Dalam skuad 2021 misalnya. Sangmu memiliki total 42 pemain, yang semuanya berstatus pinjaman. Kok bisa?
Gimcheon Sangmu Football Club adalah klub sepakbola profesional Korea Selatan yang berbasis di Gimcheon dan bermain K League 2 setelah terdegradasi dari K League 1 musim lalu. The Phoenix punya cara unik dalam mengumpulkan pemain. Semuanya, pinjaman!
Seperti kebanyakan klub-klub dari Asia, Sangmu juga berganti-ganti nama sejak kelahirannya pada 1984. Itu berawal dari pembentukan Korps Atletik Angkatan Bersenjata Korea dan Sangmu FC. Itu merupakan merger dari tiga klub sepakbola milik militer Korea (Army FC, Marine Corps FC, Air Force FC).
Sangmu didirikan pada 11 Januari sebagai tim sepakbola Korps Atletik Angkatan Bersenjata Korea. Sebagai klub milik tentara, Sangmu tidak ambil bagian di kompetisi profesional (K League). Mereka berpartisipasi di ajang semiprofesional (National League). Itu adalah liga untuk instansi-instansi pemerintah di Negeri Ginseng.
Setelah membangun markas di Gwangju pada April 2002, Sangmu mulai memikirkan terjun ke kompetisi profesional. Awalnya, tim berpartisipasi dalam R League 2002. Itu adalah liga profesional untuk tim cadangan di K League.
Menggunakan nama Gwangju Sangmu, mereka fokus di kompetisi junior (tim cadangan) sebelum akhirnya memutuskan berpartisipasi di level senior (K League) pada 2003. Saat itu, K League hanya memiliki satu divisi, tidak ada promosi-degradasi, dan setiap tim bebas datang-pergi sesukanya hingga K League 2 dibentuk pada 2013 sebagai kasta kedua di bawah K League 1.
Pada 2011, Sangmu meninggalkan Gwangju setelah klub saingan, Gwangju FC, didirikan. Mereka merelokasi aktivitas ke Sangju di Provinsi Gyeongsangbuk-do. Nama klub secara resmi diubah menjadi Sangju Sangmu Phoenix FC pada awal musim 2011.
Perpindahan markas ternyata kurang bagus bagi masa depan. Ketika K League 2 didirikan pada 2013, mereka justru terdegradasi di akhir musim K League 1 2012 setelah menjadi juru kunci. Tapi, itu hanya semusim karena pada 2013 menjuarai K League 2 sekaligus promosi ke K League 1 2014. Tapi, mereka kembali turun kasta dan baru kembali ke K League 1 lagi pada 2016.
Peruntungan Sangmu kembali memburuk pada 2020. Mereka harus turun kasta ke K League 2 secara paksa setelah lisensi bermain di kasta tertinggi dicabut akibat masalah finansial. Sebab, sebagai klub militer, mereka tidak diizinkan dijual ke investor.
Setelah berbulan-bulan spekulasi tentang markas klub berikutnya, pada 30 Juni 2020, administrasi K League mengumumkan bahwa Gimcheon di Provinsi Gyeongsangbuk-do telah secara resmi mengajukan lamaran untuk menjadi kandang baru Sangmu. Untuk K League 2 2021, klub direlokasi dari Sangju ke Gimcheon sehingga harus berganti nama lagi menjadi Gimcheon Sangmu.
Sebagai klub plat merah, Sangmu berbeda dengan tim-tim Korea lainnya yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar seperti Ulsan Hyundai, Jeonbuk Hyundai Motors, Busan IPark, atau Suwon Samsung Bluewings.
Ada sejumlah konsekuensi yang harus ditanggung Sangmu selain larangan menjual saham ke investor. Pertama, klub tidak diizinkan berkompetisi di Liga Champions Asia (LCA). Kedua mereka tidak diizinkan menggunakan pemain asing. Ketiga, tim hanya boleh memanfaatkan pemain-pemain yang berstatus wajib militer atau produk akademi.
Dengan status unik itu, manajemen klub tidak perlu susah-susah melakukan negosiasi dengan pemain incaran. Sebab, 100% anggota skuad Sangmu adalah pinjaman dari klub lain di K League 1 maupun K League 2.
Pemain-pemain profesional yang sedang mengikuti 2 tahun wajib militer tidak bisa menolak untuk membela Sangmu. Begitu pula klub asal mereka yang tidak bisa melarang pemain kuncinya membela Sangmu. Jika menolak, hukuman bukan hanya dijatuhkan oleh Asosiasi Sepakbola Korea (KFA), melainkan juga Pemerintah Korea lewat UU Wajib Militer yang dimiliki.
