Orang tidak banyak mengenal dia karena tidak bermain di 5 kompetisi elit Eropa.
Pekan ini tidak banyak keriuhan tentang penandatanganan Jonatan Soriano, seorang striker asal Spanyol yang diboyong oleh tim divisi dua Liga Spanyol juga, yakni Castellon. Pemain berusia 35 tahun itu menghabiskan sebagian besar kariernya bermain untuk klub-klub yang biasa-biasa saja termasuk diantaranya Red Bull Salzburg, Girona, dan Beijing Guoan.

Tapi, pada suatu masa, pernah Soriano sama produktifnya dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo - bahkan menyaingi dua legenda peraih Sepatu Emas Eropa itu.

Namun, karena sistem poin akibat liga tempat pesepakbola bermain, Soriano mau tak mau melewatkan penghargaan tersebut. Saat berkiprah di Liga Austria, hanya dalam enam tahun, pemburu ulung itu mencetak 172, dan tentu saja, itu gelontoran gol yang mengejutkan.

Karier Jonathan Soriano

Soriano tidak selalu bermain di liga-liga yang rendah. Faktanya, ia memulai karier mudanya dengan bermain di klub-klub elit Spanyol. Sampai dengan 2009 Soriano memperkuat Espanyol, kemudian, ia bergabung dengan Barça dengan tujuan bermain di tim cadangan untuk tim divisi tiga mereka.

Soriano ternyata cukup menjanjikan dan karena itu, dia diberi kesempatan untuk memperkuat tim utama. Soriano bermain di menit-menit terakhir saat Barcelona menang 2-0 atas Cultural y Deportiva Leonesa dalam pertandingan Copa del Rey. Itu menjadi satu-satunya penampilan bersama tim senior.

Soriano menyelesaikan musim berikutnya sebagai pencetak gol terbanyak di Divisi B Segunda Spanyol dengan 32 gol.

Pada 2012, saat umurnya menyentuh 27 tahun, Barcelona menolak untuk memperbarui kontraknya dan Soriano ditinggalkan di 'tumpukan sampah'.

Pembuktian Diri Di Austria

Dengan bakat dan potensi yang ia miliki, Soriano bergabung dengan Red Bull Salzburg pada tahun yang sama.

Tetapi di musim pertamanya, dia membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan hanya menjebloskan lima gol dalam 15 pertandingan. Namun, musim keduanya adalah cerita yang berbeda. 26 gol dalam 32 pertandingan liga menunjukkan kemahirannya di depan gawang.

Sorotan datang dalam kemenangan 6-2 atas Wolfsberger, saat itu dia mencetak hattrick. Yang membuat istimewa, tiga gol itu dicetak hanya beberapa jam setelah dia menghabiskan pagi hari bersama istrinya Cristina Sabater di rumah sakit untuk merayakan kelahiran putrinya.

Balik lagi soal gol. Musim 2013-14 adalah musim yang paling produktif bagi Soriano - dengan 48 gol dalam 43 pertandingan. 31 gol diantara ditorehkan dalam kompetisi domestik. Itu adalah musim yang sama ketika dia dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak Liga Europa. Ya, Soriano menikmati tahun-tahun terbaiknya dalam sepak bola di Red Bull Salzburg.

Gagal Meraih Sepatu Emas


Sejak musim 1996-97, European Sports Media telah menganugerahkan Sepatu Emas dengan sistem poin.

Penilaian ditentukan oleh peringkat liga pada koefisien UEFA, yang selanjutnya bergantung pada hasil masing-masing klub liga di kompetisi Eropa selama lima musim sebelumnya.

Jadi, pemain yang mencetak gol di salah satu dari lima liga teratas Eropa memiliki peluang untuk mencetak lebih banyak poin daripada pemain yang bermain di liga yang kurang dikenal.

Soriano yang malang, dengan sistem begitu, dia gagal jadi pemilik Sepatu Emas.

"Saya memahami bahwa liga Austria tidak setingkat dengan Spanyol, Inggris, Jerman ... tetapi siapa pun yang memahami sepak bola tahu bahwa tidak mudah mencetak gol di mana pun," katanya.

Dari musim ke musim, sejak 2013, Soriano telah mencetak 29, 48, 46, dan 32 gol. Jumlah gol yang akan membuatnya bersaing dengan Messi dan Ronaldo. Ya, jika seandainya bukan karena sistem poin itu.

Kemana Jonathan Soriano?

172 gol dan enam musim kemudian, Soriano pindah ke Liga China.Dia menghabiskan dua musim di Beijing Guoan, mengikuti rekomendasi mantan striker West Ham Frederic Kanoute.

Soriano masih menggila dengan 31 gol dalam 36 pertandingan di Liga Super China. Dia bahkan memiliki medali untuk ditunjukkan selama waktunya di sana - memenangkan Piala FA Cina.

Tapi kemudian, Soriano pindah ke klub Arab Saudi Al-Hilal FC, di mana disana, dia jadi lebih sulit mencetak gol. Satu tahun kemudian, pemburu gol izu kembali ke Spanyol dengan memperkuat Girona dalam kesepakatan jangka pendek musim lalu. Tapi Soriano tampaknya sudah habis, sebab dia hanya mencetak satu gol dari 16 penampilan.

Namun, pihak klub berharap Soriano dapat menemukan performa terbaiknya lagi untuk membantu klub itu beranjak dari jurang degradasi. Dan mungkin dia bisa menyaingi Messi dan Ronaldo, sekali lagi.