Liga Belanda sering mengangkat harkat pemain Asia di Eropa. Bagus Kahfi menyusul?
Dikontraknya Bagus Kahfi oleh Jong Utrecht memunculkan euforia di antara para pendukung tim nasional Indonesia. Jika mampu menembus skuad utama dan berprestasi, mantan pemain Barito Putera tersebut akan mengikuti kisah sukses sejumlah pemain Asia di Eredivisie.
Eredivisie secara harafiah dapat diartikan sebagai "Divisi Utama". Ini merupakan level tertinggi kompetisi sepakbola profesional di Belanda. Liga ini didirikan pada 1956 atau 2 tahun setelah dimulainya sepakbola profesional di Negeri Kincir Angin.
Pada musim 2020/2021, Eredivisie menduduki peringkat 8 UEFA. Kompetisi ini diikuti 18 klub dan setiap tim bertemu dua kali selama semusim, sekali di kandang dan sekali tandang. Di akhir musim, 2 klub terbawah terdegradasi ke Eerste Divisie (Divisi I). Sedangkan juara dan runner-up Eerste Divisie promosi ke Eredivisie. Klub yang finish ketiga dari dasar terbawah Eredivisie pergi ke play-off promosi-degradasi yang terpisah dengan delapan klub peringkat tinggi dari Eerste Divisie.
Meski termasuk kompetisi kelas 2 di Eropa, klub-klub Eredivisie juga sangat rajin berburu pemain ke banyak negara di seluruh dunia. Selain untuk meningkatkan kualitas tim, motif ekonomi juga menjadi dasar lain mereka mempekerjakan pemain dari luar Belanda.
Selain Amerika dan Afrika, sejarah Eredivisie juga menunjukkan beberapa klub pernah mengontrak pemain-pemain Asia.
Huh Jung-moo dari Korea Selatan dan Fandi Ahmad (Singapura) tercatat dalam sejarah sebagai pelopor pemain Asia di Belanda. Jung-moo sanggup membela PSV Eindhoven 77 kali pada 1980-1983. Sedangkan Fandi bermain untuk Gronigen 36 kali sepanjang 1983-1985.
Selanjutnya, pada 2000-an semakin banyak pesepakbola Asia yang dikontrak klub-klub Eredivisie. Ada yang mencapai kesuksesan dengan mempersembahkan gelar untuk maupun penghargaan individual. Tapi, tidak sedikit yang menjadikan kompetisi elite Belanda batu loncatan ke liga yang lebih besar seperti Keisuke Honda.
Berikut ini 6 pemain anggota Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) yang sukses bermain di Eredivisie dengan mempersembahkan trofi untuk klub maupun mendapatkan penghargaan individu:
1. Shinji Ono (Jepang)
Shinji Ono bermain 112 kali untuk Feyenoord di Eredivisie sepanjang 2001-2005 dengan mempersembahkan 19 gol. Kehadirannya di Rotterdam ditandai dengan keberhasilan mengangkat Piala UEFA 2001/2002. Itu menjadikan Ono pemain Jepang pertama yang juara kompetisi Benua Biru.
Ketika datang ke Belanda, Ono baru berusia 21 tahun. Dia beruntung mendapatkan pelatih bertangan dingin seperti Bert van Marwijk di awal kariernya bersama Feyenoord.
Dalam kampanye Feyenoord di Piala UEFA, Ono memainkan peran kunci. Dia mencetak gol-gol penting melawan Freiburg dan Glasgow Rangers. Dia juga mencetak gol dalam adu penalti di perempat final melawan PSV Eindhoven dan bermain 85 menit di final melawan Borussia Dortmund.
Penampilan tersebut membantu Ono menjadi Pemain Terbaik Asia 2002 dan membuka gerbang lebar-lebar bagi performa membanggakan Jepang di berbagai ajang internasional.
2. Alireza Jahanbakhsh (Iran)
Alireza Jahanbakhsh saat ini tercatat sebagai Brighton and Hove Albion. Klub Liga Premier itu dia perkuat sejak 2018 setelah meraih kesuksesan bersama NEC Nijmegen dan AZ Alkmaar sejak 2013 dengan catatan 112 pertandingan Eredivisie dan 39 gol.
