Pada Desember 2019, ia menjadi pemain tertua yang mencetak hat-trick dalam sejarah La Liga.
Iker Casillas, Carles Puyol, Andrés Iniesta, David Villa, Xavi, Fernando Torres, Cesc Fàbregas, Xabi Alonso, Sergio Ramos, David Silva. Mereka semua hadir di podium itu, di Wina saat Spanyol dinobatkan sebagai juara Eropa. Dua tahun kemudian, semuanya mengulangi prestasi itu, tapi kali ini lebih hebat lagi, mereka mengangkat trofi di Johannesburg sebagai bagian dari skuad pertama Spanyol yang memenangkan Piala Dunia.
Namun, di antara nama-nama hebat itu ada seseorang yang hilang. Pemain Spanyol yang paling menarik dan eksentrik dari turnamen besar sebelumnya tidak mendapatkan medali untuk jasanya. Dia sedang duduk di rumah, menonton di TV.
“Saya berada di skuad selama dua tahun kualifikasi untuk Euro 2008 dan saya bermain hampir di setiap pertandingan,” Joaquín kemudian berkata, “tetapi pada akhirnya, saya tidak pergi ke kejuaraan. Saya pikir saya pantas untuk pergi dan saya merasa kasihan, di atas segalanya, untuk diri saya sendiri,” ucapnya.
Joaquín memang sempat bermain beberapa kali untuk negaranya,tapi itu menandai awal dari sebuah akhir.
Joaquín pertama kali muncul di kancah internasional pada Februari 2002, saat itu usianya baru 20 tahun. “Ketika saya dipanggil untuk bermain untuk tim nasional Spanyol, saya berhenti di bengkel dan menangis,” katanya saat menjalani debut pertama.
Pada saat itu, reputasinya sudah cukup terbangun dengan bergabung di skuad Real Betis. Dari klub Joaquín muda cukup diperhitungkan sehingga berhasil jadi bagian dari negaranya di Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang.
Tapi sial bagi anak muda itu, penampilan pertamanya berakhir dengan pahit. Tepatnya saat diturunkan di perempat final melawan Korea Selatan, Joaquín mengira dia akan membuat gol emas, mengirim Spanyol lolos ke semifinal. Tapi nasib berkata sebaliknya.
Di babak adu penalti, setelah skor masih kacamata hingga babak normal. Joaquín ditunjuk sebagai salah satu eksekutor. Dan sialnya dia gagal dan itu akhirnya membuat Spanyol kehilangan tempat di empat besar.
Terlepas dari kekecewaan itu, bakat Joaquín masih tetap dihargai di rumah sendiri.
Joaquín yang Hampir jadi Matador
Bernama lengkap Joaquín Sanchez Rodriguez. Lahir di pesisir pantai Cádiz, tepatnya 21 Juli 1981. Joaquín kecil ternyata tak bercita-cita menjadi pesepakbola.
Memori masa kecilnya pernah mengatakan hal lain di luar sepak bola, dia pernah ditanduk oleh banteng saat masih muda. Bahkan sampai hari ini, dia masih menyimpan mimpinya sebagai seorang matador. “Saya memberi tahu istri saya bahwa saya tidak bisa mengeluarkan gagasan ini dari kepala saya. Dia bilang aku semakin bodoh dari hari ke hari," kata Joaquín sambil tertawa pada tahun 2019.
Sebagai anak laki-laki, ibunya, tentu saja, yang membujuknya untuk beralih dari matador menjadi pesepakbola.
“Saya dulu pergi ke sekolah [adu banteng] di El Puerto tapi ibu saya mengajak saya keluar selama seminggu dan memberi saya bola.” katanya.
Semua orang di Estadio Benito Villamarín (kandang Real Betis) pasti senang pada akhirnya Joaquín mengikuti nasihat ibunya.
Joaquín bukanlah pencetak gol yang rajin, tapi dia pemain yang konsisten. Itu terbukti dari jumlah laga yang ia kumpulkan di Real Betis, sejuah ini sebanyak 403 laga dengan catatan 58 gol dan 36 asists.
Joaquín dan Kisahnya dengan Real Betis
Pada awal Juli musim panas itu, Joaquín menikah dengan seorang perempuan bernama Susana Sabol, dan ketika dia menunggu istrinya tiba di gereja, presiden Real Betis Manuel Ruiz de Lopera datang dengan seorang tamu istimewa.
Sebulan sebelumnya, Serra Ferrer membimbing Betis meraih kemenangan kedua di Copa del Rey, mengalahkan Osasuna di perpanjangan waktu di final di Estadio Vicente Calderon. Trofi tersebut, atas desakan presiden klub dihadirkan di pernikahan Joaquín. Ya, itu dia tamu istimewanya.
Lopera menempatkan trofi di tengah panggung. “Di sana saya menikah dengan Copa del Rey di belakang saya,” kata Joaquín.
Meski mendapat tawaran menarik dari klub lain, Joaquín jarang tergoda untuk meninggalkan klub kesayangannya itu. Chelsea adalah salah satu klub yang pernah ingin menggaetnya, tetapi gelandang itu berdiri di depan José Mourinho, pelatih Chelsea saat itu.
