Di era Preziosi, Genoa dikenal dengan teknik "beli-rendah, jual-tinggi”, termasuk menjual Diego Milito dan Thiago Motta.
Beberapa waktu lalu, Serie A digemparkan tindakan Presiden Juventus, Andrea Agnelli, kepada Pelatih Inter Milan, Antonio Conte. Tapi, aksi kontroversial tersebut tidak seberapa jika dibandingkan ulah Presiden Genoa, Enrico Preziosi.

Sebelum menjadi penguasa Genoa, pria kelahiran Avellino, 18 Februari 1948, itu dikenal sebagai pengusaha mainan anak-anak yang sukses. Preziosi adalah bos besar Giochi Preziosi dan Fingiochi. Keduanya merupakan penguasa industri mainan di Italia. Grup ini memiliki aset 428 juta euro pada 2019.

Keberhasilan mengelola bisnis mainan membuat Preziosi melebarkan sayap ke sepakbola. Pada 1998, dia menguasai Como. Tim yang kini dimiliki Grup Djarum dari Indonesia itu menerima suntikan modal 2 juta euro pada 1999. Hasilnya, promosi ke Serie A pada akhir musim 2001/2002 sebagai juara Serie B.

Preziosi juga membuat salah satu kesepakatan pemain paling sukses dalam sejarah Como ketika mendatangkan Tommaso Rocchi dari Juventus pada 1998 dengan 154.000 euro.

Sebelum Como terdegradasi dan bangkrut pada 2005, Preziosi telah lebih dulu mengakuisisi Genoa pada 2003. Selanjutnya, Como dijual ke Aleandro Dall'Oglio. Tapi, Preziosi tidak ingin kehilangan pemain-pemain bagus Como sehingga dirinya ikut mengajak serta beberapa nama. Sebut saja Sasa Bjelanovic, Stephen Makinwa, Giuseppe Greco, Marco Rossi, Luca Belingheri, dan Nikola Lazetic.

Baik ketika menguasai Como maupun Genoa, Preziosi adalah sosok kontroversial. Dia terlibat dalam sejumlah kasus (caso) yang menggemparkan sepakbola Italia dan berujung hukuman denda maupun skorsing.

Berikut ini 8 kontroversi yang dihasilkan Preziosi di sepakbola Italia:


1. Caso Como

Pada 2009, Preziosi dilarang aktif di sepakbola selama 4 bulan dan didenda 100.000 euro karena melakukan kesalahan pada manajemen Como terkait transfer pemain. Saat itu, likuidator Como menggugat Juventus pada 2006 atas biaya transfer Alex Pederzoli dan Felice Piccolo yang belum dibayar ketika kembali ke Juventus pada 2004.

Namun, Juventus mengklaim telah membayar dan sebagai gantinya menggugat Preziosi. Itu diselesaikan pada Februari 2011 setelah Juventus setuju untuk membayar 200.000 euro dan bukannya 1,58 juta euro seperti yang seharusnya dibayarkan. Como mengakuisisi Pederzoli dan Piccolo seharga 1,6 juta euro sebelum kembali ke Juventus dengan 20.000 euro.

FIGC mencurigai Juventus, yang merekrut pemain muda Domenico Criscito dan Francesco Volpe dari Genoa dalam kesepakatan kepemilikan bersama senilai 1,9 juta euro pada 2004 (dan Antonio Nocerino pindah ke arah yang berlawanan dengan 450.000 euro sehingga uang yang seharusnya terlibat 1,45 juta euro), sebenarnya gagal mentransfer 1,58 juta euro ke Genoa (klub baru Preziosi).

Genoa juga menjual Alessandro Colasante ke Como pada Januari 2004 seharga 750.000 euro. Tapi, dia bergabung dengan Genoa sebagai free agent. Daniele Gregori (dilepas ke Genoa pada 2003 secara gratis) juga kembali ke Como pada Januari 2004 seharga 750.000 euro. Genoa juga mengontrak Carlo Gervasoni dari Como pada 2004 secara gratis, tapi dijual ke Hellas Verona seharga 500.000 euro.

Sejumlah kecurangan itu bisa terjadi karena Preziosi melanggar aturan kepemilikan saham di 2 klub berbeda. Meski sudah menjual Como pada 15 Juni 2005, Preziosi masih memiliki pengaruh kuat di Como.

Akibatnya, Como sempat tidak diterima di Serie C2 2005/2006 hingga dijual ke sebuat perusahaan berlabel "1907 Como". Itu adalah perusahaan yang tidak dimiliki oleh Preziosi dan diterima di Serie D, secara efektif terdegradasi 2 tingkat (1 tingkat karena hasil dan 1 tingkat karena bangkrut).


2. Caso Genoa-Venezia

Lepas dari kasus di Como, masalah lain dihadapi Preziosi di Genoa. Klub memiliki striker legendaris Argentina, Diego Milito, yang mencetak 21 gol dan memenangkan Serie B 2004/2005. Tapi, karena Genoa telah memanipulasi hasil pertandingan terakhir versus Venezia (menang 3-2), tim itu terdegradasi ke Serie C1 dan Preziosi dilarang bermain sepakbola selama 5 tahun oleh Lega Calcio.

Banding yang diajukan Preziosi juga ditolak Komite Internal FIGC pada 6 Agustus serta oleh Pengadilan Sipil pada bulan yang sama. Dia mengajukan banding ke La Camera di Conciliazione e Arbitrato per lo Seksi Olahraga dari Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) dan campur tangan diselesaikan pada 18 Januari 2006.