Sebagai pemain sayap, Jahanbakhsh memiliki kemampuan yang baik sebagai tukang umpan sekaligus pencetak gol jempolan. Salah satunya terlihat pada 2017/2018. Dia memang tidak mempersembahkan gelar Eredivisie atau Piala KNVB untuk klubnya. Tapi, 21 gol dari 33 laga cukup membuat Jahanbakhsh meraih Sepatu Emas Eredivisie 2017/2018.
Pada musim tersebut, Jahanbakhsh juga membuat 2 hattrick dan 12 assist. Kegemilangan itulah yang mengantarkan pemuda kelahiran 11 Agustus 1993 pergi ke Brighton dengan rekor transfer klub.
3. Jason Culina (Australia)
Setelah tiba di Ajax Amsterdam pada 2000 sebagai pemain junior, Jason Culina membuat beberapa penampilan di tim utama sebelum dipinjamkan ke Germinal Beerschot dan De Graafschap. Kemudian, Culina memutuskan pindah ke Twente untuk membuat 11 gol sepanjang 2014/2015.
Penampilan di Twente ternyata membuka jalan bagi Culina untuk pindah ke PSV Eindhoven asuhan Guus Hiddink. Di sanalah dia menampilkan peran lini tengah yang sangat dewasa. Dia memiliki andil besar dalam 3 gelar liga berturut-turut PSV. Dia bermain lebih dari 130 kali di semua kompetisi selama 4 tahun yang sangat baik di Eindhoven.
Saat kembali ke Australia pada 2009, Culina memiliki 7 trofi untuk dikenang selama waktunya di Negeri Kincir Angin yang nyaris 1 dasawarsa. Rinciannya, 4 Eredivisie, 1, Piala KNVB, dan 2 Johan Cruyff Shield.
4. Park Ji-sung (Korea Selatan)
Perjalanan Park Ji-sung di Eropa dimulai dan berakhir di Belanda, dengan klub yang sangat dicintai, PSV Eindhoven. Didatangkan Guus Hiddink tak lama setelah sejarah Piala Dunia 2002, Ji-sung sebenarnya mengawali karier dengan tidak mulus karena cedera.
Setelah sembuh dan 100% fit, tidak ada yang bisa menghentikan sepak terjang Ji-sung di Eredivisie. Dia membantu PSV memenangkan dua gelar liga dalam tiga musim dan mencetak gol penting melawan AC Milan pada Semifinal Liga Champions 2004/2005.
Dengan 2 kali menjuarai Eredivisie, 1 Piala KNVB, dan 1 Johan Cruyff Shield, masa depan Ji-sung terbentang sangat luas di depan mata. Transfer ke Manchester United dengan 4 juta pounds disepakati pada musim panas 2005. Selanjutnya, dia mendapatkan 13 piala di Old Trafford, termasuk Liga Premier, Liga Champions, dan Piala Dunia Antarklub.
Setelah 8 tahun yang luar biasa itu, Ji-sung kembali ke PSV pada 2013/2014. Dia memainkan peran penting dalam 3 gol selama 7 menit dalam kemenangan 4-0 atas Ajax sebelum pensiun pada akhir musim.
5. Brett Holman (Australia)
Brett Holman datang ke Belanda atas bujukan Feyenoord pada 2002. Tapi, dia sama sekali tidak pernah merumput di pertandingan Eredivisie menggunakan jersey klub asal Rotterdam tersebut.
Setelah 4 musim dipinjamkan ke klub feeder Feyenoord, Excelsior, gelandang serang itu menikmati 2 musim yang mengesankan bersama NEC Nijmegen sebelum bergabung dengan AZ Alkmaar pada musim panas 2008 dengan 3 juta euro. Saat itu, AZ dilatih Louis van Gaal dan memiliki pemain-pemain bagus. Mereka sedang berada dalam periode terbaik dalam sejarah.
Apa yang dikerjakan Holman untuk AZ luar biasa dan tidak akan mungkin dilupakan suporter dalam waktu singkat. Dia menolong AZ mematahkan dominasi Ajax, PSV, dan Feyenoord di kompetisi Negeri Kincir Angin. Tanpa diduga, AZ juara Eredivisie 2008/2009, yang disusul Johan Cruyff Shield 2009.
6. Lee Young-pyo (Republik Korea)
Kedatangan Park Ji-sung ke PSV Eindhoven setelah Piala Dunia 2002 yang luar biasa ternyata juga diikuti Lee Young-pyo. Bermain sebagai full back kiri, Young-pyo sosok yang lengkap di lapangan.
