Spanduk lainnya menyerukan persatuan para pendukung klub Liga Premier di Myanmar demi melawan kudeta militer.
Pemandangan tidak biasa terjadi di Myanmar. Akibat kudeta militer yang dilakukan terhadap pemerintahan sipil yang sah dan konstitusional yang dipilih melalui pemilihan umum, ribuan orang berdemonstrasi setiap hari di jalanan. Dalam barisan itu terdapat suporter klub-klub Liga Premier.
Kudeta tidak berdarah di Myanmar terjadi pada pagi hari 1 Februari 2021 ketika anggota partai berkuasa Myanmar yang dipilih secara demokratis, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), digulingkan Angkatan Bersenjata Myanmar (Tatmadaw). Saat itu parlemen baru hasil pemilu baru saja akan memulai sidang perdana.
Junta memproklamasikan keadaan darurat selama setahun. Mereka juga menyatakan bahwa kekuasaan telah diberikan pada Panglima Tertinggi Tatmadaw, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.
Tatmadaw menyatakan hasil pemilu November 2020 penuh kecurangan dan menyatakan niatnya untuk mengadakan pemilihan baru di akhir keadaan darurat. Kudeta terjadi dengan penangkapan serta penahanan Presiden Myanmar, Win Myint, dan Penasihat Negara, Aung San Suu Kyi. Turut pula para menteri dan wakilnya serta anggota parlemen.
Pada 3 Februari 2021, Presiden Myint didakwa melanggar pedoman kampanye dan pembatasan pandemi Covid-19 berdasarkan pasal 25 Undang-Undang Penanggulangan Bencana Alam. Sementara Suu Kyi didakwa melanggar Undang-Undang Darurat Covid-19 dan karena mengimpor dan menggunakan perangkat radio serta komunikasi secara ilegal.
Kudeta yang disertai pemblokiran jaringan internet di seluruh Myanmar telah membuat rakyat marah. Mereka kucing-kucingan dengan militer di dunia maya. Netizens di Myanmar telah mempopulerkan hashtag yang sedang tren seperti #SayNototheCoup, #RespectOurVotes, #HearTheVoiceofMyanmar, #SaveMyanmar, dan #CivilDisobedience.
Dalam sehari setelah kudeta, tagar #SaveMyanmar telah digunakan oleh lebih dari 325.000 pengguna Facebook. Pengguna media sosial juga telah mengubah foto profil mereka menjadi hitam untuk menunjukkan kesedihan mereka atau merah untuk mendukung NLD.
Pada 7 Februari, Nay Soe Maung, menantu mantan diktator Myanmar, Jenderal Senior Than Shwe, memposting foto Facebook yang menunjukkan dukungan untuk protes tersebut. Netizen Burma juga mengejek tubuh pendek penguasa militer saat ini.
Gerakan di dunia maya berlanjut ke jalanan. Rakyat Myanmar memberikan respons yang sangat mengejutkan untuk para petinggi dan jenderal-jenderal Tatmadaw. Mereka menggelar demonstrasi besar-besar berhari-hari tanpa berhenti. Tidak hanya di kota besar, melainkan juga kota-kota kecil maupun pedesaan.
Protes besar-besar tidak hanya diikuti anggota maupun simpatisan NLD. Demonstrasi meluas dengan keterlibatan banyak orang dari berbagai kelompok sosial, profesi, serta dari segala usia. Salah satunya gabungan kelompok suporter resmi Liga Premier di Negeri Seribu Pagoda itu.
"Saya pendukung Liverpool dan saya percaya militer bisa keluar sendiri," bunyi spanduk yang dibawa demonstran yang mengacu pada lirik lagu You'll Never Walk Alone, yang diplesetkan. "Saya membenci kudeta lebih dari Manchester United)," bunyi spanduk pendukung The Red lainnya.
Ada juga spanduk yang menyinggung keputusan VAR di Liga Premier, yang banyak dikeluhkan klub kesayangan. "Keputusan VAR: tolak militer," bunyi salah satu poster itu. "Kami mengira VAR bercanda. Tapi, militer adalah lelucon yang sebenarnya," bunyi poster lainnya.
Spanduk lainnya menyerukan persatuan para pendukung klub Liga Premier di Myanmar demi melawan kudeta militer. "Kami rival. Tapi, kami bersama berjuang untuk demokrasi," tulis spanduk itu yang disertai logo-logo Liverpool, MU, Arsenal, Chelsea, Manchester City, dan Tottenham Hotspur.
Kudeta tidak berdarah di Myanmar terjadi pada pagi hari 1 Februari 2021 ketika anggota partai berkuasa Myanmar yang dipilih secara demokratis, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), digulingkan Angkatan Bersenjata Myanmar (Tatmadaw). Saat itu parlemen baru hasil pemilu baru saja akan memulai sidang perdana.
BACA BERITA LAINNYA
Permainan Terburuk AC Milan, Tanpa Bikin Satupun Shoot On Goal
Permainan Terburuk AC Milan, Tanpa Bikin Satupun Shoot On Goal
Dalam sehari setelah kudeta, tagar #SaveMyanmar telah digunakan oleh lebih dari 325.000 pengguna Facebook. Pengguna media sosial juga telah mengubah foto profil mereka menjadi hitam untuk menunjukkan kesedihan mereka atau merah untuk mendukung NLD.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah Mbappe Dilepas Begitu Saja Oleh Chelsea
Kisah Mbappe Dilepas Begitu Saja Oleh Chelsea
Gerakan di dunia maya berlanjut ke jalanan. Rakyat Myanmar memberikan respons yang sangat mengejutkan untuk para petinggi dan jenderal-jenderal Tatmadaw. Mereka menggelar demonstrasi besar-besar berhari-hari tanpa berhenti. Tidak hanya di kota besar, melainkan juga kota-kota kecil maupun pedesaan.
Ada juga spanduk yang menyinggung keputusan VAR di Liga Premier, yang banyak dikeluhkan klub kesayangan. "Keputusan VAR: tolak militer," bunyi salah satu poster itu. "Kami mengira VAR bercanda. Tapi, militer adalah lelucon yang sebenarnya," bunyi poster lainnya.
Spanduk lainnya menyerukan persatuan para pendukung klub Liga Premier di Myanmar demi melawan kudeta militer. "Kami rival. Tapi, kami bersama berjuang untuk demokrasi," tulis spanduk itu yang disertai logo-logo Liverpool, MU, Arsenal, Chelsea, Manchester City, dan Tottenham Hotspur.