Nomor satu bukanlah Pep Guardiola ataupun Sir Alex Ferguson.
Saat ini Jose Mourinho berada di bawah tekanan serius. Tottenham Hotspur yang ia latih sedang terseok-tersok bersaing ke zona Liga Champions di Liga Premier. Dan sejujurnya, banyak yang bertanya-tanya apakah 'The Special One' telah kehilangan sentuhannya sejak dia memenangkan gelar Liga Premier 2014/15 selama masa kepelatihan keduanya di Chelsea.
Sejarah sendirilah yang berbicara pada kita, sejak tahun itu, Mourinho tidak memiliki trofi liga, hanya memenangkan Piala Liga dan Liga Europa. Belum lagi mengingat Mou pernah dipecat oleh The Blues dan Manchester United dalam kurun waktu tiga tahun.
Perjuangan Mourinho di London Utara seolah menjadi tradisi di tahun keduanya saat melatih klub manapun, di musim keduanya sebagai pelatih, Spurs telah berubah menjadi lelucon, terutama dalam beberapa pekan terakhir. Mou hanya meraih tiga kemenangan Liga Premier sejak November.
Dan dengan empat kekalahan liga dalam lima pertandingan terakhir mereka serta tersingkirnya Spurs dari Piala FA, mudah untuk melihat alasan mengapa Mourinho bisa saja menghadapi pemecatan ketiganya di tangan klub raksasa sepak bola Inggris.
Namun, di antara semua hal negatif seputar laki-laki Portugis itu, ada secercah cahaya yang tak terduga dan itu datang atas kebaikan Federasi Internasional Sejarah & Statistik Sepak Bola (IFFHS). Situs analis data sepakbola itu memandang baik pelatih Spurs dalam rangkaian peringkat terbaru mereka.
IFFHS menentukan pilihan mereka untuk 15 manajer terbaik abad ke-21, menggabungkan statistik tahunan mereka untuk tim nasional dan pelatih klub sebelum akhirnya memberikan dan menjumlahkan poin yang sesuai.
Anda dapat melihat daftar lengkapnya di bawah ini untuk melihat mengapa Mourinho seharusnya tidak merasa terlalu sedih saat ini meskipun Tottenham sedang dalam performa yang tak begitu bagus:
Lima Belas Pelatih Terbaik:
15. Marcelo Lippi - 100
14. Rafael Benitez - 103
13. Luis Felipe Scolari - 110
12. Guus Hiddink - 112
11. Fabio Capello - 120
10. Marcelo Bielsa - 121
9. Didier Deschamps - 131
8. Diego Simeone - 152
7. Vicente Del Bosque - 157
6. Carlo Ancelotti - 165
5. Arsene Wenger - 181
4. Pep Guardiola - 183
3. Sir Alex Ferguson - 183
2. Joachim Loew - 213
1. Jose Mourinho - 226
Lantas, apa kata Kobe Tong, seorang jurnalis sekaligus pundit dari situs olahraga online GIVEMESPORT? Kobe menganggap Guardiola adalah manajer terbaik abad ke-21. Kobe tak sependapat dengan data dari IFFHS di atas.
Baginya dan mungkin Anda sepakat, sangat mengejutkan untuk berpikir bahwa pelatih Manchester City yang telah memenangkan 30 penghargaan utama dalam waktu kurang dari 13 tahun kepelatihan, memenangkan delapan gelar liga di tiga dari lima divisi teratas Eropa hanya menempati urutan keempat?
Dan dengan The Citizens berada di jalur untuk memenangkan gelar Liga Premier ketiga hanya dalam empat tahun ditangani oleh Pep.
Sekali lagi kita patut bertanya, mengapa bukan Guardiola di posisi teratas? “Tapi terlepas dari apakah Anda setuju dengan saya atau tidak,” masih kata Kobe Tong. “Saya akan sangat terkejut jika saya sendirian dalam keheranan saya atas Mourinho yang berada di urutan 1, meskipun tidak dapat disangkal bahwa dia pantas mendapat tempat di lima besar.”