Puncak permainan Young-pyo untuk PSV terjadi pada 2004/2005. Saat itu, dia tampil 45 kali di semua kompetisi dan membantu klub memenangkan gelar ganda domestik (Eredivisie dan Piala KNVB). Di Benua Biru, Young-pyo dan Ji-sung membantu PSV mencapai semifinal Liga Champions.
Tapi, setelah tugas 3 tahun yang luar biasa di Eindhoven berakhir pada awal musim 2005/2006, Young-pyo melanjutkan bermain untuk Tottenham Hotspur, Borussia Dortmund, dan Al-Hilal. Dia mengakhiri karir yang sangat baik di Kanada dengan Vancouver Whitecaps.
Jadi, selama di Negeri Kincir Angin, Young-pyo bermain 81 kali untuk PSV di Eredivisie dan mendapatkan 4 piala (2 Eredivisie, 1 Piala KNVB, 1 Johan Cruyff Shield).
Eredivisie secara harafiah dapat diartikan sebagai "Divisi Utama". Ini merupakan level tertinggi kompetisi sepakbola profesional di Belanda. Liga ini didirikan pada 1956 atau 2 tahun setelah dimulainya sepakbola profesional di Negeri Kincir Angin.
BACA FEATURE LAINNYA
2 Pemain Liverpool yang Tidak Pernah Kalah di Anfield pada Liga Premier
2 Pemain Liverpool yang Tidak Pernah Kalah di Anfield pada Liga Premier
Selanjutnya, pada 2000-an semakin banyak pesepakbola Asia yang dikontrak klub-klub Eredivisie. Ada yang mencapai kesuksesan dengan mempersembahkan gelar untuk maupun penghargaan individual. Tapi, tidak sedikit yang menjadikan kompetisi elite Belanda batu loncatan ke liga yang lebih besar seperti Keisuke Honda.
BACA ANALISIS LAINNYA
Analisis La Liga Kehilangan Jati Diri, Butuh Figur seperti Haaland dan Mbappe
Analisis La Liga Kehilangan Jati Diri, Butuh Figur seperti Haaland dan Mbappe
1. Shinji Ono (Jepang)
Shinji Ono bermain 112 kali untuk Feyenoord di Eredivisie sepanjang 2001-2005 dengan mempersembahkan 19 gol. Kehadirannya di Rotterdam ditandai dengan keberhasilan mengangkat Piala UEFA 2001/2002. Itu menjadikan Ono pemain Jepang pertama yang juara kompetisi Benua Biru.
Dalam kampanye Feyenoord di Piala UEFA, Ono memainkan peran kunci. Dia mencetak gol-gol penting melawan Freiburg dan Glasgow Rangers. Dia juga mencetak gol dalam adu penalti di perempat final melawan PSV Eindhoven dan bermain 85 menit di final melawan Borussia Dortmund.
2. Alireza Jahanbakhsh (Iran)
Alireza Jahanbakhsh saat ini tercatat sebagai Brighton and Hove Albion. Klub Liga Premier itu dia perkuat sejak 2018 setelah meraih kesuksesan bersama NEC Nijmegen dan AZ Alkmaar sejak 2013 dengan catatan 112 pertandingan Eredivisie dan 39 gol.
Sebagai pemain sayap, Jahanbakhsh memiliki kemampuan yang baik sebagai tukang umpan sekaligus pencetak gol jempolan. Salah satunya terlihat pada 2017/2018. Dia memang tidak mempersembahkan gelar Eredivisie atau Piala KNVB untuk klubnya. Tapi, 21 gol dari 33 laga cukup membuat Jahanbakhsh meraih Sepatu Emas Eredivisie 2017/2018.
Pada musim tersebut, Jahanbakhsh juga membuat 2 hattrick dan 12 assist. Kegemilangan itulah yang mengantarkan pemuda kelahiran 11 Agustus 1993 pergi ke Brighton dengan rekor transfer klub.
3. Jason Culina (Australia)
Setelah tiba di Ajax Amsterdam pada 2000 sebagai pemain junior, Jason Culina membuat beberapa penampilan di tim utama sebelum dipinjamkan ke Germinal Beerschot dan De Graafschap. Kemudian, Culina memutuskan pindah ke Twente untuk membuat 11 gol sepanjang 2014/2015.