Biasanya, 15 pemain akan bergabung di awal setiap musim. Mereka akan menghabiskan 2 tahun bersama tim, sebelum kembali ke klub profesional mereka sebelumnya. Tapi, itu hanya berlaku bagi pemain dari klub lokal. Pemain di luar negeri seperti Son Heung-min (Tottenham Hotspur) tidak masuk dalam pengecualian.
Ada plus dan minus dari sistem seperti itu. Keuntungannya, para petinggi Sangmu tidak perlu repot menyeleksi pemain karena sudah disediakan negara secara cuma-cuma. Gaji pemain-pemain itu juga sudah ditanggung militer Korea.
Sedangkan hal negatif yang harus ditanggung manajemen Sangmu adalah saat tidak banyak pemain sepakbola profesional yang sedang menjalani wajib militer. Dalam situasi ini, Sangmu akan mengakalinya dengan menaikan status para pemain U-20 atau U-18.
Dalam skuad 2021 misalnya. Sangmu memiliki total 42 pemain, yang semuanya berstatus pinjaman. Dari jumlah itu, 28 di antaranya masuk skuad utama musim ini dan sisanya sudah selesai menjalani wajib militer dan akan segera kembali ke klub masing-masing.
Sebagai tim kasta kedua, materi pemain pinjaman Sangmu masuk kategori mewah. Sebab, beberapa di antaranya merupakan anggota timnas. Bahkan, ada yang pernah merumput di Eropa seperti Moon Seon-min. Sebelum membela Jeonbuk Hyundai Motors, pemilik 14 caps untuk Korea Selatan itu bermain di Swedia untuk OFK dan Djurgardens).
"Tidak ada tawaran khusus (dari klub-klub Eropa setelah Piala Dunia 2018). Tapi, saya mendengar beberapa klub di Belgia dan Italia mencoba menemukan konsensus tentang biaya transfer. Tapi, karena masalah wajib militer mereka tidak ingin berjudi. Jadi, saya pikir saya perlu menyelesaikannya dengan cepat," kata Seon-min, dilansir Goal Korea.
"Saya mencoba untuk tetap (menjadi warga negara yang) baik dan menyelesaikan masalah militer sebelum kemudian mencoba pergi ke luar negeri lagi. Jika saya punya mimpi lain, saya ingin merasakan Piala Dunia 2022. Saya bermain di Rusia dan bisa belajar banyak dari pemain kelas dunia. Saya ingin tumbuh dan melakukan lebih baik dengan pengalaman itu," tambah Seon-min.
Selain Seon-min, terdapat juga Park Yong-woo. Gelandang timnas Korea Selatan U-23 di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro itu dipinjam Sangmu dari Ulsan Hyundai. Ada lagi Go Myeong-seok dari Suwon Samsung Bluewings, Lee Dong-soo (Jeju United), Lee Keun-ho (Jeonbuk Hyundai Motors), atau Lee Sang-gi (Pohang Steelers).
"Jika saya akan kembali ke Eropa suatu hari seperti yang saya impikan, saya ingin menunjukkan rasa pedas orang Korea dengan bermain di Liga Champions, Liga Eropa, dan sebagainya," lanjut winger berusia 28 tahun itu.
Seperti kebanyakan klub-klub dari Asia, Sangmu juga berganti-ganti nama sejak kelahirannya pada 1984. Itu berawal dari pembentukan Korps Atletik Angkatan Bersenjata Korea dan Sangmu FC. Itu merupakan merger dari tiga klub sepakbola milik militer Korea (Army FC, Marine Corps FC, Air Force FC).
BACA BERITA LAINNYA
Ole Gunnar Solskjaer Sebut Pemain Manchester United yang Fotokopi Dirinya
Ole Gunnar Solskjaer Sebut Pemain Manchester United yang Fotokopi Dirinya
Perpindahan markas ternyata kurang bagus bagi masa depan. Ketika K League 2 didirikan pada 2013, mereka justru terdegradasi di akhir musim K League 1 2012 setelah menjadi juru kunci. Tapi, itu hanya semusim karena pada 2013 menjuarai K League 2 sekaligus promosi ke K League 1 2014. Tapi, mereka kembali turun kasta dan baru kembali ke K League 1 lagi pada 2016.