“Saya tahu jika saya pergi, saya akan pergi ke Inggris. Jadi saya tidak pergi, ”Joaquin kemudian mengakui. “Saya berbicara dengan Mourinho nanti dan meminta maaf. Dan setelah itu dia berterima kasih padaku. Dia berkata: 'Saya menghargai Anda karena jujur karena, yah, Anda adalah pesepakbola pertama yang mengatakan tidak kepada saya'. ”
Joaquín sempat bermain di luar Real Betis, termasuk dengan klub La Liga lainnya yakni Valencia, Málaga dan klub Serie A yakni Fiorentina. Tapi Joaquín tak betah lama-lama keluar dari rumahnya di Betis.
Dan kepulangan Joaquín di Spanyol disambut dengan meriah, karena popularitasnya sebagai seseorang mulai melebihi reputasinya sebagai pesepakbola.
Joaquín dan Selera Humornya yang Bagus
Sementara Joaquín terus menjadi kapten Real Betis dan bertransformasi di slot sayap kanannya, kepribadian Joaquín di luar lapangan kerap jadi sorotan.
Pada program TV Antena 3 yang populer di Spanyol yakni El Hormiguero, dia diminta untuk bisa menghipnotis gallina - boneka ayam betina.
Para penonton diam dan menonton pertunjukan langsung dari rumah, Joaquín duduk di sana, memijat leher ayam itu hingga tampak berada di bawah kendalinya. Klipnya, tentu saja, ada di internet jika Anda suka tertawa atau jika Anda sedang mencari tips tentang cara menghipnotis ayam, maka tontonlah.
Para pesepakbola kerap menjadi subjek video kompilasi di media sosial. Anda akan menemukan tumpukan klip pemain seperti Neymar di YouTube, dengan setiap trik keren dan skill tingkat tinggi.
Tetapi beda halnya dengan Joaquín, perhatian yang mengelilinginya terutama berpusat pada kejenakaannya di luar lapangan.
Rekor Sepak Bola Joaquín
Joaquín telah membuat lebih banyak penampilan daripada pemain manapun dalam sejarah LaLiga dan dia mungkin akan mengejar rekor Andoni Zubizarreta sebelum dia gantung sepatu. Sementara ini, Joaquín telah memainkan 690 laga.
Pada Desember 2019, ia menjadi pemain tertua yang mencetak hat-trick dalam sejarah LaLiga, Joaquín mencetak sejarah baru itu saat melawan Athletic Bilbao. Dan itu adalah hat-trick pertamanya sepanjang kariernya yang panjang. Mengenai itu, Joaquín berkata, "Saya tidak berpikir itu akan terjadi lagi,"
Dia tersipu setelah mengatakan itu. Dan memang begitulah Joaquín yang asli, ia dipuji karena kemampuannya dengan bola dan karismanya di depan kamera.
“Saya santai tetapi juga serius dalam pekerjaan saya,” kata Joaquin kepada El País pada 2016. “Saya belum pernah menghabiskan 16 tahun di klub elit karena saya lucu.
"Ya, saya telah belajar melakukan pekerjaan saya secara alami, selalu menikmati diri saya sendiri. Sepak bola adalah karier bagi orang-orang yang memiliki hak istimewa,” katanya.
Namun, di antara nama-nama hebat itu ada seseorang yang hilang. Pemain Spanyol yang paling menarik dan eksentrik dari turnamen besar sebelumnya tidak mendapatkan medali untuk jasanya. Dia sedang duduk di rumah, menonton di TV.
BACA FEATURE LAINNYA
Mbappe, Cristiano Ronaldo, dan Messi Saat Usia 22 Tahun: Siapa Lebih Hebat
Mbappe, Cristiano Ronaldo, dan Messi Saat Usia 22 Tahun: Siapa Lebih Hebat
Tapi sial bagi anak muda itu, penampilan pertamanya berakhir dengan pahit. Tepatnya saat diturunkan di perempat final melawan Korea Selatan, Joaquín mengira dia akan membuat gol emas, mengirim Spanyol lolos ke semifinal. Tapi nasib berkata sebaliknya.
BACA FEATURE LAINNYA
10 Striker Paling Mirip Gaya Erling Haaland Jika Dilihat dari Statistik
10 Striker Paling Mirip Gaya Erling Haaland Jika Dilihat dari Statistik
Terlepas dari kekecewaan itu, bakat Joaquín masih tetap dihargai di rumah sendiri.
Bernama lengkap Joaquín Sanchez Rodriguez. Lahir di pesisir pantai Cádiz, tepatnya 21 Juli 1981. Joaquín kecil ternyata tak bercita-cita menjadi pesepakbola.
Memori masa kecilnya pernah mengatakan hal lain di luar sepak bola, dia pernah ditanduk oleh banteng saat masih muda. Bahkan sampai hari ini, dia masih menyimpan mimpinya sebagai seorang matador. “Saya memberi tahu istri saya bahwa saya tidak bisa mengeluarkan gagasan ini dari kepala saya. Dia bilang aku semakin bodoh dari hari ke hari," kata Joaquín sambil tertawa pada tahun 2019.
