Saat itu Juventus ketinggalan agregat 0-2. Dengan ajaib, seperti tertera di isi Whatsapp, Cristiano Ronaldo seorang membalikkan keadaan.
Alkisah di tahun 2019, Cristiano Ronaldo mengirim pesan WhatsApp kepada Patrick Evra. Sebagai mantan rekan setim sewaktu di Manchester United. Ronaldo tampaknya masih rajin menjalin komunikasi dengan pria asal Prancis itu.

Balik lagi ke soal WhatsApp, percakapan singkat itu berlangsung sebelum leg kedua Liga Champions saat Juventus akan menghadapi Atletico Madrid. Sebelum kick-off, dia memberi tahu teman, dan keluarga bahwa dia akan mencetak hat-trick saat melawan tim La Liga itu.

Konteksnya waktu itu adalah ketika tiga minggu setelah Atletico merebut kemenangan besar 2-0 atas juara Serie A Juve di leg pertama.

Dan benar saja, Ronaldo membalas dendam dengan mencetak hat-trick saat melawan tim asuhannya Diego Simeone itu, dan Juventus akhirnya memenangkan pertandingan dengan agregat 3-2, dan berhak melaju di babak 8 besar.

Dia kemudian menyebutnya sebagai "malam ajaib" setelah timnya membalikkan defisit dua gol. "Itu akan selalu menjadi malam yang istimewa - dan itu, tidak hanya untuk gol, tapi untuk tim," kata Ronaldo di situs resmi klub. "Inilah mentalitas para juara, inilah perjalanan yang harus diikuti,” kata Ronaldo.

Postingan Evra Tentang Hal Itu

Faktanya, hanya beberapa hari kemudian, cerita di atas benar adanya, Patrice Evra memposting tangkapan layar obrolannya dengan pemenang Ballon d'Or lima kali itu.

Dalam pesan WhatsApp, optimisme Ronaldo terlihat jelas.



"Ini adalah pesan antara aku dan @cristiano, lima hari sebelum comeback besar-besaran. Ini hanya menunjukkan kepercayaan diri, kemarahan, determinasi dari pemain terbaik di dunia."

Itu hanyalah contoh lain dari mentalitas elit Ronaldo dan dia memang menjadi orang yang tepat untuk pertunjukan besar.

Di tahun 2019 lalu, SciSports bekerja sama dengan universitas riset KU Leuven untuk mempelajari seberapa besar stres yang menjadi faktor dalam momen-momen penting dalam pertandingan sepak bola. Mereka mengumpulkan data dari 7.000 menit, menganalisis bagaimana level performa dipengaruhi oleh tekanan dalam game dan tidak mengejutkan, Ronaldo berada di puncak.

Penyerang Juventus 'kebal' terhadap tekanan, dengan level performanya tetap sama di 'setiap skenario yang memungkinkan.'