BACA BERITA LAINNYA
Kisah Mbappe Dulu Dikenal Namanya Mbappe-Lottin, Berharga Hanya Rp 4 Miliar
Kisah Mbappe Dulu Dikenal Namanya Mbappe-Lottin, Berharga Hanya Rp 4 Miliar
Setelah berbulan-bulan spekulasi tentang markas klub berikutnya, pada 30 Juni 2020, administrasi K League mengumumkan bahwa Gimcheon di Provinsi Gyeongsangbuk-do telah secara resmi mengajukan lamaran untuk menjadi kandang baru Sangmu. Untuk K League 2 2021, klub direlokasi dari Sangju ke Gimcheon sehingga harus berganti nama lagi menjadi Gimcheon Sangmu.
Ada sejumlah konsekuensi yang harus ditanggung Sangmu selain larangan menjual saham ke investor. Pertama, klub tidak diizinkan berkompetisi di Liga Champions Asia (LCA). Kedua mereka tidak diizinkan menggunakan pemain asing. Ketiga, tim hanya boleh memanfaatkan pemain-pemain yang berstatus wajib militer atau produk akademi.
Pemain-pemain profesional yang sedang mengikuti 2 tahun wajib militer tidak bisa menolak untuk membela Sangmu. Begitu pula klub asal mereka yang tidak bisa melarang pemain kuncinya membela Sangmu. Jika menolak, hukuman bukan hanya dijatuhkan oleh Asosiasi Sepakbola Korea (KFA), melainkan juga Pemerintah Korea lewat UU Wajib Militer yang dimiliki.
Biasanya, 15 pemain akan bergabung di awal setiap musim. Mereka akan menghabiskan 2 tahun bersama tim, sebelum kembali ke klub profesional mereka sebelumnya. Tapi, itu hanya berlaku bagi pemain dari klub lokal. Pemain di luar negeri seperti Son Heung-min (Tottenham Hotspur) tidak masuk dalam pengecualian.
Ada plus dan minus dari sistem seperti itu. Keuntungannya, para petinggi Sangmu tidak perlu repot menyeleksi pemain karena sudah disediakan negara secara cuma-cuma. Gaji pemain-pemain itu juga sudah ditanggung militer Korea.
Sedangkan hal negatif yang harus ditanggung manajemen Sangmu adalah saat tidak banyak pemain sepakbola profesional yang sedang menjalani wajib militer. Dalam situasi ini, Sangmu akan mengakalinya dengan menaikan status para pemain U-20 atau U-18.
Dalam skuad 2021 misalnya. Sangmu memiliki total 42 pemain, yang semuanya berstatus pinjaman. Dari jumlah itu, 28 di antaranya masuk skuad utama musim ini dan sisanya sudah selesai menjalani wajib militer dan akan segera kembali ke klub masing-masing.
Sebagai tim kasta kedua, materi pemain pinjaman Sangmu masuk kategori mewah. Sebab, beberapa di antaranya merupakan anggota timnas. Bahkan, ada yang pernah merumput di Eropa seperti Moon Seon-min. Sebelum membela Jeonbuk Hyundai Motors, pemilik 14 caps untuk Korea Selatan itu bermain di Swedia untuk OFK dan Djurgardens).
"Tidak ada tawaran khusus (dari klub-klub Eropa setelah Piala Dunia 2018). Tapi, saya mendengar beberapa klub di Belgia dan Italia mencoba menemukan konsensus tentang biaya transfer. Tapi, karena masalah wajib militer mereka tidak ingin berjudi. Jadi, saya pikir saya perlu menyelesaikannya dengan cepat," kata Seon-min, dilansir Goal Korea.
"Saya mencoba untuk tetap (menjadi warga negara yang) baik dan menyelesaikan masalah militer sebelum kemudian mencoba pergi ke luar negeri lagi. Jika saya punya mimpi lain, saya ingin merasakan Piala Dunia 2022. Saya bermain di Rusia dan bisa belajar banyak dari pemain kelas dunia. Saya ingin tumbuh dan melakukan lebih baik dengan pengalaman itu," tambah Seon-min.
Selain Seon-min, terdapat juga Park Yong-woo. Gelandang timnas Korea Selatan U-23 di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro itu dipinjam Sangmu dari Ulsan Hyundai. Ada lagi Go Myeong-seok dari Suwon Samsung Bluewings, Lee Dong-soo (Jeju United), Lee Keun-ho (Jeonbuk Hyundai Motors), atau Lee Sang-gi (Pohang Steelers).
"Jika saya akan kembali ke Eropa suatu hari seperti yang saya impikan, saya ingin menunjukkan rasa pedas orang Korea dengan bermain di Liga Champions, Liga Eropa, dan sebagainya," lanjut winger berusia 28 tahun itu.