Meski tuduhan telah dicabut oleh Pengadilan Banding dan kasus tersebut dikembalikan ke pengadilan yang lebih rendah, Pengadilan Banding Italia menghukum Preziosi atas penipuan olahraga dan memberinya hukuman 4 bulan penjara.

Pada Juli 2012, hukuman penjara diubah. Preziosi dilarang memasuki stadion selama 6 bulan. Tapi, dia mengakali hukuman itu dengan meletakkan foto seukuran dirinya ditempatkan di kursi yang biasa dia tempati di tribune Stadio Luigi Ferraris saat laga kandang Genoa.

Preziosi juga dilarang oleh Serie C selama 1 tahun pada 14 Desember 2005 karena melanggar Pasal 11 dari Codice di Giustizia Sportiva. Tapi, hal itu dibatalkan setelah bandingnya diterima.


3. Caso Como-Genoa

Pada bulan Juni 2007, Preziosi dilarang selama 5 tahun oleh Lega Calcio karena transaksi abnormal antara Genoa dan Como. Ini pernah dicabut pada 20 Juni. Tapi, ditegakkan oleh Komite Disiplin Nasional (Commissione Disiplinare Nazionale) FIGC pada 15 Mei 2008.

Dia juga mengajukan banding ke La Camera di Conciliazione e Arbitrato per lo Sport section dari CONI pada 14 Juli 2008. Sidang diadakan pada 18 Februari 2009 dan kasus tersebut berakhir pada 13 September 2010 dengan hasil yang tidak diumumkan.

Pada 3 Oktober 2008 pengacaranya mengajukan permintaan untuk masa percobaan penjara selama 23 bulan untuk mengakhiri kasus sebelum dibawa ke proses peradilan formal di Pengadilan Como.


4. Bilanciopoli

Bilanciopoli adalah istilah pers Italia untuk menyebut skandal akuntansi palsu pada 2000-an. Saat itu, klub memanipulasi harga pemain sepakbola dan trik akun palsu lainnya untuk lulus ujian keuangan. Preziosi dilarang selama 4 bulan dan didenda 15.000 euro setelah dinyatakan terlibat skandal itu.

Saat itu, Genoa dan Udinese dituduh telah meningkatkan harga dalam transfer Rodrigue Boisfer dan Valon Behrami ke Udinese serta Mohammed Gargo dan Vittorio Micolucci ke Genoa sebagai gantinya pada Januari 2004.

Faktanya, Boisfer membuat Genoa mencatatkan untung pada tahun keuangan 2003/2004. Dia merugikan Genoa selama lebih dari 4 juta euro yang tersebar selama 6 tahun dan benar-benar membebani keuntungan secara total pada musim 2003/2004. Dia menghabiskan lebih dari 5,5 musim pinjaman ke klub lain untuk perlahan-lahan amortisasi label harga lebih dari 4 juta euro.


5. Caso Milito-Motta

Di era Preziosi, Genoa dikenal dengan teknik "beli-rendah, jual-tinggi". Dalam hal ini termasuk menjual Diego Milito dan Thiago Motta (yang menjadi free agent pada 2008) ke Inter Milan pada 2009 seharga 38,2 juta euro, dengan imbalan Riccardo Meggiorini (5 juta euro), Robert Acquafresca (9,5 juta euro), Leonardo Bonucci (3 juta euro), dan Francesco Bolzoni (3 juta euro).

Selain itu, Ivan Fatic dijual kembali ke Chievo Verona dengan biaya yang dirahasiakan dan dijual ke Genoa secara bersama-sama dengan kesepakatan kepemilikan seharga 200.000 euro. Tapi, Bonucci dan Meggiorini segera dijual ke Bari seharga 4,5 juta euro, langsung memperoleh 1 juta euro secara akuntansi. Setahun kemudian, Bonucci dijual ke Juventus seharga 15,5 juta euro (Genoa kebagian 6 juta euro) dan Meggiorini ke Bologna dalam kesepakatan kepemilikan bersama seharga 3 juta euro.

Diyakini bahwa Preziosi terlibat dalam transaksi itu dan dihubungi langsung dengan Massimo Moratti. Padahal, Preziosi sebenarnya masih dilarang aktif di sepakbola akibat kasus sebelumnya.

Tindakan curang itu ketahuan. Pada 9 Juli FIGC mengumumkan bahwa Preziosi dilarang selama 6 bulan. Dia mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Nasional Olahraga (Tribunale Nazionale di Arbitrato per lo Sport).


6. Caso Criscito-Konko-Masiello

Pada musim panas 2008, Preziosi dilarang 2 bulan karena penjualan Domenico Criscito ke Juventus serta akuisisi Abdoulay Konko dan Andrea Masiello pada Januari 2007. Sama seperti kasus sebelumnya, ada bisnis yang tidak jujur yang dilakukan Genoa, yaitu menggelembungkan harga jual yang sebenarnya.


7. Caso Bogdani

Preziosi dilarang selama 10 hari saat menghubungi Siena untuk harga Erjon Bogdani. Itu melanggar hukuman yang sedang dia jalani akibat masalah sebelumnya.
 

8. Masuk lapangan dan ruang ganti

Bukan hanya tentang uang. Preziosi juga pernah dilarang 10 hari pada November 2008 akibat memasuki lapangan pada pertandingan menit terakhir di Serie A 2007/2008. Dia juga dilarang selama 20 hari untuk kasus yang sama pada 21 Oktober 2007 ketika melawan Juventus. Sementara pada 26 Oktober 2008 dia masuk ruang ganti selama pertandingan melawan Inter Milan. Akibatnya, Preziosi didenda 100.000 euro.