Namun apa yang dikatakan oleh Kobe tentang puja pujinya terhadap Guardiola harus dibaca ulang dan dimengeti betul sebagai ekspresi seorang penggemar.
Dalam arti kata lain, Kobe cukup bias melakukan penilaian. Dia lupa kalau Guardiola masih kalah tanding dengan Mou untuk hal trofi Liga Champions dan jumlah klub yang dilatih.
IFFHS berangkat dari data yang bisa dipertanggungjawabkan, sementara Kobe tampaknya berpijak pada setengah fanatisme. Di luar itu semua, kita hanya perlu ‘cukup tahu aja’ bahwa nama-nama pelatih di atas bukan untuk diperdebatkan, melainkan cukup pahami dengan berpikir: semua dari mereka terbaik dengan gaya dan capaian di level masing-masing.
Sejarah sendirilah yang berbicara pada kita, sejak tahun itu, Mourinho tidak memiliki trofi liga, hanya memenangkan Piala Liga dan Liga Europa. Belum lagi mengingat Mou pernah dipecat oleh The Blues dan Manchester United dalam kurun waktu tiga tahun.
BACA FEATURE LAINNYA
Kisah 11 Tahun Lalu Park Ji-Sung Ditugasi Khusus Tempel Pirlo Kemanapun Pergi
Kisah 11 Tahun Lalu Park Ji-Sung Ditugasi Khusus Tempel Pirlo Kemanapun Pergi
Anda dapat melihat daftar lengkapnya di bawah ini untuk melihat mengapa Mourinho seharusnya tidak merasa terlalu sedih saat ini meskipun Tottenham sedang dalam performa yang tak begitu bagus:
BACA BERITA LAINNYA
20 Pemain dengan Tarif Endorse Medsos Termahal Per Postingan
20 Pemain dengan Tarif Endorse Medsos Termahal Per Postingan
15. Marcelo Lippi - 100
14. Rafael Benitez - 103
13. Luis Felipe Scolari - 110
12. Guus Hiddink - 112
11. Fabio Capello - 120
9. Didier Deschamps - 131
8. Diego Simeone - 152
7. Vicente Del Bosque - 157
6. Carlo Ancelotti - 165
5. Arsene Wenger - 181
4. Pep Guardiola - 183
3. Sir Alex Ferguson - 183
2. Joachim Loew - 213
1. Jose Mourinho - 226
Lantas, apa kata Kobe Tong, seorang jurnalis sekaligus pundit dari situs olahraga online GIVEMESPORT? Kobe menganggap Guardiola adalah manajer terbaik abad ke-21. Kobe tak sependapat dengan data dari IFFHS di atas.
Baginya dan mungkin Anda sepakat, sangat mengejutkan untuk berpikir bahwa pelatih Manchester City yang telah memenangkan 30 penghargaan utama dalam waktu kurang dari 13 tahun kepelatihan, memenangkan delapan gelar liga di tiga dari lima divisi teratas Eropa hanya menempati urutan keempat?
Sekali lagi kita patut bertanya, mengapa bukan Guardiola di posisi teratas? “Tapi terlepas dari apakah Anda setuju dengan saya atau tidak,” masih kata Kobe Tong. “Saya akan sangat terkejut jika saya sendirian dalam keheranan saya atas Mourinho yang berada di urutan 1, meskipun tidak dapat disangkal bahwa dia pantas mendapat tempat di lima besar.”
Namun apa yang dikatakan oleh Kobe tentang puja pujinya terhadap Guardiola harus dibaca ulang dan dimengeti betul sebagai ekspresi seorang penggemar.
Dalam arti kata lain, Kobe cukup bias melakukan penilaian. Dia lupa kalau Guardiola masih kalah tanding dengan Mou untuk hal trofi Liga Champions dan jumlah klub yang dilatih.
IFFHS berangkat dari data yang bisa dipertanggungjawabkan, sementara Kobe tampaknya berpijak pada setengah fanatisme. Di luar itu semua, kita hanya perlu ‘cukup tahu aja’ bahwa nama-nama pelatih di atas bukan untuk diperdebatkan, melainkan cukup pahami dengan berpikir: semua dari mereka terbaik dengan gaya dan capaian di level masing-masing.