas Raman
Tulisan bergaya analitik itu dibaca oleh banyak orang dan sampai juga pada kepala tim pencari bakat, Dundee United, Stevie Grieve, yang lantas menghubungi Raman melalui Twitter.
Tanpa basa-basi Stevie menawari Raman pekerjaan. Dan tentu saja, Raman tak mungkin menolak rejeki yang datang dari keahliannya dalam sepak bola.
"Saya masih mencubit diri saya sendiri. Dan saya masih tidak bisa mempercayai ini,” Kata Raman seperti yang dinukil dari BBC.
Raman ditugasi untuk memantau, menganalisis pemain dari jauh, dari rumahnya di India. Setiap hari ia harus menghabiskan berjam-jam waktu di depan layar.
"Saya diberi tahu jenis pemain yang klub inginkan, melalui database dan melihat siapa yang berkinerja baik untuk profil pemain yang klub inginkan.”
"Dan jika klub memiliki kesempatan untuk merekrutnya, saya akan menghabiskan berjam-jam untuk mengawasi dan menganalisis lalu melaporkan kembali jika pemain itu layak."
Tantangan Raman adalah soal waktu. Sebab ada perbedaan waktu yang substansial antara India dan Skotlandia. Ditambah lagi Raman yang masih berstatus pelajar.
Tapi ia mengaku memiliki jadwal yang cukup fleksibel, dan pihak klub sendiri memaklumi latar belakang Raman. Dundee United memberi kelonggaran pada Raman untuk mengerjakan tugasnya kapanpun.
"Saya sedang ujian sekarang jadi saya belum banyak bekerja," akunya.
Raman mengaku nyaman dengan pekerjaannya saat ini, meski jiwa mudanya masih agak gamang. Tapi dengan mantap Raman berujar.
"Saya menikmati apa yang saya lakukan sekarang dan melihat ke mana masa depan akan membawa saya."
Sungguh mujur nasib Raman. Kini ia bisa mandiri dari pekerjaannya sebagai analis sepak bola.
Pada tingkat yang lebih ekstrem, seorang penggemar sepak bola bahkan sampai pada tingkat pemujaan. Di Argentina ada sebuah sekte yang menganggap Maradona sebagai Tuhan.
BACA FEATURE LAINNYA
Tragedi Muenchen 63 Tahun Lalu, Akibat Lumpur di Landasan Pacu
Tragedi Muenchen 63 Tahun Lalu, Akibat Lumpur di Landasan Pacu
Semuanya bermula terhadap kecintaannya pada sepak bola. Raman mengungkapkan bahwa dia menghabiskan waktunya membaca banyaknya buku tentang sepak bola dan itu membuatnya jadi ketagihan. Dan lantas menuliskannya di sebuah blog.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Riana Nainggolan, Si Cantik Kembaran Radja Nainggolan yang juga Pesepakbola Jago
Riana Nainggolan, Si Cantik Kembaran Radja Nainggolan yang juga Pesepakbola Jago
Tulisan bergaya analitik itu dibaca oleh banyak orang dan sampai juga pada kepala tim pencari bakat, Dundee United, Stevie Grieve, yang lantas menghubungi Raman melalui Twitter.
"Saya masih mencubit diri saya sendiri. Dan saya masih tidak bisa mempercayai ini,” Kata Raman seperti yang dinukil dari BBC.
"Saya diberi tahu jenis pemain yang klub inginkan, melalui database dan melihat siapa yang berkinerja baik untuk profil pemain yang klub inginkan.”
"Dan jika klub memiliki kesempatan untuk merekrutnya, saya akan menghabiskan berjam-jam untuk mengawasi dan menganalisis lalu melaporkan kembali jika pemain itu layak."
Tantangan Raman adalah soal waktu. Sebab ada perbedaan waktu yang substansial antara India dan Skotlandia. Ditambah lagi Raman yang masih berstatus pelajar.
Tapi ia mengaku memiliki jadwal yang cukup fleksibel, dan pihak klub sendiri memaklumi latar belakang Raman. Dundee United memberi kelonggaran pada Raman untuk mengerjakan tugasnya kapanpun.
"Saya sedang ujian sekarang jadi saya belum banyak bekerja," akunya.
Raman mengaku nyaman dengan pekerjaannya saat ini, meski jiwa mudanya masih agak gamang. Tapi dengan mantap Raman berujar.
"Saya menikmati apa yang saya lakukan sekarang dan melihat ke mana masa depan akan membawa saya."
Sungguh mujur nasib Raman. Kini ia bisa mandiri dari pekerjaannya sebagai analis sepak bola.