Penampilan di Twente ternyata membuka jalan bagi Culina untuk pindah ke PSV Eindhoven asuhan Guus Hiddink. Di sanalah dia menampilkan peran lini tengah yang sangat dewasa. Dia memiliki andil besar dalam 3 gelar liga berturut-turut PSV. Dia bermain lebih dari 130 kali di semua kompetisi selama 4 tahun yang sangat baik di Eindhoven.
Saat kembali ke Australia pada 2009, Culina memiliki 7 trofi untuk dikenang selama waktunya di Negeri Kincir Angin yang nyaris 1 dasawarsa. Rinciannya, 4 Eredivisie, 1, Piala KNVB, dan 2 Johan Cruyff Shield.
4. Park Ji-sung (Korea Selatan)
Perjalanan Park Ji-sung di Eropa dimulai dan berakhir di Belanda, dengan klub yang sangat dicintai, PSV Eindhoven. Didatangkan Guus Hiddink tak lama setelah sejarah Piala Dunia 2002, Ji-sung sebenarnya mengawali karier dengan tidak mulus karena cedera.
Setelah sembuh dan 100% fit, tidak ada yang bisa menghentikan sepak terjang Ji-sung di Eredivisie. Dia membantu PSV memenangkan dua gelar liga dalam tiga musim dan mencetak gol penting melawan AC Milan pada Semifinal Liga Champions 2004/2005.
Dengan 2 kali menjuarai Eredivisie, 1 Piala KNVB, dan 1 Johan Cruyff Shield, masa depan Ji-sung terbentang sangat luas di depan mata. Transfer ke Manchester United dengan 4 juta pounds disepakati pada musim panas 2005. Selanjutnya, dia mendapatkan 13 piala di Old Trafford, termasuk Liga Premier, Liga Champions, dan Piala Dunia Antarklub.
Setelah 8 tahun yang luar biasa itu, Ji-sung kembali ke PSV pada 2013/2014. Dia memainkan peran penting dalam 3 gol selama 7 menit dalam kemenangan 4-0 atas Ajax sebelum pensiun pada akhir musim.
5. Brett Holman (Australia)
Brett Holman datang ke Belanda atas bujukan Feyenoord pada 2002. Tapi, dia sama sekali tidak pernah merumput di pertandingan Eredivisie menggunakan jersey klub asal Rotterdam tersebut.
Setelah 4 musim dipinjamkan ke klub feeder Feyenoord, Excelsior, gelandang serang itu menikmati 2 musim yang mengesankan bersama NEC Nijmegen sebelum bergabung dengan AZ Alkmaar pada musim panas 2008 dengan 3 juta euro. Saat itu, AZ dilatih Louis van Gaal dan memiliki pemain-pemain bagus. Mereka sedang berada dalam periode terbaik dalam sejarah.
Apa yang dikerjakan Holman untuk AZ luar biasa dan tidak akan mungkin dilupakan suporter dalam waktu singkat. Dia menolong AZ mematahkan dominasi Ajax, PSV, dan Feyenoord di kompetisi Negeri Kincir Angin. Tanpa diduga, AZ juara Eredivisie 2008/2009, yang disusul Johan Cruyff Shield 2009.
6. Lee Young-pyo (Republik Korea)
Kedatangan Park Ji-sung ke PSV Eindhoven setelah Piala Dunia 2002 yang luar biasa ternyata juga diikuti Lee Young-pyo. Bermain sebagai full back kiri, Young-pyo sosok yang lengkap di lapangan.
Puncak permainan Young-pyo untuk PSV terjadi pada 2004/2005. Saat itu, dia tampil 45 kali di semua kompetisi dan membantu klub memenangkan gelar ganda domestik (Eredivisie dan Piala KNVB). Di Benua Biru, Young-pyo dan Ji-sung membantu PSV mencapai semifinal Liga Champions.
Tapi, setelah tugas 3 tahun yang luar biasa di Eindhoven berakhir pada awal musim 2005/2006, Young-pyo melanjutkan bermain untuk Tottenham Hotspur, Borussia Dortmund, dan Al-Hilal. Dia mengakhiri karir yang sangat baik di Kanada dengan Vancouver Whitecaps.
Jadi, selama di Negeri Kincir Angin, Young-pyo bermain 81 kali untuk PSV di Eredivisie dan mendapatkan 4 piala (2 Eredivisie, 1 Piala KNVB, 1 Johan Cruyff Shield).