Mereka kini ada di kerak klasemen Bundesliga. Degradasi menunggu.
Hasil imbang tanpa gol Schalke di kandang sendiri saat melawan Mainz pada hari Jumat pekan lalu menyisakan sedikit kesan bahwa mantan klub Mesut Ozil itu dapat keluar dari kekacauan yang sekarang tengah mereka hadapi.
Sementara ini, klub yang telah malang di pentas Bundesliga Jerman itu duduk di posisi terbawah klasemen. Schalke hanya memenangkan satu dari 24 pertandingan dan kita bisa dengan percaya diri mengatakan posisi Schalke saat ini jauh dari kata aman. Jurang degradasi menunggu.
Bukan tanpa usaha, sepanjang musim berjalan Schalke terus berbenah, satu diantara caranya ialah mengganti pelatih. Terhitung sudah lima kali Schalke memecat dan memperkerjakan juru taktik baru.
Schalke telah menyingkirkan David Wagner, Manuel Baum, Huub Stevens dan Christian Gross, sebelum pada akhirnya menunjuk Dimitrios Grammozis. Dan entah bagaimana kelak nasib nama terakhir yang disebut.
Die Konigsblauen, yang finis kedua di Bundesliga tiga musim lalu, kini menatap sesuatu yang suram, ini bukan lagi omong kosong: Schalke kemungkinan besar akan bermain di divisi kedua untuk pertama kalinya sejak 1989.
Jadi, bagaimana mungkin sebuah klub dengan reputasi bagus seperti Schalke bisa seburuk ini? Mari kita urai penyebabnya.
Ini mungkin masalah klasik, tapi beginilah dan akan terus begini adanya. Dalam pengertian masalah ini bisa menimpa klub mana saja.
Schalke ternyata menemukan diri mereka dalam masalah keuangan yang substansial. Dengan meningkatnya utang dan krisis karena virus korona yang menambah kesengsaraan ekonomi, kemampuan Schalke untuk membelanjakan uang dalam jumlah besar untuk keperluan transfer pemain jelas terhambat.
Akibatnya, beberapa aset utama seperti Thilo Kehrer, Breel Embolo, Weston McKennie dan Ozan Kabak terpaksa dijual, dan itu secara otomatis membuat skuad tidak memiliki banyak kualitas.
Setelah finis di papan tengah pada 2018/19, kesulitan Schalke makin terungkap menjelang akhir kampanye 2019/20. Wagner yang saat itu melatih dinilai bertanggung jawab, sebab Schalke gagal memenangkan salah satu dari 16 pertandingan Bundesliga terakhir mereka musim ini.
Kemerosotan itu berlanjut ke musim baru, dengan kekalahan 0-8 di tangan Bayern Munich di pertandingan putaran pertama.
Setelah Wagner, Baum dan Stevens juga sama buruknya, semuanya mencoba dan gagal, Gross lah yang memimpin Schalke meraih kemenangan liga pertama mereka dalam hampir 12 bulan dengan mengalahkan Hoffenheim 4-0 pada Januari yang lewat.
Masa Depan Schalke?
Kekalahan besar di tangan rival sekota Dortmund (0-4) dan kemudian dari Stuttgart (1-5) membuka jalan bagi kepergian Gross .
Grammozis sekarang menemukan dirinya mengambil alih tim yang telah kebobolan 61 gol dalam 24 pertandingan liga musim ini, dan hanya mencetak 16 gol.
Jika Grammozis tidak bisa mencegah degradasi ketiga dari Bundesliga dalam sejarah Schalke --- sebab memang pekerjaan yang sulit --- maka paling tidak Grammozis bisa memulihkan martabatnya di musim-musim mendatang.
Dengan begitu, fokus utama Grammozis akan beralih ke membangun kembali mental tim, menciptakan iklim yang sehat, dan yang utama dari itu semua, agar Schalke dapat kembali promosi secepatnya ke Bundesliga.
Namun seperti yang diketahui, sejarah sepak bola Jerman telah mencatat Hamburg, klub yang juga punya reputasi bagus tapi tergelincir. Dan Hamburg seolah berkata tepat di depan muka Schalke: setelah tumbang untuk langsung kembali tidaklah mudah.
Tapi mari kita lihat, babak baru dari kisah Schalke.
Sementara ini, klub yang telah malang di pentas Bundesliga Jerman itu duduk di posisi terbawah klasemen. Schalke hanya memenangkan satu dari 24 pertandingan dan kita bisa dengan percaya diri mengatakan posisi Schalke saat ini jauh dari kata aman. Jurang degradasi menunggu.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Bagaimana Vagner Love Mendapatkan Namanya? Inilah Kisahnya
Bagaimana Vagner Love Mendapatkan Namanya? Inilah Kisahnya
Ini mungkin masalah klasik, tapi beginilah dan akan terus begini adanya. Dalam pengertian masalah ini bisa menimpa klub mana saja.
BACA BERITA LAINNYA
Momen Bruno Fernandes Ikut Jadi Pelatih, Mirip Cristiano Ronaldo
Momen Bruno Fernandes Ikut Jadi Pelatih, Mirip Cristiano Ronaldo
Akibatnya, beberapa aset utama seperti Thilo Kehrer, Breel Embolo, Weston McKennie dan Ozan Kabak terpaksa dijual, dan itu secara otomatis membuat skuad tidak memiliki banyak kualitas.
Kemerosotan itu berlanjut ke musim baru, dengan kekalahan 0-8 di tangan Bayern Munich di pertandingan putaran pertama.
Masa Depan Schalke?
Kekalahan besar di tangan rival sekota Dortmund (0-4) dan kemudian dari Stuttgart (1-5) membuka jalan bagi kepergian Gross .
Grammozis sekarang menemukan dirinya mengambil alih tim yang telah kebobolan 61 gol dalam 24 pertandingan liga musim ini, dan hanya mencetak 16 gol.
Jika Grammozis tidak bisa mencegah degradasi ketiga dari Bundesliga dalam sejarah Schalke --- sebab memang pekerjaan yang sulit --- maka paling tidak Grammozis bisa memulihkan martabatnya di musim-musim mendatang.
Dengan begitu, fokus utama Grammozis akan beralih ke membangun kembali mental tim, menciptakan iklim yang sehat, dan yang utama dari itu semua, agar Schalke dapat kembali promosi secepatnya ke Bundesliga.
Namun seperti yang diketahui, sejarah sepak bola Jerman telah mencatat Hamburg, klub yang juga punya reputasi bagus tapi tergelincir. Dan Hamburg seolah berkata tepat di depan muka Schalke: setelah tumbang untuk langsung kembali tidaklah mudah.
Tapi mari kita lihat, babak baru dari kisah Schalke.