“Saya dulu pergi ke sekolah [adu banteng] di El Puerto tapi ibu saya mengajak saya keluar selama seminggu dan memberi saya bola.” katanya.
Semua orang di Estadio Benito Villamarín (kandang Real Betis) pasti senang pada akhirnya Joaquín mengikuti nasihat ibunya.
Joaquín bukanlah pencetak gol yang rajin, tapi dia pemain yang konsisten. Itu terbukti dari jumlah laga yang ia kumpulkan di Real Betis, sejuah ini sebanyak 403 laga dengan catatan 58 gol dan 36 asists.
Joaquín dan Kisahnya dengan Real Betis
Pada awal Juli musim panas itu, Joaquín menikah dengan seorang perempuan bernama Susana Sabol, dan ketika dia menunggu istrinya tiba di gereja, presiden Real Betis Manuel Ruiz de Lopera datang dengan seorang tamu istimewa.
Sebulan sebelumnya, Serra Ferrer membimbing Betis meraih kemenangan kedua di Copa del Rey, mengalahkan Osasuna di perpanjangan waktu di final di Estadio Vicente Calderon. Trofi tersebut, atas desakan presiden klub dihadirkan di pernikahan Joaquín. Ya, itu dia tamu istimewanya.
Lopera menempatkan trofi di tengah panggung. “Di sana saya menikah dengan Copa del Rey di belakang saya,” kata Joaquín.
Meski mendapat tawaran menarik dari klub lain, Joaquín jarang tergoda untuk meninggalkan klub kesayangannya itu. Chelsea adalah salah satu klub yang pernah ingin menggaetnya, tetapi gelandang itu berdiri di depan José Mourinho, pelatih Chelsea saat itu.
“Saya tahu jika saya pergi, saya akan pergi ke Inggris. Jadi saya tidak pergi, ”Joaquin kemudian mengakui. “Saya berbicara dengan Mourinho nanti dan meminta maaf. Dan setelah itu dia berterima kasih padaku. Dia berkata: 'Saya menghargai Anda karena jujur karena, yah, Anda adalah pesepakbola pertama yang mengatakan tidak kepada saya'. ”
Joaquín sempat bermain di luar Real Betis, termasuk dengan klub La Liga lainnya yakni Valencia, Málaga dan klub Serie A yakni Fiorentina. Tapi Joaquín tak betah lama-lama keluar dari rumahnya di Betis.
Dan kepulangan Joaquín di Spanyol disambut dengan meriah, karena popularitasnya sebagai seseorang mulai melebihi reputasinya sebagai pesepakbola.
Joaquín dan Selera Humornya yang Bagus
Sementara Joaquín terus menjadi kapten Real Betis dan bertransformasi di slot sayap kanannya, kepribadian Joaquín di luar lapangan kerap jadi sorotan.
Pada program TV Antena 3 yang populer di Spanyol yakni El Hormiguero, dia diminta untuk bisa menghipnotis gallina - boneka ayam betina.
Para penonton diam dan menonton pertunjukan langsung dari rumah, Joaquín duduk di sana, memijat leher ayam itu hingga tampak berada di bawah kendalinya. Klipnya, tentu saja, ada di internet jika Anda suka tertawa atau jika Anda sedang mencari tips tentang cara menghipnotis ayam, maka tontonlah.
Para pesepakbola kerap menjadi subjek video kompilasi di media sosial. Anda akan menemukan tumpukan klip pemain seperti Neymar di YouTube, dengan setiap trik keren dan skill tingkat tinggi.
Tetapi beda halnya dengan Joaquín, perhatian yang mengelilinginya terutama berpusat pada kejenakaannya di luar lapangan.
Rekor Sepak Bola Joaquín
Joaquín telah membuat lebih banyak penampilan daripada pemain manapun dalam sejarah LaLiga dan dia mungkin akan mengejar rekor Andoni Zubizarreta sebelum dia gantung sepatu. Sementara ini, Joaquín telah memainkan 690 laga.
Pada Desember 2019, ia menjadi pemain tertua yang mencetak hat-trick dalam sejarah LaLiga, Joaquín mencetak sejarah baru itu saat melawan Athletic Bilbao. Dan itu adalah hat-trick pertamanya sepanjang kariernya yang panjang. Mengenai itu, Joaquín berkata, "Saya tidak berpikir itu akan terjadi lagi,"
Dia tersipu setelah mengatakan itu. Dan memang begitulah Joaquín yang asli, ia dipuji karena kemampuannya dengan bola dan karismanya di depan kamera.
“Saya santai tetapi juga serius dalam pekerjaan saya,” kata Joaquin kepada El País pada 2016. “Saya belum pernah menghabiskan 16 tahun di klub elit karena saya lucu.
"Ya, saya telah belajar melakukan pekerjaan saya secara alami, selalu menikmati diri saya sendiri. Sepak bola adalah karier bagi orang-orang yang memiliki hak istimewa,” katanya.