Bagi Manchester United, kecelakaan itu menghancurkan segalanya. Bukan hanya kehilangan orang-orang tercinta, ambisi meraih gelar juga hancur.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Manchester United memperingati Tragedi Muenchen dengan hening. Pandemi Covid-19 dan karantina wilayah di Inggris memaksa manajemen The Red Devils tidak mengadakan perayaan besar-besaran.

Musibah yang di Inggris dikenal sebagai The Munich Air Disaster itu terjadi pada 6 Februari 1958 ketika British European Airways Flight 609 jatuh pada upaya ketiganya untuk lepas landas dari landasan pacu yang tertutup lumpur di Muenchen-Riem Airport, Jerman Barat.

Pesawat itu membawa kru MU, yang pada era tersebut dijuluki "The Busby Babes", sejumlah suporter, dan jurnalis. Ada total 44 orang di dalamnya, dengan 20 diantaranya tewas di tempat kejadian.

Yang terluka, beberapa tidak sadarkan diri, dibawa ke Rumah Sakit Rechts der Isar di Muenchen. Saat tiba di rumah sakit itulah 3 korban lainnya menghembuskan napas terakhir. Itu mengakibatkan 23 kematian dengan 21 orang selamat tercatat sebagai korban resmi Tragedi Muenchen.

Saat hari sial itu tiba, MU baru kembali dari pertandingan Piala Eropa (Liga Champions) di Belgrade, Yugoslavia. The Busby Babes baru saja menyingkirkan Red Star Belgrade dari perempat final untuk melaju ke semifinal.

Tragedi memilukan tersebut bermula ketika penerbangan berhenti untuk mengisi bahan bakar di Muenchen. Sebab, penerbangan nonstop dari Belgrade ke Manchester tidak mungkin dilakukan oleh pesawat berjenis Airspeed AS-57 Ambassador dengan nomor registrasi G-ALZU itu.

Setelah mengisi BBM, sang pilot, James Thain, dan co-pilot, Kenneth Rayment, dua kali batal take-off karena ada masalah di mesin bagian kiri. Khawatir terlambat tiba di Inggris terlalu jauh dari jadwal, Thain menolak menginap semalam di Muenchen sehingga memaksakan take-off ketiga.

Pada saat itu salju turun dan menyebabkan lapisan lumpur terbentuk di ujung landasan. Setelah menabrak lumpur, pesawat meluncur melalui pagar di luar ujung landasan dan sayap kiri robek saat menghantam sebuah rumah. Khawatir pesawat akan meledak, Thain mulai mengevakuasi penumpang, sementara kiper MU, Harry Gregg, membantu menarik korban selamat dari reruntuhan.

Investigasi oleh otoritas Jerman Barat awalnya menyalahkan Thain. Mereka mengatakan dia tidak berusaha menghilangkan tumpukan es di sayap pesawat, meski ahli mengatakan penghapusan es tidak perlu.



Belakangan diketahui bahwa kecelakaan tersebut disebabkan lumpur di landasan pacu, yang memperlambat laju pesawat terlalu banyak ketika dalam proses lepas landas. Hasil investigasi terbaru memutuskan kesalahan bukan pada manusia (human error). Lalu, nama Thain dibersihkan pada 1968 atau 10 tahun setelah insiden.

Sebaliknya, bagi MU, kecelakaan itu menghancurkan segalanya. Bukan hanya kehilangan orang-orang tercinta, ambisi meraih gelar juga hancur. Tragedi juga melenyapkan salah satu generasi pemain terhebat dalam sejarah sepakbola Inggris.

Fakta menunjukkan, MU saat itu memiliki misi untuk menjadi klub ketiga yang memenangkan tiga gelar Liga Inggris berturut-turut. Mereka memiliki 6 poin di belakang pemimpin klasemen, Wolverhampton Wanderers, dengan 14 pertandingan tersisa. MU juga baru saja melaju ke semifinal Piala Eropa kedua berturut-turut. Tim tersebut belum terkalahkan dalam 11 laga.

Untuk bangkit, MU membutuhkan 10 tahun. Sir Matt Busby membangun kembali tim dari nol. Berkat kerja keras, The Red Devils memenangkan Piala Eropa 1967/1968 dengan generasi barunya.

Karena itu, para pendukung MU di seluruh dunia selalu memperingati tragedi tersebut dengan emosional pada 6 Februari setiap tahunnya. Biasanya akan ada acara khusus di Old Trafford. Fans akan datang ke stadion untuk meletakkan karangan bunga. Jika peringatan itu jatuh pada hari pertandingan, suasananya akan semakin haru.

Sayangnya semua berubah pada tahun ini. Perayaan hanya akan digelar secara online melalui MUTV, ManUtd.com, hingga semua platform media sosial yang dimiliki The Red Devils. Sejak jauh hari, manajemen sudah meminta para pendukung untuk tetap di rumah dan tidak datang ke stadion, meski hanya sekedar meletakkan karangan bunga atau menyalakan lilin.

Tapi, perayaan tahun ini bertepatan dengan pertandingan Liga Premier. Sesuai jadwal, MU akan menjamu Everton di Old Trafford. Pita hitam dan prosesi mengheningkan cipta akan dilaksanakan sebelum pertandingan.

"Ini keempat kalinya pertandingan dimainkan pada hari peringatan yang sebenarnya dan penting bagi kami untuk menampilkan performa terbaik. Mudah-mudahan kami bisa menghormati mereka dengan hasil di pertandingan," kata Ole Gunnar Solskjaer, dilansir Manchester Evening News.

"Ini hari besar bagi semua orang dan selalu menjadi hari yang emosional bagi semua orang. Mudah-mudahan kami bisa mengeluarkan tim terbaik yang menunjukkan semangat MU yang sebenarnya. Kami memiliki 6-7 pemain lulusan akademi. Mudah-mudahan mereka akan memimpin kami," tambah pria Norwegia itu.

Sejauh ini MU masih berada di jalur menuju gelar juara Liga Premier. Mereka masih menempel Manchester City. Pada pertandingan sebelumnya, MU bahkan menghajar Southampton 9 gol tanpa balas.